Surabaya Tak Bisa Hindari Kenaikan Harga Bahan Pangan
Warga Surabaya, Jawa Timur, terpaksa bersiasat dan berhemat karena kenaikan harga bahan pangan tidak terhindari terkait Ramadhan yang sudah dekat. Harus ada intervensi demi kestabilan harga bahan pangan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan pedagang di Pasar Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/2/2023). Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Surabaya dengan mendatangi Pasar Wonokromo. Hal tersebut dilakukan untuk mengecek harga dan ketersediaan stok bahan pokok. Menurut hasil pantauannya, harga stabil dan ketersediaan bahan pokok, khususnya beras dan minyak goreng, mencukupi.
SURABAYA, KOMPAS — Warga Surabaya, Jawa Timur, tidak bisa menghindari kenaikan harga bahan pangan mendekati Ramadhan. Mereka yang terutama berpenghasilan rendah, apalagi miskin, akan kian kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.
Di Pasar Wonokromo, beras kualitas medium dari Perum Bulog sudah mulai sulit didapat. Beras itu dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 9.300 per kilogram. Kesulitan juga terjadi pada komoditas minyak goreng Minyakita yang harus dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.
”Sudah mulai sulit mendapatkan beras Bulog dan Minyakita. Kalau mau beli agak banyak, pedagang tidak mau melepas karena kasihan pembeli lainnya,” kata Sumarni, warga Wonocolo, saat ditemui di Pasar Wonokromo, Senin (20/3/2023).
Sumarni mengatakan, Ramadhan akan dimulai 1-2 hari lagi. Biasanya, harga komoditas konsumsi akan naik. Bagi warga seperti dirinya yang mengandalkan penghasilan dari suami sebagai buruh pabrik, kenaikan harga bahan pangan akan memberatkan. ”Tanpa diminta hemat, ya, harus hemat. Tanpa puasa, ya, sudah puasa karena upah suami mepet dengan kebutuhan,” ujarnya.
Pedagang beristirahat di atas mobil bak terbuka yang penuh sayuran di Pasar Keputran Utara, Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/2/2023). Pasar Keputran Utara menjadi tempat petani sayuran di sekitar Surabaya memasarkan produknya. Sejak pukul 15.00, setiap hari mobil-mobil pengangkut sayur dari luar kota Surabaya tiba di pasar tersebut. Aktivitas pasar berlangsung hingga dini hari.
Pedagang bahan pangan di Pasar Wonokromo, Wijoyo, mengatakan, kenaikan harga juga dialami untuk komoditas telur ayam ras dari biasanya Rp 28.000 per kilogram menjadi tembus Rp 31.000 per kilogram. Harga telur ayam kampung juga naik per kilogram dari Rp 38.000 menjadi Rp 40.000.
Di Pasar Pucang, harga cabai rawit sudah menembus Rp 80.000 per kilogram. Padahal, sepekan sebelumnya, harganya sekitar Rp 70.000 per kilogram. Di sisi lain, kenaikan harga cabai rawit terasa lebih pedas karena sedang dalam masa panen. Masyarakat hanya bisa menduga ada peningkatan konsumsi atau permintaan sehingga memicu kenaikan harga cabai.
”Tiga minggu ini, harga cabai naik turun, Mas. Sempat tembus Rp 75.000, tapi turun ke Rp 70.000. Lha, baru-baru ini naik ke Rp 80.000,” kata Bambang, penjual bahan pangan di Pasar Pucang. Pedagang menyesuaikan harga sesuai pasokan. Jika harga memang sedang tinggi dari pemasok, pedagang menjual sedikit lebih tinggi lagi demi keuntungan. Jika harga turun, mereka harus menyesuaikan agar tetap mendapat kepercayaan dari konsumen.
Tukang parkir membawa beras medium yang dibeli saat operasi pasar beras di Pasar Genteng Baru, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/2/2023). Operasi pasar beras dikhususkan bagi pedagang dan komunitas pasar tersebut. Beras medium dalam operasi pasar tersebut dijual Rp 41.750 per 5 kilogram. Pemerintah Kota Surabaya saat ini gencar melakukan operasi pasar.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengakui, kenaikan harga tidak terhindari terkait dengan inflasi atau kenaikan harga barang dan komoditas secara umum yang sedang dialami ibu kota Jatim tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi year on year pada Februari 2023 sebesar 6,63 persen. Angka ini didapat dari kenaikan indeks harga konsumen dari 108,12 pada Februari 2022 menjadi 115,29 pada Februari 2023.
Inflasi di Surabaya lebih tinggi daripada rerata inflasi nasional year on year pada Februari 2023 yang sebesar 5,47. Menurut Eri, pemerintah segera menyiapkan program intervensi, terutama operasi pasar dan bazar bahan pangan.
Meski demikian, Eri melanjutkan, pada komoditas bahan pangan, inflasinya tergolong rendah, yakni 0,1-0,4 persen. Pemerintah daerah dapat melakukan intervensi dengan program operasi pasar, bazar, atau subsidi transportasi. ”Masalahnya, komponen pemicu inflasi yang lainnya, seperti harga BBM atau pendidikan tinggi, tidak bisa diintervensi oleh daerah,” katanya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Tanda lunas membeli beras medium dalam operasi pasar di Pasar Kembang, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/2/2023). Operasi pasar berlangsung pada 4-5 Februari di 12 pasar di Kota Surabaya. Beras medium dijual Rp 46.000 per 5 kilogram. Warga dibatasi membeli hanya 10 kilogram beras.
Eri menegaskan, pemerintah sedang menjalankan pendataan untuk neraca komoditas yang berpotensi atau sedang naik harga. Neraca disiapkan oleh Perusahaan Daerah Pasar Surya dan bagian perekonomian untuk kebijakan intervensi.
”Saya segera hubungi kabupaten pemasok untuk memastikan pasokan bahan pangan dan distribusi lancar sehingga jika ada kenaikan harga bisa ditoleransi,” ujarnya.