Surabaya Tekan Inflasi lewat Kerja Sama dan Subsidi Ongkos Transportasi Barang
Pemerintah Kota Surabaya terus menjalin kerja sama dengan beberapa daerah sentra produksi dan subsidi ongkos transportasi barang sebagai upaya menekan inflasi.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat terjadinya inflasi sebesar 1,41 persen pada September 2022. Indeks harga konsumen gabungan di Surabaya naik dari 111,60 pada Agustus 2022 menjadi 113,17 pada September 2022. Adapun, tingkat inflasi tahun kalender September 2022 sebesar 5,51 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 6,80 persen.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk menekan inflasi adalah menjalin kerja sama dengan beberapa daerah sentra produksi, sekaligus mensubsidi ongkos transportasi barang. Cara ini, menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, di Surabaya, Senin (3/10/2022), bisa menekan inflasi di kota dengan penduduk 3 juta jiwa ini.
Kepala Badan Pusat Statistiki (BPS) Jatim Dadang Hardiwan menjelaskan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga secara umum, yang ditunjukkan oleh kenaikan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Dari sebelas kelompok pengeluaran, sembilan kelompok mengalami inflasi, satu kelompok mengalami deflasi, dan satu kelompok lainnya tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah transportasi sebesar 9,38 persen. Kemudian diikuti penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,17 persen, serta perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,62 persen.
Kelompok yang mengalami deflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,24 persen.
Dadang menyebutkan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September 2022 antara lain bensin, solar, beras, rokok kretek filter, angkutan antarkota, bakso siap santap, tarif kendaraan roda empat daring, tarif kendaraan roda dua daring, ayam goreng, dan sabun mandi.
Salah satu kerja sama dengan daerah lain itu bisa berupa barang yang dibutuhkan Surabaya diambilkan dari daerah lain. (Eri Cahyadi)
Berdasarkan penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur selama September 2022, seluruhnya mengalami inflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu Surabaya, sebesar 1,52 persen. Setelah itu disusul Jember sebesar 1,37 persen, Kediri sebesar 1,36 persen, Madiun sebesar 1,28 persen, Malang sebesar 1,06 persen, Probolinggo sebesar 0,98 persen, Sumenep sebesar 0,95 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,87 persen.
Kendati demikian, jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender di delapan kota IHK Jatim, Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi, yaitu mencapai 5,96 persen. Sementara kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Probolinggo sebesar 4,20 persen.
Langkah taktis
Masih tingginya inflasi di Kota Surabaya mendorong Pemkot Surabaya terus melakukan terobosan menghadang laju inflasi.
Beberapa jurus yang sudah dilakukan antara lain operasi pasar. Intervensi paling signifikan adalah menyubsidi ongkos transportasi dari tempat produksi menuju pasar. Dana subsidi ongkos transportasi barang bersumber dari APBD Kota Surabaya.
Pengamatan Kompas pada operasi pasar atau pasar murah yang digelar Pemkot Surabaya di kelurahan atau kecamatan, dengan menyubsidi ongkos transportasi barang, perbedaan harga barang berkisar Rp 1.500-Rp 2.500 per kilogram dibandingkan harga barang di pasaran.
Menyubsidi ongkos transportasi barang dari daerah sentra produksi, misalnya telur dan ayam di Blitar serta beras dari berbagai daerah, terutama Banyuwangi, Madiun, dan Lamongan, sudah diterapkan oleh Pemkot Surabaya sejak beberapa tahun lalu. Cara ini diklaim bisa mengendalikan inflasi di kota ini.
Untuk itu Eri Cahyadi sudah meminta jajaran direksi PD Pasar Surya agar bekerja sama dengan daerah lain dalam rangka menghadang inflasi dan menstabilkan harga di pasaran. ”Salah satu kerja sama dengan daerah lain itu bisa berupa barang yang dibutuhkan Surabaya diambilkan dari daerah lain,” katanya.
Semisal ketika di Surabaya telur naik, Pemkot Surabaya ambil langsung di peternak di Blitar. Dengan cara demikian, harga jual di pasar Surabaya bisa lebih rendah karena ongkos transportasinya disubsidi pemkot.