Sambar Nyawa di Jalur Tengkorak
Kecelakaan fatal bus Sugeng Rahayu dan bus Eka di Jawa Timur perlu menjadi momentum perbaikan menyeluruh layanan sehingga bus-bus beroperasi dengan jaminan keselamatan dan keamanan bagi penumpang.
Tiga nyawa menjadi tumbal tabrakan bus Sugeng Rahayu dan bus Eka di Jalan Raya Ngawi-Maospati, Ngawi, Jawa Timur, Kamis (31/8/2023) pukul 05.00. Sebanyak 16 penumpang terluka dalam kecelakaan fatal di wilayah Tambakromo, Geneng, Ngawi, yang termasuk jalur rawan tabrakan.
Korban tewas ialah sopir Sugeng Rahayu W 7572 UY bernama Agus Sutanto (28), warga Wlingi, Blitar; pengemudi Eka S 7551 US bernama Catur Prasetyo (40), warga Karanggede, Boyolali; dan penyeberang bernama Atik Sujiati (57), warga Geneng, Ngawi.
Berdasarkan olah tempat kejadian perkara oleh Kepolisian Resor Ngawi dan Polda Jatim, tabrakan terjadi pukul 05.15. Lokasi kecelakaan ialah jalan arteri dengan medan lurus dan saat tabrakan terjadi penerangan jalan umum masih menyala dan memadai. ”Kecelakaan diduga akibat bus mencoba menghindari pejalan yang hendak menyeberang,” ujar Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Muhammad Taslim Chairuddin.
Baca juga: Bus Sugeng Rahayu dan Eka Bertabrakan di Ngawi, 3 Orang Tewas dan 14 Luka
Sebelum tabrakan, Sugeng Rahayu melaju dari selatan ke utara, sedangkan Eka sebaliknya. Kedua kendaraan besar ini melaju dalam kecepatan tinggi meski penyelidikan belum dapat menyimpulkan laju saat tabrakan. Sebelum tabrakan, bus Sugeng Rahayu menghindari pejalan yang menyeberang sehingga memakan haluan lajur kanan yang saat itu tepat dilintasi bus Eka. Tabrakan keras tak terhindari, termasuk menghantam penyeberang.
Kecelakaan diduga akibat bus mencoba menghindari pejalan yang hendak menyeberang.
”Ada faktor (penyeberang) tidak memperhatikan arus lalu lintas, tidak hati-hati, (bus) jarak sudah dekat sehingga tabrakan bus Sugeng Rahayu dan bus Eka serta pejalan,” kata Taslim. Kecelakaan itu mengerikan. Salah satu korban tewas terpental dari dalam bus. Kedua bus rusak parah, bahkan bagian atap bus Sugeng Rahayu sampai bergeser. Ini menandakan tabrakan terjadi saat bus dalam laju tinggi.
Baca juga: Polres Ngawi Selidiki Kecelakaan Tunggal Bus Sugeng Rahayu
Ugal-ugalan
Masyarakat sebenarnya paham dengan kiprah perusahaan otobus trayek Surabaya-Solo-Yogyakarta. Sampai dengan 2000, rute itu dirajai oleh bus-bus dari Jatim, yakni Eka, Mira, Sumber Kencono, dan AKAS. Bus-bus ini cukup disenangi meski setiap penumpang menyukai karakter yang berbeda. Ada yang senang dengan kenyamanan, tarifnya, atau kecepatannya.
Bus-bus itu menjadi pilihan utama sebelum rute Surabaya-Solo terhubung oleh Jalan Tol Trans-Jawa serta pelayanan kereta api belum segemilang sekarang. Bus-bus itu tersedia setidaknya setiap jam dan melewati seluruh kabupaten/kota di lintasan trayek sehingga menciptakan keunggulan dalam fleksibilitas waktu layanan.
Namun, sejarah mencatat, bus-bus Eka, Mira, Sumber Kencono, dan AKAS paling sering terlibat dan menjadi biang kecelakaan fatal, terutama di wilayah Jatim. Di ruas Yogyakarta-Solo, jarang terdengar bus-bus Jatim terlibat kecelakaan. Ketika masuk wilayah Jatim sejak dari Ngawi, bus-bus ini seolah berubah menjadi penuh kegilaan.
Beberapa kali terjadi pembakaran terhadap bus-bus itu karena terlibat kecelakaan fatal di Jatim. Kalangan masyarakat sebenarnya sudah jengkel karena kelakukan sopir bus yang ugal-ugalan. Berdasarkan catatan Kompas, dalam tiga tahun terakhir terjadi belasan kecelakaan yang melibatkan bus Eka dan Mira. Delapan bulan terakhir, bus Sugeng Rahayu terlibat di tujuh kecelakaan.
Baca juga: Menutup Mata pada ”Pandemi” Kecelakaan
Kelam
PT Eka Mira Prima Sentosa, pengelola bus-bus Eka dan Mira, berdiri pada 1971 di Mojokerto, Jatim. Usaha dimulai dengan bus Flores rute Surabaya-Solo dan Surya Agung rute Malang-Surabaya-Ponorogo. Namun, sedasawarsa kemudian, terjadi kecelakaan fatal bus Flores di Solo dengan banyak korban tewas sehingga trayek dipotong tidak sampai Jateng.
Kecelakaan itu secara berangsur-angsur menurunkan minat penumpang terhadap bus Flores sehingga sepi penumpang. Perusahaan lalu meluncurkan pengganti, yakni bus Eka dan bus Mira. Saat ini, Eka bus patas atau non-ekonomi dengan rute sampai Solo, Yogyakarta, Magelang, Purbalingga, Purwokerto, Cilacap, Semarang, Cirebon, atau Bandung. Mira bus ekonomi rute Surabaya-Yogyakarta.
PT Selamat Sugeng Rahayu berawal dari PO Sumber Kencono di Sidoarjo pada 1981. Namun, sejak 2011, perusahaan meluncurkan dua merek baru sebagai regenerasi Sumber Kencono akibat kerapnya kecelakaan, termasuk yang fatal melibatkan kendaraan berjuluk ”peluru malam” itu. Perusahaan berkembang menjadi Sumber Group dengan layanan Sumber Selamat, Sugeng Rahayu, Golden Star (pariwisata), dan SR Express (ekspedisi).
Di masa Gubernur Jatim Soekarwo (2009-2019), bus-bus Sumber Kencono yang diartikan mesin uang kerap kecelakaan. Pada 2011, Soekarwo merekomendasikan pencabutan izin trayek dan izin perusahaan. Kementerian Perhubungan menjatuhkan sanksi pengurangan 40 persen bus Sumber Kencono yang beroperasi. Karena terlalu sering kecelakaan, Sumber Kencono kerap dipelesetkan menjadi sumber bencono (bencana).
Perusahaan merespons dengan perbaikan sehingga lolos dari sanksi pencabutan izin. Perusahaan mengubah bus dan meremajakannya menjadi Sumber Selamat dengan harapan membawa keselamatan. Di samping itu, Sugeng Rahayu dengan harapan jauh dari musibah. Namun, fakta berkata lain. Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu masih terlibat kecelakaan.
Baca juga: Kecelakaan Bus Wisata di Tol Surabaya-Mojokerto, 13 Tewas
Perombakan
Berdasarkan data Polda Jatim, kecelakaan lalu lintas berbagai moda dalam kurun lima tahun terakhir tetap tinggi. Pada 2018 ada 24.700 kasus dengan korban tewas 5.304 jiwa. Setahun kemudian ada 26.270 kasus dengan korban tewas 5.255 jiwa. Pada 2020 tercatat 21.220 kasus dengan kematian 4.645 jiwa. Tahun 2021 ada 21.380 kasus dengan kematian 4.806 jiwa. Untuk diketahui, penurunan kasus kecelakaan di 2020-2021 salah satunya dampak dari serangan pandemi Covid-19. Pada 2022, jumlah kecelakaan melonjak menjadi 29.720 kasus dengan korban tewas 5.337 jiwa.
Berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat, kecelakaan didominasi oleh sepeda motor. Angkutan orang bus berada di urutan ketiga. Jumlah bus yang terlibat kecelakaan dalam lima tahun terakhir ialah 2.916 unit pada 2018, 580 unit pada 2019, 1.625 unit pada 2020, 225 unit pada 2021, dan 2.588 unit pada 2022. Dari sini terlihat, tren kecelakaan bus tetap tinggi.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno berpendapat, kecelakaan bus atau angkutan umum seolah menjadi informasi harian. Ini memperlihatkan masalah yang kompleks, rumit, dan tidak terurai, apalagi terselesaikan, sehingga memerlukan perubahan yang radikal melalui kebijakan dan komitmen.
Pada prinsipnya, layanan transportasi itu menyandarkan pada tiga aspek, yakni keselamatan (safety), keamanan (secure), dan pelayanan (service). Keselamatan dan keamanan harga mati dan harus selalu diutamakan karena menyangkut masyarakat. Pelayanan diperbaiki, misalnya tarif menjadi tinggi karena bus dilengkapi kenyamanan, tetapi harus tetap menjamin keselamatan dan keamanan penumpang.
Djoko merekomendasikan penyelidikan utuh dalam kecelakaan dan sanksi tegas serta keras terhadap perusahaan angkutan yang kerap terlibat kemalangan itu. Sanksi untuk menumbuhkan semangat dan jaminan keselamatan dan keamanan benar-benar dipraktikkan dalam usaha transportasi. Perusahaan angkutan meski berkarakter mencari keuntungan, tetapi harus dilandasi dengan ikhtiar menjamin perlindungan konsumen dalam hal keselamatan dan keamanan.
Kompetensi dan kesejahteraan pegawai menjadi penting untuk diperhatikan lagi dan lagi. Sopir janganlah dibebani tugas berat, misalnya mengemudi dengan istirahat minim. Upah kru juga harus memenuhi standar kesejahteraan dengan beban kerja yang rasional. Nyawa penumpang, berapa pun banyaknya di dalam suatu bus, bergantung pada kru.