Kualitas Udara di Kalteng Mulai Memburuk, Angka ISPA Meningkat
Kualitas udara memburuk, kasus ISPA meningkat di Kalimantan Tengah. Masyarakat diimbau untuk mengenakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Angka kasus infeksi saluran pernapasan akut di Kalimantan Tengah meningkat seiring dengan meluasnya kebakaran hutan dan lahan. Hal itu juga dipengaruhi oleh kian memburuknya kualitas udara di beberapa daerah di Kalteng.
Data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) melalui aplikasi ISPUNet milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Senin (28/8/2023) pagi menunjukkan kandungan karbon monoksida (CO) udara di Kota Palangkaranya di angka 203 dengan suhu 23 derajat celsius. Artinya, kualitas udara di kota tersebut masuk dalam kategori sangat tidak sehat. Sementara PM 2,5 masih di angka 60 atau atau kategori sedang.
Angka itu meningkat dari hari sebelumnya, Minggu sore, yakni 165 untuk kandungan karbon monoksida atau kategori udara tidak sehat. Adapun angka PM 2,5 hanya 37 atau di kategori rendah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangkaraya Achmad Zaini menjelaskan, pada Jumat siang angka CO berada di angka nol. Hal itu membuat kualitas udara dalam kategori baik. Namun, menurut dia, telah terjadi kesalahan dalam pendataan yang belum diketahui penyebabnya.
Pihaknya juga mengukur kualitas udara melalui pengukuran Air Quality Monitoring System (AQMS) atau stasiun pemantau kualitas udara yang berada di Kecamatan Jekan Raya dan UPTD Laboratorium Lingkungan Kota Palangkaraya.
Sebelumnya, Zaini mengatakan, saat kualitas udara masuk kategori tidak sehat, itu berarti udara bersifat merugikan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Kenaikan indeks udara dari kategori sedang ke kategori tidak sehat itu disebabkan makin maraknya kejadian karhutla dalam beberapa hari terakhir ini. Pembakaran lahan gambut dapat menyebarkan zat-zat seperti SO2, NO2, PM 10, dan PM 2,5 yang dapat memengaruhi kualitas udara. Zat-zat itu merupakan partikel kecil yang bisa dihirup bersama oksigen masuk ke tubuh manusia dan merupakan zat kimia berbahaya.
Selain itu, Zaini mengimbau masyarakat yang melaksanakan aktivitas di luar ruangan untuk memakai masker. ”Masker masih efektif untuk mencegah partikel kecil masuk ke tubuh,” katanya.
Kualitas udara yang memburuk mulai mengganggu kesehatan masyarakat. Data Dinas Kesehatan Kalteng menunjukkan telah terjadi kenaikan angka kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kalteng. Pada Juni lalu, angka ISPA mencapai 7.871 kasus dan meningkat pada Juli menjadi 10.181 kasus.
Kepala UPTD Puskesmas Jekan Raya Haryadi mengungkapkan, terjadi peningkatan kasus ISPA di wilayah pelayanan puskesmasnya. Pada Mei 2023 terdapat 105 pasien kasus ISPA yang datang ke puskesmas, lalu meningkat pada Juni 2023 menjadi 139 kasus dan meningkat lagi pada Juli 2023 menjadi 154 kasus. Menurut Haryadi, hal itu terjadi lantaran cuaca yang tidak sehat.
”Karhutla menyebabkan polusi udara sehingga membawa partikel kecil yang bisa menyebabkan saluran pernapasan terganggu,” ujar Haryadi.
Ia menambahkan, kasus ISPA bisa dicegah dengan menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah. ”Kami imbau masyarakat untuk memakai masker di saat-saat seperti ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul tidak ingin berkomentar banyak soal itu. Ia mengatakan, kenaikan kasus ISPA dipengaruhi banyak faktor. ”Kami tidak bisa membedakan penyebabnya karena pemeriksaan di fasilitas kesehatan tidak sampai mencari penyebabnya,” katanya.