Yoice juga mengajak petani untuk mendaftar asuransi usaha tani padi yang diterapkan Pemkot Padang sejak 2016. Sawah yang terdampak El Nino bisa mendapatkan ganti rugi dari asuransi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dinas Pertanian Kota Padang menyatakan telah mengantisipasi dampak fenomena El Nino, yang membuat kemarau lebih panjang, pada pertanian. Sejauh ini areal persawahan di ibu kota Provinsi Sumatera Barat ini belum terdampak.
”Khusus di Padang, memang belum ada dampaknya. Intensitas hujan masih berlangsung di Padang. Yang terdampak kekeringan itu di Jawa dan wilayah timur Indonesia,” kata Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Yoice Yuliani, Jumat (25/8/2023).
Kompas.id (22/8/2023) melaporkan, fenomena El Nino terus menguat dan diprediksi berlanjut hingga Februari 2024. Di Indonesia, El Nino berdampak pada mundurnya awal musim hujan sehingga kekeringan bisa berlangsung hingga Oktober 2023.
Yoice menjelaskan, meskipun belum ada dampak El Nino, dinas pertanian sudah menyiapkan skema antisipasi. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) sudah diarahkan untuk menyampaikan kepada petani agar lebih intensif mengamati hama dan penyakit tanaman jika terjadi kemarau panjang.
”Petani juga diminta agar lebih intensif mengatur air. Kalau biasanya boros, nanti kalau ada kemarau masukkan air ke sawah secukupnya, sesuai kebutuhan. Kalau sumber air ada di sekitar lokasi, nanti juga bisa gunakan pompa,” ujar Yoice.
Sejauh ini produksi padi di Padang hingga Juli 2023 masih relatif bagus dan sesuai target, yaitu sekitar 27.000 ton dari target tahun 2023 sekitar 50.000 ton. Adapun produksi padi tahun lalu sekitar 45.000 ton.
Asuransi tani
Yoice juga mengajak petani untuk mendaftar asuransi usaha tani padi yang diterapkan Pemkot Padang sejak 2016. Sawah yang terdampak El Nino bisa mendapatkan ganti rugi dari asuransi.
Premi asuransi ini sebesar Rp 180.000 per hektar untuk sekali masa tanam. Petani cukup membayar Rp 36.000, sedangkan sisanya Rp 144.000 disubsidi pemerintah.
”Sawah gagal panen karena banjir, kekeringan, dan hama penyakit, bisa diklaim dengan nilai ganti rugi Rp 6 juta sehektar,” kata Yoice.
Sawah gagal panen karena banjir, kekeringan, dan hama penyakit bisa diklaim dengan nilai ganti rugi Rp 6 juta sehektar. (Yoice Yuliani)
Yoice menambahkan, asuransi usaha tani padi ini sebenarnya sangat membantu petani. Walakin, cakupan pesertanya masih kecil, sekitar 10 persen. Umumnya peserta adalah petani yang diwajibkan mendaftar karena mendapat bantuan pemerintah.
Asuransi usaha tani padi (AUTP) adalah program yang diadakan Kementerian Pertanian berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Perusahaan asuransi yang ditunjuk sebagai pelaksana adalah PT Asuransi Jasa Indonesia.
Kriteria petani yang bisa mendaftar asuransi ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani, petani pemilik dan/atau penggarap yang melakukan usaha budidaya tanaman padi pada lahan paling luas 2 hektar per pendaftaran per musim tanam. Kemudian, petani pendaftar harus memiliki nomor induk kependudukan (NIK) dan diutamakan petani yang mendapatkan bantuan pemerintah (KUR, Sapras, Saprodi, dan lain-lain).
Pengamatan Kompas di areal persawahan di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Padang, Jumat siang, petak-petak sawah yang baru ditanami beberapa pekan dan bulan masih digenangi air. Selokan yang merupakan sumber air sawah juga masih berair meskipun tidak dalam.
Arif Rahman Hariko (38), petani padi di Kelurahan Sungai Sapih, mengatakan, selama 2023 ini, tiga petak sawah yang ia garap tidak mengalami kekurangan air. Hasil panennya dua bulan relatif baik.
”Kini umur padi saya 25 hari. Lumayan bagus pertumbuhannya. Air tidak ada kendala sejauh ini. Cuma pupuk yang agak susah. Saya tidak dapat pupuk subsidi karena bukan anggota kelompok tani,” kata Hariko.
Nusyirwan (61), petani padi lainnya di kelurahan itu, mengatakan, sejauh ini memang tidak terjadi kemarau. Sawahnya juga masih mendapatkan suplai air dan hasil panen tiga bulan lalu juga bagus. Namun, debit air selokan di sekitar sawahnya mulai berkurang.
”Memang agak susah memasukkan air daripada biasanya. Sekarang harus lewat irigasi. Saya biasanya masukkan air malam-malam. Kalau siang, sering berebut dengan petani lain,” katanya.
Terkait asuransi usaha tani padi, Nusyirwan mengaku, pernah mendengar informasi tersebut. Harga preminya menurut ia relatif terjangkau dan nilai manfaatnya relatif besar. Walakin, ia tidak mendaftar karena tidak tahu cara dan lokasi pendaftarannya.