Bhante Pannavaro Mendapat Penghargaan dari Seniman Lima Gunung
Bhante Pannavaro mendapatkan penghargaan Lima Gunung Award. Dia dianggap sebagai tokoh penting yang berhasil mewujudkan kolaborasi antaragama terindah di lingkungannya.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Ketua Sangha Theravada Indonesia Bhante Sri Pannavaro Mahathera mendapatkan penghargaan Lima Gunung Award dari para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bhante yang juga menjabat Kepala Vihara Mendut di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, itu dipandang para seniman sebagai tokoh penting dan saksi peradaban Jawa di wilayah Magelang dan sekitarnya.
Penghargaan disampaikan dalam Festival Lima Gunung XXII di Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jumat (25/8/2023).
Presiden Lima Gunung Sutanto Mendut saat memberikan samputan sebelum pemberian penghargaan mengatakan, dirinya menjadi saksi, Bhante Pannavaro adalah tokoh yang berhasil mewujudkan kolaborasi, kerukunan antara umat Buddha dan lingkungan sekitarnya.
”Melalui aktivitasnya, hanya Bhante Pannavaro yang bisa mewujudkan kolaborasi terindah antara umat Buddha termiskin di sudut kota hingga umat Islam, NU di lingkungan sekitar Vihara Mendut,” ujarnya Sutanto.
Tinggal di Studio Mendut yang berjarak sekitar 300 meter dari Vihara Mendut, Sutanto bersaksi, rangkaian perayaan Waisak yang diselenggarakan oleh Bhante Pannavaro selalu ramai, semarak oleh kehadiran umat, biksu, dan warga sekitar. Keramaian itu bahkan bisa berlangsung dalam jangka waktu lama, bisa selama tujuh hari tujuh malam.
Dengan mempertimbangkan peran penting tokoh tersebut untuk lingkungan sekitar tersebut, Komunitas Lima Gunung selalu menghormati dan menyempatkan diri bertemu, berkomunikasi dengan Bhante Pannavaro. Namun, sayangnya, menurut Sutanto, hal ini sering kali tidak disadari oleh tokoh-tokoh, pejabat pemerintah setingkat menteri atau DPR.
Dalam kesempatan itu, Sutanto juga bertanya kepada warga, para penonton yang hadir sekitar panggung, apakah Bhante Pannavaro layak mendapatkan penghargaan tersebut. Seketika, massa di sekitar panggung Festival Lima Gunung berteriak bahwa penghargaan tersebut memang tepat adanya.
”Tidak perlu disahkan oleh bupati, pemberian penghargaan Lima Gunung Award ini secara resmi telah disahkan oleh rakyat,” ujar Tanto.
Bhante Pannavaro mengaku sangat senang dan merasa terhormat mendapatkan penghargaan Lima Gunung Award dari para seniman yang disampaikan dalam Festival Lima Gunung, yang dianggapnya sebagai acara berkelas dunia. Namun, di sisi lain, dia pun merasa sangat heran dan menganggap penghargaan tersebut ”salah alamat”.
”Diberi penghargaan atau tidak, saya, sebagai seorang biksu, akan tetap seperti ini saja. Kenapa penghargaan semacam ini tidak diberikan kepada orang-orang perwakilan dari peserta Pemilu saja?” ujarnya.
Bhante mengaku, dirinya sudah lama kenal dengan teman-teman Komunitas Lima Gunung. Dia juga memuji aktivitas kesenian, kebudayaan yang menjadi jalan untuk membuat kerukunan sejati lintas agama, lintas suku, lintas parpol, perekat, yang menyatukan semuanya.
Kejahatan hanya akan menyakiti, merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar (Bhante Sri Pannavaro Mahathera).
Dia juga menganggap dirinya kurang layak mendapatkan penghargaan karena apa yang dilakukan, diajarkannya kepada umat, hanyalah memperbanyak kebaikan dan menghindari berbuat jahat. ”Kejahatan hanya akan menyakiti, merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar,” ujarnya.
Dalam Festival Lima Gunung XXII ini, para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung memberikan penghargaan Lima Gunung Award untuk 12 tokoh. Satu penghargaan diberikan kepada Banthe Pannavaro pada Jumat (25/8), dan 11 penghargaan lainnya akan diberikan pada Minggu (27/8). Semua yang mendapatkan penghargaan adalah mereka yang dipandang berperan penting dalam kehidupan masyarakat, terutama di lingkungan sekitarnya.