Lahan gambut seluas 150 hektar di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, terbakar sejak 12 hari lalu. Upaya pemadaman menghadapi sejumlah kendala, misalnya angin kencang dan keterbatasan air.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kebakaran lahan gambut masih melanda dua desa di dua kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, sejak 12 hari lalu. Luas lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 150 hektar. Upaya pemadaman menghadapi sejumlah kendala, misalnya angin kencang dan keterbatasan air.
Kebakaran itu terjadi di Desa Deling, Kecamatan Pangkalan Lampam, dan Desa Serdang, Kecamatan Pampangan. ”Dua titik kebakaran di dua desa itu masih dalam satu hamparan dan berbatasan dengan konsesi sebuah perusahaan perkebunan,” ujar Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristianto, Jumat (25/8/2023).
Ferdian menyebut, sampai saat ini, ada 45 petugas Manggala Agni dibantu pihak perusahaan dan petugas dari instansi terkait yang berupaya memadamkan api di sana. Kebakaran sebenarnya sudah terjadi sejak 12 hari yang lalu, tetapi belum padam hingga sekarang.
Proses pemadaman terkendala kondisi angin yang sangat kencang dan keterbatasan air. Oleh karena itu, Ferdian menyebut, petugas harus menggali tanah untuk mencari sumber air yang baru.
Pemadaman makin sulit dilakukan karena kawasan yang terbakar itu merupakan lahan gambut. ”Tidak ada api di permukaan, tetapi asap masih mengepul. Itu menandakan jika di bawah permukaan tanah masih ada api yang jika tidak dibasahi, potensi kebakaran akan tetap ada,” ungkap Ferdian.
Dia menambahkan, pemadaman dari udara melalui helikopter water bombing (bom air) juga terus dilakukan. Namun, air yang disiramkan dari udara itu tidak bisa terlalu banyak karena sumber air yang jauh dari lokasi kebakaran.
Kendala lain adalah jauhnya lokasi kebakaran dari wilayah permukiman. Kondisi ini menyulitkan petugas memperoleh logistik. ”Namun, kami akan tetap bersiaga di sana agar kebakaran tidak meluas,” ujar Ferdian.
Ferdian menduga, kebakaran lahan di lokasi itu disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang ingin mengambil kayu di sana. Agar bisa sampai ke titik pengambilan kayu, warga harus membuka jalan akses yang salah satu caranya dengan membakar lahan.
Selain di dua desa tersebut, petugas Manggala Agni juga dikerahkan untuk melakukan patroli di sepanjang jalan tol ruas Palembang-Kayu Agung dan Palembang-Indralaya. Ada sekitar 100 personel yang bersiaga di sana dibantu dengan petugas dari instansi lain.
Patroli ini dilakukan karena pada pertengahan Agustus lalu, kebakaran lahan terjadi di sisi jalan tol di Kecamatan Indralaya Utara dan Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Saat ini, kebakaran di lokasi itu sudah bisa dipadamkan karena lahan di sana merupakan tanah mineral. ”Luas lahan kebakaran di sana diperkirakan 30 hektar dan bersifat sporadis,” ujar Ferdian.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, ke depan, potensi kebakaran lahan masih tetap ada karena situasi lahan saat ini sangat kering. ”Bahkan, titik panas di Sumsel meningkat pada periode Agustus ini,” katanya.
Berdasarkan data BPBD Sumsel, jumlah titik panas di provinsi itu selama Januari-Agustus 2023 mencapai 1.821 titik. Titik panas di Sumsel paling banyak muncul pada Agustus, yakni 653 titik.
Ansori menduga kebakaran lahan yang terjadi di Sumsel disebabkan oleh kegiatan warga saat membuka lahan. ”Banyak warga yang membuka lahan untuk menanam sayur atau cabai dengan membakar. Namun ketika pembakaran dilakukan, mereka tidak melakukan penjagaan sehingga api menjalar dan akhirnya tidak terkendali,” ungkapnya.
Dia menyebut, jika kebakaran lahan terjadi di suatu lokasi, upaya pemadaman harus dijalankan sesegera mungkin, baik melalui jalur darat maupun udara. Khusus untuk pemadaman dari udara, telah disiagakan lima helikopter water bombing dan dua helikopter patroli.
Tingkatkan status
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir meningkatkan status kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kabupaten itu dari Siaga menjadi Tanggap Darurat.
”Peningkatan status ini untuk lebih mengoptimalkan upaya pengendalian karhutla dengan memaksimalkan semua sumber daya,” ungkap Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Ogan Komering Ilir Antonius Leonardo.
Kepala BPBD Kabupaten Ogan Komering Ilir Listiadi Martin mengatakan, jumlah titik panas dan titik api di kabupaten tersebut semakin meningkat. Kondisi ini tampak dari kebakaran lahan yang terus berlanjut sejak 30 hari terakhir.
Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengapresiasi kesigapan Pemkab Ogan Komering Ilir yang telah meningkatkan status bencana karhutla. ”Peningkatan status penting sebagai dasar pelaksanaan tugas di lapangan. Upaya peningkatan kewaspadaan dengan mendirikan beberapa pos komando.” katanya.
Tidak ada api di permukaan, tetapi asap masih mengepul. Itu menandakan jika di bawah permukaan tanah masih ada api yang jika tidak dibasahi, potensi kebakaran akan tetap ada.