Warga Pedalaman Pulau Sumba Terbantu BBM Satu Harga
Program BBM satu harga senapas dengan semangat Nawacita yang digaungkan Presiden Joko Widodo.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
TAMBOLAKA, KOMPAS — Kebijakan BBM satu harga yang mulai diberlakukan tahun 2018 lalu, kini telah menjangkau enam lokasi di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat pedalaman yang selama ini kesulitan mengakses BBM merasa terbantu. Mereka pun berharap agar program BBM satu harga terus dipertahankan dan diperluas ke wilayah pelosok lain.
Kebijakan tersebut kini berlaku di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) Desa Anakaka, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, sebagaimana terpantau pada Rabu (23/8/2023). Selain untuk Kodi, SPBU tersebut juga melayani masyarakat di dua kecamatan lain, yakni Kodi Bangedo dan Kodi Balaghar. Setiap hari, 7.000 kiloliter BBM yang terjual di SPBU tersebut.
Sejak pagi, ratusan pengendara mengantre membeli BBM satu harga. Kebanyakan mereka membeli pertalite yang dijual dengan harga Rp 10.000 per liter. Harga pertalite sama dengan yang ditetapkan pemerintah. Hampir semua kendaraan di daerah itu menggunakan pertalite.
Agus Tamuama, Sekretaris Desa Anakaka, menuturkan, kehadiran BBM satu harga sangat membantu masyarakat, baik dari sisi akses maupun harga. Sebelumnya, untuk mendapatkan BBM dengan harga tersebut, mereka harus pergi ke Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.
”Sampai di sana pun kami harus antre lama-lama dan kadang kala kami tidak dapat karena stok BBM habis. Kami terpaksa beli eceran dengan harga harga lebih mahal dan takarannya juga lebih sedikit. Kami rugi dobel,” ujarnya.
Kehadiran BBM satu harga telah mendorong kegiatan ekonomi setempat, mulai dari usaha kecil, mikro, dan menengah hingga aktivitas melaut. Lalu lintas transportasi yang membawa hasil komoditas ke wilayah perkotaan juga semakin lancar.
Daud (20), tukang ojek dari Desa Walla Ndimu, Kecamatan Kodi Bangedo, berharap program BBM satu harga dapat dipertahankan dan juga dibangun di daerah pedalaman lainnya di Kecamatan Kodi Bangedo dan Kodi Balaghar.
Alasannya, untuk mencapai SPBU Anakaka, mereka menempuh perjalanan lebih dari 20 kilometer dengan ruas sebagian jalan rusak berat.
Disadari bahwa selama ini masyarakat di pelosok membeli BBM dengan harga yang tidak wajar. (Taufiq Kurniawan)
Banyak masyarakat akhirnya memilih membeli dari pengencer di kampung dengan harga lebih mahal. Ketika musim hujan, satu liter pertalite dijual dengan harga hingga Rp 50.000 atau lima kali lipat dari harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Taufiq Kurniawan, Section Head Communication Relation Pertamina Patra Niaga Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, mengatakan, program BBM satu harga merupakan upaya membantu masyarakat pelosok dalam mengakses BBM yang harganya sama dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Upaya ini senapas dengan Nawacita yang digaungkan Presiden Joko Widodo.
”Disadari bahwa selama ini masyarakat di pelosok membeli BBM dengan harga yang tidak wajar. Pertamina mendapat penugasan dari pemerintah untuk mewujudkan keadilan energi melalui program BBM satu harga,” kata Taufiq.
Program itu dimulai di wilayah Papua tahun 2018, kemudian berlanjut ke wilayah lain. Kini, di Pulau Sumba sudah berdiri enam unit SPBU BBM satu harga. Untuk NTT sudah 62 unit, sedangkan di Indonesia lebih 400 unit. Menurut rancana, ada penambahan 6 unit di NTT yang akan diresmikan pada Kamis (24/8/2023).
Menurut Taufiq, dalam pengaturan BBM satu harga, pihak Pertamina menanggung ongkos transportasi BBM dari terminal BBM ke SPBU. Untuk SPBU Anakaka, BBM diangkut menggunakan mobil dari Terminal BBM Waingapu di Kabupaten Sumba Timur, dengan waktu perjalanan lebih kurang 6 jam.
Melkianus Lubalu, Direktur Utama PT Selly Indah Energy selaku pengusaha SPBU di Kabupaten Sumba Barat Daya, menuturkan, pembangunan SPBU BBM satu harga disesuaikan dengan titik yang sudah ditetapkan pemerintah. Untuk titik yang berada di pelosok, memerlukan biaya lebih tinggi.
Menurut dia, dari sisi pendapatan, bisnis SPBU satu harga belum mendatangkan keuntungan dalam waktu jangka pendek. ”Ini lebih pada panggilan hati untuk membantu masyarakat. Keuntungan dari bisnis ini baru bisa dirasakan setelah beberapa tahun,” ucapannya.
Melkianus memiliki dua SPBU yang menerapkan BBM satu harga. Setiap bulan, setiap SPBU mendapatkan pasokan 88.000 kiloliter pertalite dan 16.000 kiloliter solar.