Indonesia mendorong pemberdayaan UMKM dan peningkatan kualitas UMKM di ASEAN. Negara ASEAN memiliki penduduk besar dengan didominasi kelas menengah, yang menjadi pasar menjanjikan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Dengan penduduk di kawasan Asia Tenggara mencapai 679 juta jiwa, atau sekitar delapan persen dari jumlah penduduk dunia, negara-negara Asia Tenggara memiliki pasar menjanjikan, termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Indonesia mengajak negara-negara anggota ASEAN untuk mendukung penguatan UMKM sebagai model bisnis inklusif dan menjadikan ASEAN sebagai pusat produksi UMKM dunia.
Selain memiliki pasar yang besar dan menjanjikan, kawasan Asia Tenggara juga memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi industri, termasuk pariwisata. Penduduk di negara anggota ASEAN didominasi kelas menengah dengan daya beli yang tinggi. Dengan potensi tersebut, ASEAN harus memastikan masyarakatnya mendukung keberadaan dan pemakaian produk lokal ataupun produk regional kawasan.
”ASEAN menghadirkan pasar yang sangat menjanjikan bagi dunia. Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara anggota ASEAN berada di atas rata-rata (pertumbuhan ekonomi) global, yakni sebesar lima persen pada 2024,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop dan UKM) Teten Masduki dalam sambutannya di pembukaan 6th ASEAN Inclusive Business Summit 2023 di Hotel Mulia Resort Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (23/8/2023).
Posisi strategis ASEAN itu, menurut Teten, menyebabkan kawasan Asia Tenggara sering menjadi sasaran produk lintas batas dari luar ASEAN. Dengan mengusung tema Keketuaan Indonesia di ASEAN, yakni, ”ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Teten menyatakan Indonesia mengajak negara-negara ASEAN untuk memastikan masyarakatnya mendukung produk lokal dan regional dengan bersama-sama meningkatkan komitmen terhadap UMKM, yang menjadi model bisnis inklusif itu.
Indonesia, menurut Teten, berkomitmen pada penguatan dan peningkatan UMKM dengan menjalankan berbagai kebijakan dan program untuk UMKM di Indonesia, antara lain menjadikan UMKM sebagai bagian dari rantai pasok global, pengadaan barang dan jasa pemerintah dari UMKM, dan penyelenggaraan program kewirausahaan nasional, yang menargetkan terciptanya 1 juta wirausaha baru pada 2024.
ASEAN menghadirkan pasar yang sangat menjanjikan bagi dunia. (Teten Masduki)
Lebih lanjut, dalam konferensi pers bersama Wakil Menteri Perdagangan RI Jerry Sambuaga dan Sekretaris Eksekutif United Nations–Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) Armida Salsiah Alisjahbana di Nusa Dua, Badung, Teten mengatakan, Indonesia berinisiatif mendorong pembentukan lembaga khusus pemberdayaan dan bantuan keuangan untuk mendorong inklusivitas bisnis di ASEAN.
Lembaga layanan pemasaran
Untuk itu, Indonesia mengusulkan terbangunnya ASEAN Micro, Small, and Medium Enterprises Financing Institution (AMSEF) dan ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and Medium Enterprises.
Teten menambahkan, Indonesia juga mengusulkan agar Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UMKM (LLP-KUKM) atau Smesco Indonesia sebagai ASEAN Inclusive Business.
LLP-KUKM/Smesco Indonesia akan diperankan sebagai simpul atau hub dari pusat layanan unggulan (center of excellence) UMKM. Smesco Indonesia tidak hanya akan memberikan layanan promosi dan pemasaran bagi UMKM Indonesia, tetapi juga bagi UMKM negara-negara ASEAN melalui kerja sama dengan lembaga terkait di setiap negara ASEAN.
Dalam sambutannya, yang dibacakan Direktur Integrasi Pasar di Sekretariat ASEAN Le Quang Lan pada acara pembukaan 6th ASEAN Inclusive Business Summit, Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn menyatakan, Sekretariat ASEAN menyambut positif Rencana Aksi untuk Promosi Bisnis Inklusif di ASEAN 2023-2027.
Rencana aksi itu dinilai hadir pada waktu yang tepat seiring dengan upaya persiapan menghadapi perubahan lanskap ekonomi dunia.
Sejalan dengan rencana aksi itu, Sekjen ASEAN dalam sambutannya, yang dibacakan Le Quang Lan, merekomendasikan perlunya promosi inklusivitas bisnis dalam pendekatan ASEAN, khususnya dalam bidang digitalisasi, ekonomi hijau, dan ketahanan rantai pasok.
Ditemui seusai konferensi pers di Nusa Dua, Sekretaris Eksekutif UN-ESCAP Armida Salsiah Alisjahbana mengatakan, penting bagi semua negara agar mampu memberdayakan dan meningkatkan UMKM agar produk UMKM memiliki standar dan kualitas serta dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri dan perusahaan.
Armida menyatakan perlunya kerja sama antarnegara anggota ASEAN sehingga negara-negara ASEAN dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam memberdayakan dan meningkatkan kualitas dan standar produk UMKM.
Ketika memberikan sambutan dalam pembukaan 6th ASEAN Inclusive Business Summit, Armida mengatakan, transformasi bentuk usaha menjadi penting dalam inklusivitas bisnis karena bisnis inklusif berbeda dengan bisnis biasa.
Bisnis inklusif juga memberikan prioritas dan dukungan terhadap kepentingan manusia, sosial, dan lingkungan, selain pada keuntungan.
Armida menyatakan dukungan UN-ESCAP dalam pengarusutamaan model bisnis inklusif itu.
Wakil Menteri Perdagangan, yang juga menjadi Chair of ASEAN Economic Minister, Jerry Sambuaga menyatakan pertemuan ASEAN untuk inklusivitas bisnis, yang diselenggarakan Kemenkop dan UKM, selaras dengan program prioritas pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN beberapa waktu lalu. Jerry menyebutkan, pertemuan tingkat Menteri Ekonomi ASEAN di Semarang juga menyepakati kontribusi untuk mempromosikan digitalisasi UMKM.
Untuk penyelenggaraan 6th ASEAN Inclusive Business Summit 2023 di Nusa Dua, Kemenkop dan UKM mendapat dukungan dari UN-ESCAP dan OECD serta kolaborasi Kemenkop dan UKM bersama OXFAM, World Benchmarking Alliance, dan INFID.