Deklarasi Prabu, Upaya Meraih Dukungan bagi Prabowo di Kandang Banteng
Politisi PDI-P, Budiman Sudjatmiko, mendeklarasikan dukungannya kepada bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Jateng. Upaya itu diduga untuk meraih dukungan bagi Prabowo di ”kandang banteng”.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·6 menit baca
Deklarasi dukungan yang dilakukan oleh politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, kepada bakal calon presiden dari koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023), dinilai sebagai salah satu strategi meraih dukungan bagi Prabowo di ”kandang banteng” tersebut. Peristiwa itu juga mengindikasikan, arahan untuk memenangkan bakal capres yang diusung PDI-P, Ganjar Pranowo, masih belum sepenuhnya ditaati para kader.
Dalam pidatonya di depan ribuan simpatisan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) yang hadir di Marina Convetion Center, Semarang, Jumat petang, Budiman menyatakan dukungannya terhadap pencalonan Prabowo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Padahal, Budiman yang merupakan aktivis reformasi itu pernah berseberangan pendapat dengan mantan Komandan Jenderal Kopassus selama puluhan tahun.
”Saya terinspirasi setelah membaca buku berjudul Paradoks Indonesia yang diberikan oleh Pak Prabowo. (Saya) merasa, kok, semangatnya sama dengan apa yang dulu saya dan teman-teman perjuangkan untuk kedaulatan rakyat Indonesia. Dari tulisan itu, saya memahami isi pikiran Prabowo dan kalau saya tidak mencintai isi pikiran itu, maka saya mengkhianati diri saya sendiri, mengkhianati cita-cita saya sendiri,” ungkap Budiman.
Ia meminta Prabowo untuk memajukan kesejahteraan Indonesia, salah satunya dengan cara mengembangkan badan usaha milik desa. Selain itu, Budiman juga berharap agar kehidupan bangsa bisa dicerdaskan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan. Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi negara maju dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Keputusan Budiman yang secara terang-terangan menyatakan dukungan kepada Prabowo dipertanyakan sejumlah orang. Sebab, partai yang menaungi Budiman, yakni PDI-P, mengusung Ganjar sebagai capres dalam Pilpres 2024. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri juga telah memerintahkan seluruh kader untuk memenangkan Ganjar.
Budiman mengungkapkan, dirinya masih merupakan kader PDI-P. Hingga Jumat, Budiman menyatakan belum ada teguran dari partainya terkait deklarasi yang dilakukannya di Semarang. Budiman mengaku bakal bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya, termasuk apabila dirinya harus menerima sanksi.
”Saya tidak mau berandai-andai. Tetapi jika ini kekeliruan, saya pribadi siap, katakanlah jika ada sanksi. Tapi saya yakin bahwa tidak punya prasangka buruk (terhadap) PDI-P dan PDI-P punya aturan-aturan,” ujarnya.
Sementara itu, Prabowo mengaku terkesan dengan dukungan yang diberikan Budiman dan orang-orang yang tergabung dalam Prabu. Menurut Prabowo, Budiman dan dirinya yang pada masa lalu pernah berada di kubu yang berbeda memiliki kesamaan cita-cita dan pemahaman.
”Kami percaya dan yakin bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan dan potensi untuk menghilangkan kemiskinan. Itu harus menjadi tekad kita. Ada bangsa-bangsa lain yang bisa menghilangkan kemiskinan, Indonesia juga bisa,” ucap Prabowo.
Prabowo juga sempat menyinggung keputusannya untuk bergabung dengan Presiden Joko Widodo yang menjadi lawannya dalam Pilpres 2014 dan 2019. Dengan bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju, Prabowo mengaku bisa lebih memahami pemikiran dan cara kerja Jokowi. Untuk itu, Prabowo bertekad untuk melanjutkan program-program Jokowi.
Sama-sama Jateng
Dihubungi terpisah, Sabtu (19/8/2023), Sekretaris Jenderal Prabu Sahala Jonedi B Manalu mengatakan, pemilihan Kota Semarang sebagai tempat deklarasi karena Prabowo dan Budiman sama-sama orang Jateng. Budiman lahir di Kabupaten Cilacap, sementara orangtua Prabowo berasal dari Kebumen.
”Tidak ada alasan khusus (memilih lokasi deklarasi). Secara filosofis, Pak Prabowo dan Pak Budiman sama-sama orang Jateng. Secara teknis, yang paling cepat dan memungkinkan di Semarang,” tutur Sahala.
Ia menyebutkan, pihaknya menargetkan Prabowo bisa mendapatkan lebih dari 50 persen suara pemilih di Jateng. Kendati wilayah itu terkenal sebagai kandang banteng, Prabu tidak gentar. Mereka optimistis bisa memenangkan Prabowo di wilayah tersebut.
Sahala mengklaim ada sekitar 10.000 sukarelawan Prabu yang hadir dalam kegiatan Jumat. Mereka terdiri dari masyarakat desa, anggota lintas komunitas, pelaku ekonomi kerakyatan, dan anak-anak muda. Setelah deklarasi di Kota Semarang, sukarelawan Prabu akan melakukan konsolidasi di daerah-daerah lain untuk memenangkan Prabowo dalam Pilpres 2024.
”Saat ini, Prabu sudah tersebar di 40 kota yang ada di 28 provinsi. Ini masih akan terus berkembang karena Prabu ini semacam atmosfer yang terbuka, siapa saja boleh ada di situ, tidak eksklusif untuk orang-orang tertentu,” lanjutnya.
Sahala menyebutkan, Prabu tidak mengusulkan siapa pun untuk menjadi calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2024. Menurut dia, siapa pun yang ditunjuk Prabowo sebagai wakilnya akan didukung.
”Pak Prabowo lebih tahu siapa yang pantas mendampinginya, siapa yang mengerti jalan pikirannya. Harus saling melengkapi supaya paket itu serasi dan kompak. Dalam dinamika politik, apa saja bisa terjadi. Tapi saya yakin, Pak Prabowo mengerti dan paham betul jalan apa yang sedang beliau tempuh, dengan siapa harus bekerja sama, dan dengan siapa harus seiring sejalan,” papar Sahala.
Momentum
Menurut pengamat politik Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman, dalam politik dibutuhkan momentum dan lokus. Kota Semarang, ibu kota Jateng, sebagai lokasi deklarasi Prabu memenuhi kedua unsur tersebut. Wahid menilai, pemilihan lokasi itu menjadi bagian dari strategi meraih dukungan dan mengurangi margin kekalahan Prabowo. Pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo kalah telak di Jateng.
”Saya kira (deklarasi tersebut) menjadi satu cara untuk paling tidak mengurangi margin kekalahan Prabowo di Jateng. Ini strategi yang tepat untuk memompa semangat. Kalau Jateng saja berani, di daerah lain gerakan-gerakan serupa bisa saja terjadi,” ucap Wahid.
Ia mengatakan, upaya Prabowo mengikis margin kekalahannya di Jateng sudah dilakukan sejak beberapa waktu terakhir. Belakangan, Prabowo sering melakukan kunjungan ke sejumlah wilayah di Jateng. Bahkan, belum lama ini, sejumlah orang yang merupakan sukarelawan Jokowi di Surakarta turut mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo.
Deklarasi yang dilakukan oleh Budiman sebagai aktivis yang pernah berseberangan dengan Prabowo juga disebut Wahid membawa keuntungan bagi Prabowo. ”(Dukungan) ini bisa mengurangi isu-isu yang kerap dikaitkan dengan Prabowo, seperti persoalan pelanggaran hak asasi manusia dan penculikan aktivis,” ujar Wahid.
Soliditas internal
Pergerakan Prabowo di kandang bateng disebut Wahid menjadi salah satu tantangan yang perlu diwaspadai PDI-P. Apalagi, salah satu kadernya malah terang-terangan mendukung bakal capres dari partai lain. PDI-P dinilai Wahid perlu membangun soliditas interal supaya perjalanan memenangkan Ganjar menjadi lebih mulus.
”Saya kira ini ekses agak lama. Sosok Ganjar meski sudah dicalonkan oleh PDI-P dan Megawati sudah bilang semua kader harus mengawal, faktanya masih banyak elite PDI-P yang belum mau menerima sepenuhnya. Barangkali karena rekam jejak Ganjar atau melihat Prabowo yang memang direstui Jokowi dan kans kemenangannya cukup besar. Dua faktor itu yang membuat apa yang direkomendasikan Megawati tidak sepenuhnya ditaati (kadernya),” tutur Wahid.
Adapun pengamat politik Universitas Wahid Hasyim Semarang, Joko J Prihatmoko, menilai, deklarasi yang dilakukan Prabu di Jateng sengaja dilakukan untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo. Hal itu karena dalam beberapa survei, dukungan terhadap Prabowo di Jateng tidak sekuat calon lain. Kendati demikian, langkah itu dinilai tidak akan mudah karena di level Jateng, kisah dan popularitas Budiman disebut tidak jelas.
Di balik manuver yang dilakukan Budiman, menurut Joko, ada tujuan pribadi yang hendak dicapai. Budiman disebut ingin agar namanya tidak tenggelam. Sebab, Budiman dinilai tidak memiliki peran yang menonjol di PDI-P dalam gelaran Pilpres 2024.
”Faksionalisme di tubuh partai berimplikasi terhadap penyingkiran faksi-faksi minor. Faksi Budiman di PDI-P sangat minor sehingga ia tidak memiliki peran besar. Budiman bisa berhenti bermanuver jika PDI-P membuka atau memberi peran lebih bersar,” katanya.