Polisi Periksa 15 Saksi, Kebakaran Kapal di Tegal Akhirnya Bisa Dipadamkan
Sebanyak 15 orang diperiksa polisi untuk mengungkap penyebab kebakaran kapal di Kota Tegal, Jateng, Senin (14/8/2023). Pengungkapan kasus itu akan dilakukan secara saintifik.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Sebanyak 15 saksi diperiksa terkait kebakaran kapal di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah. Setelah lima hari berkobar, api akhirnya padam pada Jumat (18/8/2023).
Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi mengatakan, 15 saksi terdiri atas berbagai kalangan. Mereka adalah pihak yang pertama mengetahui kebakaran, warga sekitar lokasi kebakaran, hingga pemilik kapal.
Selain itu, olah tempat kejadian perkara hingga pemeriksaan forensik juga telah dilakukan. Polda Jateng menerjunkan tim laboratorium forensik dan tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis).
”Ada informasi (penyebabnya) terkait listrik. Nanti akan kami buktikan dulu dengan scientific crime investigation. (Hasilnya) nanti kami sampaikan,” kata Luthfi dalam keterangan tertulis, Jumat.
Sebelumnya, dalam rapat koordinasi penanganan kebakaran kapal di Kota Tegal, Luthfi berharap agar pemulihan pascabencana segera dilakukan. Pendataan bagi semua pihak terdampak harus segera dilakukan.
Asuransi
Sejauh ini, api membakar 63 kapal milik 26 orang. Kerugiannya sekitar Rp 189 miliar.
Diduga sebagian pemilik kapal bakal menanggung beban lebih berat. Alasannya, puluhan kapal yang terbakar itu tidak diasuransikan.
”Kami juga ingin semua kapal bisa diasuransikan, tetapi (perusahaan asuransi) yang menyediakan asuransi untuk kapal perikanan itu sedikit. Perusahaan asuransi menilai kapal perikanan berisiko tinggi, risiko tenggelam sampai terbakar,” tutur Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Jateng Riswanto.
Menurut Riswanto, usaha mencari program asuransi kapal sudah dilakukan. Namun, saat ada pihak yang mau memfasilitasi asuransi, besaran klaimnya tidak sebanding dengan harga kapal.
”Satu kapal ukuran 60 gros ton senilai Rp 3 miliar hanya dapat klaim Rp 300 juta,” ucap Riswanto yang kehilangan dua kapal dalam kebakaran kali ini.
Ke depan, Riswanto berharap, kebakaran kapal tidak lagi terulang. Untuk itu, ia mendorong perluasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari bisa segera diwujudkan.
”Mau yang mengelola pemerintah kota, pemerintah provinsi, atau pemerintah pusat, yang penting cepat diperluas. Pelabuhan ini kondisinya sudah tidak ideal,” ujar Riswanto.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro akan meninjau masterplan PPP Tegalsari. Fendiawan masih mencari kemungkinan perluasan luas kolam tambat. Saat ini, luas kolam tambat sekitar 60.000 meter persegi.
”Kami akan kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan karena membutuhkan dana tidak sedikit,” ucapnya.
Fendiawan juga berkomitmen mengurangi risiko kebakaran di PPP Tegalsari. Hal itu akan dilakukan dengan memasang hidran atau alat pemadam kebakaran permanen setidaknya di lima titik di pelabuhan tersebut.
Pada Jumat siang, api akhirnya padam. Setelah lima hari berkobar, titik api terakhir di bagian tengah dipadamkan menggunakan campuran air dan detergen.
Pemadaman dilakukan personel dari Kota Tegal, Kota Pekalongan, Tegal, dan Brebes. Anggota Badan Nasional Penanggulangan Bencana ikut membantu menggunakan helikopter water bombing.
”Meski api sudah padam, semua armada dan personel masih stand by. Kalau sore dan malam, ada angin darat yang cukup kencang. Kami khawatir api nyala lagi,” ujar Kepala Bidang Penyelamatan dan Pencegahan Kebakaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tegal Teguh Supriyanto.
Kekhawatiran itu beralasan. Sebelumnya, api padam pada Rabu (16/8/2023) siang. Namun, beberapa menit kemudian, api kembali berkobar akibat angin kencang. Akibatnya, 11 kapal dan 1 rumah sekitar 5 meter dari lokasi kebakaran ikut terdampak.