Daerah Penyangga Jakarta Siapkan Strategi Kurangi Polusi Udara
Sejumlah wilayah Jabar yang menjadi daerah penyangga Jakarta akan menerapkan beberapa strategi untuk mengurangi polusi udara. Upaya itu antara lain dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik dan transportasi umum.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat yang menjadi daerah penyangga Jakarta akan menerapkan beberapa strategi untuk mengurangi polusi udara. Upaya itu antara lain mendorong penggunaan kendaraan listrik dan transportasi umum serta penerapan jalan berbayar elektronik.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bandung, Rabu (16/8/2023), menyatakan, penanganan polusi udara itu telah dibicarakan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah pihak. Pria yang kerap dipanggil Emil itu menyebut, upaya untuk menekan polusi udara itu mencakup banyak hal.
Upaya semacam itu pula yang akan diterapkan di beberapa wilayah Jabar yang menjadi penyangga Jakarta, misalnya kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi. Emil pun meminta masyarakat melihat penanganan polusi udara secara komprehensif.
”Presiden mengatakan urusan polusi itu multisolusi, jadi jangan dipotong-potong. Kalau seperti itu, seolah-olah kami berpikir parsial. Padahal, kami telah berpikir secara komprehensif,” ujarnya.
Emil memaparkan, upaya penanganan polusi udara itu antara lain dilakukan dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik serta mendorong masyarakat agar terbiasa menggunakan moda transportasi massal. Penerapan jalan berbayar elektronik (electronic road pricing/ERP) juga menjadi opsi untuk memberikan subsidi silang bagi para pengguna kendaraan umum.
”ERP akan diterapkan sehingga terjadi subsidi silang. Mereka yang tidak mau (naik) kendaraan publik bisa menyubsidi pengguna angkutan umum. Kemudian ada konversi kendaraan listrik, akan ada subsidi yang dinaikkan dari Rp 7 juta ke Rp 10 juta agar motor bisa beralih ke motor listrik,” tuturnya.
Emil menyebut, ada juga opsi untuk melakukan rekayasa cuaca. Hal itu dilakukan untuk mendorong angin ke laut sehingga polusi yang ada bisa hilang dengan air hujan. Selain itu, model kerja hibrida atau bekerja dari rumah juga menjadi solusi yang bisa diterapkan untuk mengurangi mobilitas masyarakat agar polusi udara bisa diturunkan.
”Untuk Jabar, kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi akan menerapkan solusi-solusi itu. Daerah ini dianggap berkontribusi (penanganan polusi) karena merupakan daerah komuter,” katanya.
Di sisi lain, penggunaan energi baru dan terbarukan juga terus diupayakan untuk menghasilkan listrik yang bebas dari polusi karbon. Emil memaparkan, pembangkit listrik tenaga surya di Waduk Cirata, Jabar, bakal beroperasi dengan kapasitas produksi hingga 145 Megawatt.
Dalam media sosialnya, Emil juga menyebut, 36 persen listrik di Jabar berasal dari pembangkit energi terbarukan. Dia menambahkan, listrik tenaga air, surya, angin, dan panas bumi terus menjadi prioritas bagi pembangunan Jabar. Emil pun mengajak para pengikutnya di media sosial melawan krisis pemanasan global dengan inovasi.
Presiden mengatakan urusan polusi itu multisolusi, jadi jangan dipotong-potong.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtyas menyebut, pengurangan polusi udara perlu koordinasi dengan berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah sebagai pengambil kebijakan, tetapi pihak swasta dan masyarakat yang beraktivitas dengan mengonsumsi energi karbon juga perlu memperhatikan dampak polusi dari kegiatan mereka.
”Penanganan aspek lingkungan seperti polusi ini tidak bisa saling menyalahkan. Semua orang berperan dalam memperbaiki kondisi lingkungan. Apalagi, saat ini emisi bergerak dari penggunaan kendaraan bermotor menjadi salah satu yang berkontribusi dalam pencemaran udara,” ungkap dia.