Kecelakaan di Bener Meriah, Lima Penumpang Minibus Tewas
Jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan nasional di Aceh tinggi. Selain disebabkan volume kendaraan yang besar, fasilitas penyelamatan pengendara juga minim.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIMPANG TIGA REDELONG, KOMPAS — Sebuah minibus Toyota Avanza menabrak truk Fuso pada Selasa (15/8/2023) pagi di jalan nasional Bireuen-Takengon, Provinsi Aceh. Lima penumpang minibus itu tewas dalam peristiwa tersebut.
Direktur Lalu Lintas Polda Aceh Komisaris Besar Muhammad Iqbal Alqudusy menuturkan, kecelakaan tersebut terjadi di jalan nasional Kilometer 38. Lokasi itu berada di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.
Pada pagi hari sekitar pukul 08.00, sebuah mobil Avanza melaju kencang dari arah Bireuen menuju Takengon. Namun, pada jalan yang menikung, mobil itu melaju ke jalur kanan. Pada saat yang sama sebuah truk Fuso melaju dari arah berlawanan. Dalam kecepatan tinggi, Avanza menabrak bagian depan truk itu.
”Pada jalan menikung diduga pengemudi Avanza mengantuk dan melaju ke kanan sehingga kecelakaan tidak dapat dihindari,” kata Iqbal.
Akibat benturan keras itu, bagian depan Avanza remuk. Semua penumpang Avanza yang berjumlah lima orang tewas, yakni Wein Patwani (27), Sukri (27), Mahatir (36), Amat Saleh (80), dan Rohana (60). Semuanya warga Kabupaten Bener Meriah.
Kecelakaan lalu lintas di Aceh mayoritas terjadi di jalan nasional. Hal itu disebabkan jalan nasional menjadi satu-satunya akses yang representatif sebagai penghubung antarkabupaten.
Merujuk data yang dirilis Direktorat Lalu Lintas Polda Aceh, setiap tahun terjadi ribuan kasus kecelakaan di Provinsi Aceh. Korban mencapai ratusan orang yang terdiri dari korban meninggal, cacat permanen, dan mengalami luka-luka. Selain jiwa, kerugian harta benda juga besar.
Selama periode 2019-2022, tercatat terjadi 13.585 kasus kecelakaan dengan total jumlah korban meninggal 2.646 orang. Artinya, setiap hari, rata-rata hampir dua orang di Aceh meninggal karena kecelakaan.
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah II Provinsi Aceh Mulyahadi mengatakan, jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan nasional tinggi. Selain disebabkan volume kendaraan yang besar, fasilitas penyelamatan pengendara juga minim.
Adapun panjang jalan nasional di Aceh 2.100 kilometer, tetapi setiap tahun pihaknya hanya mampu membuat marka jalan sepanjang 200 kilometer. Hal ini karena alokasi anggaran yang minim.
”Marka jalan hanya bertahan dua tahun. Artinya, belum semua jalan markanya tersambung, kami sudah harus cat ulang di posisi yang sama. Belum lagi kebutuhan untuk rambu-rambu,” kata Mulyahadi.
Mulyahadi menambahkan, kondisi badan jalan nasional di Aceh mayoritas mulus. Meski begitu, marka, rambu, dan fasilitas keselamatan masih minim.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Faisal mengatakan, masalah transportasi harus dibenahi dari banyak sisi. Hal ini mencakup kesadaran manusia, infrastruktur jalan dan fasilitasnya, kesiapan kendaraan, penegakan hukum, dan penanganan pascakecelakaan.
Menurut Faisal, pendidikan bagi warga agar menumbuhkan kesadaran keselamatan berkendaraan juga sangat penting. Berangkat dari berbagai kejadian kecelakaan, pengabaian menjadi awal mula pemicu kecelakaan.
Faisal mengatakan, pembangunan Jalan Tol Banda Aceh-Sumatera Utara harus dipercepat agar penumpukan kendaraan di jalan nasional berkurang.