Kebakaran Kapal Terus Berulang, ”Master Plan” Pelabuhan di Tegal Ditinjau Ulang
Kebakaran melanda 52 kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (14/8/2023) malam. Kerugian dalam peristiwa itu miliaran rupiah. Warga terdampak akan dibantu.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Kebakaran kapal perikanan di Kota Tegal, Jawa Tengah, kembali terjadi pada Senin (14/8/2023). Kerugian yang ditanggung akibat peristiwa itu diperkirakan mencapai Rp 156 miliar. Ke depan, pemerintah bakal meninjau ulang master plan atau rencana induk pelabuhan untuk menyusun strategi keamanan agar peristiwa serupa tidak terus berulang.
Kebakaran kapal pada Senin malam sekitar pukul 19.30 tersebut membuat 52 kapal yang tengah bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, hangus. Kapal-kapal itu terdiri atas berbagai ukuran, tetapi mayoritas di atas 30 gros ton (GT). Jenis kapal juga beragam, mulai dari kapal jaring cumi, jala jatuh berkapal, hingga jaring tarik berkantong.
Kapal yang terbakar milik 26 pelaku usaha perikanan di Kota Tegal dan sekitarnya. Akibat kebakaran itu, para pemilik kapal diperkirakan merugi hingga Rp 3 miliar per kapal atau Rp 156 miliar untuk keseluruhan kapal.
Direktur Kepolisian Air dan Udara Polda Jateng Komisaris Besar Hariadi mengatakan, polisi belum bisa menyimpulkan penyebab pasti kebakaran. Hingga Selasa siang, polisi masih memeriksa sejumlah saksi untuk mengungkap peristiwa tersebut.
”Berdasarkan kasus-kasus yang pernah terjadi, rata-rata penyebab (kebakaran)nya akibat human error. Sebenarnya, kami sudah tak henti-hentinya menyampaikan imbauan dan larangan melakukan hal-hal yang bisa memicu kebakaran kapal,” kata Hariadi di sela-sela kunjungannya ke Kota Tegal, Selasa.
Menurut Hariadi, pihaknya telah mengimbau agar setiap kapal yang sandar dijaga oleh minimal satu orang. Pemilik kapal juga diinstruksikan untuk menyiapkan setidaknya satu alat pemadam api ringan. Jadi, ketika ada percikan api yang timbul bisa segera diketahui dan dipadamkan sebelum membesar.
Kebakaran yang terjadi pada Senin malam itu bukanlah peristiwa pertama. Sebelumnya, kebakaran kapal pernah terjadi pada tahun 2001, 2021, dan 2022. Dalam kejadian-kejadian tersebut, jumlah kapal yang terbakar belasan unit.
Peristiwa kebakaran Senin malam, disebut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Jateng Riswanto, merupakan yang terparah dalam sejarah. Hal itu karena jumlah kapal yang terbakar mencapai puluhan unit. Kerugiannya juga ratusan miliar rupiah. Ke depan, Riswanto ingin agar ada upaya serius dari pemerintah untuk mencegah terulangnya kebakaran kapal.
”Pelabuhan ini sebenarnya sudah tidak ideal. Saat awal dibangun pada tahun 2000-an, pelabuhan ini ditargetkan untuk menampung 300 kapal dengan ukuran di bawah 30 GT. Sementara itu, saat ini ada sekitar 1.200 kapal dengan ukuran mayoritas di atas 30 GT yang menempati pelabuhan ini,” ujarnya.
Akibat kelebihan kapasitas, sejumlah kapal terpaksa ditata berimpitan. Kondisi tersebut menyulitkan pemilik kapal untuk memindahkan kapalnya, terutama saat terjadi kebakaran, seperti pada Senin malam.
Pelabuhan ini sebenarnya sudah tidak ideal.
Menurut Riswanto, pihaknya sudah berkali-kali mengusulkan perluasan pelabuhan baik kepada Pemerintah Kota Tegal maupun Pemerintah Provinsi Jateng. Kendati demikian, usulan itu tak pernah direalisasikan karena terganjal minimnya anggaran pemerintah.
”Idealnya, pelabuhan ini diperluas. Karena pemerintah tidak punya lahan di sekitar sini, yang paling memungkinkan adalah reklamasi. Dengan begitu, pelabuhan bisa menjadi lebih luas dan kapal bisa bergerak leluasa,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro mengatakan, pihaknya akan meninjau kembali master plan PPP Tegalsari. Fendiawan masih mencari kemungkinan bisa atau tidaknya luas kolam tambat di PPP Tegalsari yang saat ini sekitar 60.000 meter persegi diperluas. ”Kami akan kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan karena ini membutuhkan dana yang tidak sedikit,” ucapnya.
Selain itu, ia juga berkomitmen untuk mengurangi risiko kebakaran di PPP Tegalsari. Hal itu akan dilakukan dengan memasang hidran atau alat pemadam kebakaran permanen, setidaknya di lima titik di pelabuhan tersebut.
Bantuan
Selain menimbulkan kerugian bagi pemilik kapal, kebakaran itu juga merugikan para awak kapal yang bekerja di kapal-kapal yang terbakar. Akibat kebakaran itu, mereka jadi kehilangan pekerjaan dan potensi pendapatan. Di 52 kapal yang terbakar tersebut, ada sekitar 1.250 awak kapal menggantungkan ekonominya.
Riswanto berharap nasib para awak kapal turut diperjuangkan, salah satunya dengan cara diberi bantuan.
Menanggapi permintaan tersebut, Fendiawan menyebut, akan ada program bantuan dari Pemerintah Provinsi Jateng untuk korban kebakaran kapal. Kendati demikian, ia belum bisa memastikan jenis bantuan yang bakal disalurkan. ”Sementara ini, masih kami bahas. Nanti bentuknya akan seperti apa, biar lebih tepat sasaran juga,” imbuhnya.
Dalam kebakaran Senin malam, warga yang tinggal di sekitar PPP Tegalsari juga terdampak. Asap hitam pekat dan berbau menyengat mengepul akibat kebakaran itu. Kondisi itu membuat warga terpaksa keluar rumah.
”Tidak kuat sama asapnya. Ini sudah menjauh saja masih sesak napas. Tadi sempat diberi masker oleh petugas, cuma saya kasih anak saya, biar dipakai anak saya. Anak kecil, kan, lebih rentan,” kata Ani (50), warga Tegalsari, saat ditemui, Selasa dini hari.
Ani yang rumahnya berjarak sekitar 5 meter dari lokasi kebakaran itu juga sempat mengeluarkan perabotannya, seperti televisi, kulkas, penanak nasi, dan kasur, hingga dokumen-dokumen penting dari rumah. Barang-barang itu ditata di pinggir jalan, sekitar 100 meter dari lokasi kebakaran.
”Saya takut kalau apinya merambat ke rumah. Soalnya, anginnya besar sekali dan api tidak padam-padam,” ujarnya.
Ani mengaku takut dengan peristiwa tersebut. Ke depan, ia berharap supaya tidak ada lagi kebakaran kapal di sekitarnya.