Melepas Perangkap Sektor Primadona Banua
Struktur ekonomi berkelanjutan di ”Banua”, Kalimantan Selatan, masih belum kuat sehingga harus ada upaya transformasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertambangan dan penggalian masih dominan dalam struktur perekonomian Kalimantan Selatan. Produk tambang, khususnya batubara, juga masih menjadi primadona dalam perdagangan ke luar negeri. Kondisi itu membuat struktur ekonomi berkelanjutan di ”Banua”, Kalimantan Selatan, masih belum kuat sehingga harus ada upaya transformasi struktur ekonomi.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Senin (7/8/2023), merilis, ekonomi Kalsel terus melanjutkan tren pertumbuhan positif sebesar 4,96 persen pada triwulan II-2023. Menurut lapangan usaha, struktur produk domestik regional bruto (PDRB) Kalsel pada periode ini masih didominasi oleh pertambangan dan penggalian sebesar 31,81 persen.
Pada triwulan sebelumnya, saat perekonomian Kalsel tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan, lapangan usaha pertambangan dan penggalian, yang memiliki peran dominan, juga tumbuh sebesar 5,92 persen. Dominasi pertambangan dan penggalian dalam struktur PDRB Kalsel pada triwulan I-2023 mencapai 31,87 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Wahyu Pratomo dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Kalsel di Banjarmasin, Selasa (25/7/2023), menyebutkan, perekonomian Kalsel pada 2023 diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun sedikit melambat dari 2022. Pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2023 diperkirakan berada pada rentang 4,3 persen sampai 5,1 persen.
Pada 2022, perekonomian Kalsel tumbuh sebesar 5,11 persen. Secara sektoral, ekonomi Kalsel ditopang sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 24,6 persen, diikuti sektor pertanian (13,7 persen) dan industri pengolahan (12,8 persen).
”Struktur PDRB Kalsel masih bergantung pada sumber daya alam yang bersifat ekstraktif. Pertumbuhan PDRB Kalsel dari tahun ke tahun berfluktuasi cenderung mengikuti pergerakan harga batubara acuan,” katanya.
Baca Juga: Meredam Inflasi sejak Dini di Tahun Tak Terduga
Menurut Wahyu, perekonomian Kalsel yang masih bertumpu pada sektor pertambangan dan penggalian perlu melakukan transformasi struktural seiring dengan kesepakatan Paris Agreement terkait transisi energi menuju nol emisi karbon (net zero emission). Pengurangan atau bahkan penghentian pemanfaatan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara secara global dipastikan akan memengaruhi PDRB Kalsel secara signifikan.
Maka, penguatan struktur ekonomi Kalsel perlu berfokus pada transformasi manufaktur, pariwisata, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta ekonomi digital. ”Transformasi manufaktur dalam bentuk hilirisasi diyakini menjadi strategi utama peningkatan nilai tambah demi menghasilkan produk berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Untuk saat ini, lanjut Wahyu, hilirisasi minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil) bisa menjadi salah satu tumpuan transformasi manufaktur di Kalsel. Hilirisasi CPO telah berjalan dan menghasilkan beberapa produk, antara lain sulingan asam lemak sawit (palm fatty acid distillate), minyak inti sawit (kernel oil), dan makanan inti sawit (kernel meal). Selain itu, terdapat pula produk turunan minyak sawit mentah berupa minyak goreng, minyak salad, dan biodiesel.
”Penguatan infrastruktur disertai momentum kepindahan ibu kota negara (IKN) diyakini mampu mendongkrak percepatan hilirisasi di Kalsel, utamanya hilirisasi CPO yang berdaya tambah tinggi,” katanya.
Baca Juga: Kalsel Bersiap jadi Pusat Perekonomian Baru Penunjang IKN Nusantara
Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Ahmad, yang juga adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM mengatakan, hilirisasi adalah salah satu jawaban strategis untuk menuntaskan pembangunan ekonomi bangsa ini menuju bangsa Indonesia yang semakin sejahtera.
”Kalau bicara hilirisasi berarti bicara industri pengolahan tindak lanjut dari sumber daya alam (SDA) yang selama ini dihasilkan oleh Kalimantan Selatan,” katanya.
Nilai Tambah
Menurut Ahmad, hilirisasi SDA harus dilakukan untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian Kalsel. Kalau ada nilai tambah yang besar, daerah memiliki efek pengganda (multiplier effect) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sekaligus menyelesaikan permasalahan ekonomi makro, seperti inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi.
”Batubara, nikel, biji besi, dan sebagainya secara teknologi bisa dihilirisasi. Dengan hilirisasi, akan ada penambahan pembukaan lapangan kerja pada proses pengembangan pabrik hingga distribusi,” ujarnya.
Adanya industri hilir SDA di Kalsel dipastikan akan menumbuhkan industri-industri baru yang saling melengkapi atau komplementer. Industri hilir akan memunculkan berbagai macam kebutuhan baru, yang pada saat ini mungkin belum diketahui ataupun masih dipenuhi dari daerah lain.
”Hilirisasi menjadi strategis dalam rangka menghadapi bonus demografi karena terkait dengan penyiapan lapangan kerja yang luas. Apa pun rumusnya, hilirisasi harus didukung dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bonus demografi. Tanpa kebijakan hilirisasi, bonus demografi bisa menjadi bumerang,” tuturnya.
Penguatan infrastruktur disertai momentum kepindahan ibu kota negara (IKN) diyakini mampu mendongkrak percepatan hilirisasi di Kalsel, utamanya hilirisasi CPO yang berdaya tambah tinggi.
Pelaksana Tugas Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kalsel Suparmi mengatakan, hilirisasi industri sudah berjalan di Kalsel, terutama untuk pengolahan kelapa sawit. Di Kalsel terdapat pabrik minyak goreng dan pabrik biodiesel di Tanah Bumbu. Saat ini juga sedang dibangun pabrik minyak makan merah milik Koperasi Sawit Makmur di Tanah Laut.
”Untuk mendukung hilirisasi, Kalsel tidak hanya bergantung pada industri besar kelapa sawit swasta maupun negara, tetapi juga mendorong industri hilirisasi yang dikelola oleh koperasi,” ujar Suparmi, yang juga Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel itu.
Baca Juga: Kalsel Jajaki Kerja Sama dengan India
Di sektor pertambangan, hilirisasi juga akan berjalan di Kalsel. Saat ini, sedang dibangun smelter nikel di Tanah Bumbu. Smelter ini nantinya akan mengolah bahan baku nikel menjadi baterai. Kapasitas produksinya mencapai 40.000 ton per tahun dan diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sekitar 1.200 orang.
Ekonomi berkelanjutan
Di samping mendorong hilirisasi, Suparmi menyebutkan, Kalsel juga melakukan upaya transformasi ekonomi ke sektor pariwisata dan UMKM. Saat ini, Kalsel sedang memperjuangkan Geopark Meratus menjadi Unesco Global Geopark. Pariwisata yang maju akan menghidupkan ekonomi kreatif dan UMKM sehingga tercipta lapangan kerja yang luas.
”Kami terus berupaya menumbuhkan sumber-sumber ekonomi baru agar tidak bergantung lagi pada pertambangan. Perekonomian yang ditumbuhkan itu berbasis pada keberlanjutan dan kelestarian lingkungan,” katanya.
Saat membuka kegiatan Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2023 di Banjarmasin, Jumat (11/8/2023), Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekretaris Daerah Kalsel Roy Rizali Anwar mengatakan, sudah saatnya kegiatan pariwisata Kalsel tidak hanya terkenal di daerah sendiri, tetapi juga menjajaki pasar internasional. Tahun ini, dimulai dengan kedatangan delegasi dari empat negara, yaitu Taiwan, Korea Selatan, Romania, dan Turki.
”Saya berharap dengan diundangnya delegasi perwakilan dari negara asing dapat memperkenalkan Kalsel ke kancah dunia, menjembatani informasi kepariwisataan di Kalsel dengan wisatawan di negara mereka, dan meningkatkan peluang promosi pariwisata Kalsel ke mancanegara,” katanya.
Menurut Sahbirin, penyelenggaraan festival pasar terapung menjadi bagian penting dari pembangunan kepariwisataan di Kalsel, sebab sektor pariwisata dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. ”Diharapkan inovasi, atraksi, dan peningkatan promosi dari tahun ke tahun dapat menjangkau lebih banyak wisatawan domestik maupun mancanegara,” ujarnya.
Tahun ini, pada hari jadi ke-73 Kalsel, upaya Banua (Kalsel) untuk menumbuhkan ekonomi berkelanjutan terlihat lebih jelas. Dengan segala potensi yang dimiliki sudah saatnya Banua melepaskan diri dari perangkap sektor primadona, yang tidak dapat diperbarui dan menyebabkan degradasi lingkungan.
Baca Juga: Festival Wisata Budaya Pasar Terapung Mulai Menjemput Tamu Mancanegara