Meredam Inflasi sejak Dini di Tahun Tak Terprediksi
Pengendalian inflasi sejak dini jadi upaya untuk meredam laju inflasi agar pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tetap terjaga.

Warga membeli berbagai bahan pokok dalam kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/1/2023). Operasi pasar di Banjarmasin digelar selama tiga hari, 27-29 Januari 2023, dalam upaya meredam inflasi sejak dini.
Tahun 2023 disebut-sebut sebagai tahun optimisme dan harapan. Namun, dinamika perekonomian pada tahun ini tetap diwaspadai karena kondisinya tak terprediksi dan dibayang-bayangi risiko ketidakpastian yang tinggi. Pengendalian inflasi sejak dini jadi upaya untuk meredam laju inflasi agar pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tetap terjaga.
Sejak pukul 07.00 Wita, ratusan warga Banjarmasin memadati lokasi kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Taman Siring 0 Kilometer, Sabtu (28/1/2023). Di kawasan bekas kantor gubernur itu, mereka antre untuk membeli berbagai bahan pokok yang dijual dengan harga lebih murah dari harga pasaran.
Aliani (47), warga Kelurahan Kuin Cerucuk, Banjarmasin Barat, ikut mengantre bersama warga lainnya. ”Ulun hanyar haja manukar (Saya baru saja membeli) beras, minyak goreng, telur, gula, dan tepung terigu. Semua harganya lebih murah dari harga di pasaran,” ujarnya.
Di Banjarmasin, andil beras terhadap inflasi sebesar 0,66 persen, di Kotabaru 0,23 persen, dan di Tanjung 0,16 persen.
Ia menyebutkan, harga dua zak atau 10 kilogram beras premium hanya Rp 85.000 atau Rp 8.500 per kg. Sementara di pasaran, harga beras banjar masih Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per liter. Satu rak telur (30 butir) hanya Rp 44.500 atau sekitar Rp 1.500 per butir, sedangkan di pasaran masih Rp 2.000 per butir. Begitu pula dengan minyak goreng kemasan 2 liter, harganya cuma Rp 24.000, sedangkan di pasaran mencapai Rp 35.000.
”Ini kedua kalinya, ulun batatukar (saya berbelanja) di pasar murah. Himung haja (Senang aja) pemerintah selalu mengadakan operasi pasar seperti ini karena sangat membantu masyarakat,” kata Aliani, yang datang bersama rombongan ibu-ibu dari Kuin Cerucuk.

Warga antre membeli beras premium dari Bulog dalam kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/1/2023). Di lokasi operasi pasar, beras premium seharga Rp 60.000 dijual Rp 42.500 per zak kemasan 5 kilogram.
Cukup (48), warga Kelurahan Telaga Biru, Banjarmasin Barat, juga tidak mau ketinggalan. Ia mengajak istrinya mendatangi lokasi operasi pasar setelah mendapat informasi tentang kegiatan tersebut dari grup Whatsapp. Mereka pun membeli beras, minyak goreng, dan telur ayam ras.
”Yang paling utama itu membeli beras karena harganya jauh lebih murah. Saya dan istri masing-masing membeli 10 kg jadi bisa dapat 20 kg beras. Untuk makan empat orang di rumah, beras ini cukup untuk dua bulan,” tutur bapak dua anak itu.
Baca juga: Harga Bahan Pokok di Kalsel Distabilkan sejak Awal Tahun
Menurut Cukup, kegiatan operasi pasar sangat membantu masyarakat. Terlebih, sejak kenaikan harga bahan bakar minyak pada September 2022, semua harga barang naik dan terasa memberatkan. ”Adanya pasar murah ini benar-benar sangat membantu masyarakat. Apalagi, yang penghasilannya pas-pasan,” kata buruh harian lepas di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin itu.
Kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin berlangsung selama tiga hari, 27-29 Januari 2023. Sebelumnya, kegiatan yang sama digelar di Kotabaru, 24-26 Januari. Dalam operasi pasar ini, setidaknya ada 10 jenis barang kebutuhan pokok yang dijual murah kepada masyarakat, yaitu beras premium, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, telur ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah keriting.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalsel langsung bergerak cepat melakukan operasi pasar barang kebutuhan pokok sesuai arahan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. Kegiatan operasi pasar diharapkan dapat meredam laju inflasi Kalsel agar kembali ke dalam kisaran sasaran 3,00 plus minus 1 persen.
Pada Desember 2022, Kalsel tercatat mengalami inflasi sebesar 6,99 persen secara tahunan berdasarkan gabungan tiga kota inflasi, yaitu Banjarmasin (6,98 persen), Tanjung (5,01 persen), dan Kotabaru (8,65 persen). Adapun perekonomian Kalsel sampai dengan triwulan III-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen.
Baca juga: Redam Inflasi sejak Awal Tahun, Kalsel Gelar Operasi Pasar
Menurut Syamsir, operasi pasar langsung digencarkan di awal tahun 2023 untuk meredam gejolak harga bahan pokok yang akan memicu tingginya inflasi. ”Operasi pasar ini bertujuan untuk membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi yang masih tinggi, terutama di Kotabaru dan Banjarmasin,” katanya saat meninjau kegiatan operasi pasar di Banjarmasin.
Di lokasi kegiatan operasi pasar, semua bahan pokok dijual lebih murah Rp 2.000 sampai Rp 5.000 dari harga pasaran karena disubsidi oleh pemerintah daerah dengan menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT). Bahkan, beberapa instansi yang tergabung di dalam TPID Kalsel juga turut memberikan subsidi tambahan.

Warga antre membeli bawang merah dalam kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/1/2023). Di lokasi operasi pasar, bahan pokok dijual lebih murah dari harga pasaran.
Syamsir mencontohkan, harga bawang merah yang seharusnya Rp 30.000 per kg bisa dijual seharga Rp 25.000 per kg karena mendapatkan dobel subsidi, yakni subsidi Rp 2.000 dari pemda dan Rp 3.000 dari Dinas Ketahanan Pangan Kalsel. Begitu pula dengan beras, yang harga seharusnya Rp 11.500 per kg dijual seharga Rp 8.500 per kg karena disubsidi Rp 3.000 oleh pemda.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel, beras pada Desember 2022 menjadi komoditas pendorong inflasi dengan andil paling besar. Di Banjarmasin, andil beras terhadap inflasi sebesar 0,66 persen, di Kotabaru 0,23 persen, dan di Tanjung 0,16 persen. Komoditas lain pendorong inflasi dengan andil besar adalah telur ayam ras, daging ayam ras, ikan gabus, dan emas perhiasan.
”Dengan operasi pasar ini, kami berharap inflasi Kalsel yang tinggi bisa cepat turun. Terlebih, di Januari ini, petani juga sudah mulai panen (padi) sehingga akan membuat pasokan beras kembali normal,” kata Syamsir, yang juga Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel.

Petugas melayani pembelian beras premium dari Bulog dalam kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/1/2023).
Operasi terukur
Sebelumnya, dalam kegiatan operasi pasar di Pasar Limbur, Kotabaru, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel Birhasani mengatakan, operasi pasar adalah upaya pemda untuk mengendalikan inflasi di Kalsel sejak dini. Pada Januari, kegiatan ini dilaksanakan di Kotabaru dan Banjarmasin, kemudian berlanjut ke Tanjung dan kabupaten/kota lain pada bulan-bulan berikutnya.
Baca juga: Operasi Pasar Awal Tahun untuk Meredam Inflasi di Kalsel
Ia memastikan, pemerintah provinsi bersama TPID kabupaten/kota se-Kalsel akan terus melakukan operasi pasar secara terencana, terukur, relevan, dan tepat sasaran. Pemda juga akan selalu menjamin dan menjaga ketersediaan bahan pokok untuk masyarakat.
”Operasi pasar sejak dini adalah bukti keseriusan dan upaya konkret TPID Kalsel untuk meredam inflasi. Mudah-mudahan kegiatan operasi pasar ini bisa menurunkan inflasi di Kalsel. Harapannya, inflasi Kalsel ke depan lebih rendah dan harga barang kebutuhan pokok juga stabil,” ujar Birhasani.

Warga antre membeli tepung terigu dan minyak goreng dalam kegiatan operasi pasar barang kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/1/2023).
Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar, inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat serta menahan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pihaknya mendorong TPID untuk melakukan upaya ekstra pengendalian inflasi sejak dini, antara lain dengan meningkatkan produksi pangan, mengoptimalkan kerja sama antar-daerah, dan merealisasikan anggaran pengendalian inflasi secara terukur.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Wahyu Pratomo, saat meninjau secara langsung kegiatan operasi pasar di Kotabaru, mengatakan, operasi pasar merupakan aksi nyata TPID melindungi masyarakat dari dampak kenaikan harga sekaligus bagian dari strategi pengendalian inflasi dari sisi keterjangkauan harga.
”Ke depan, sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia melalui TPID dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi Kalsel kembali ke dalam kisaran sasaran 3,00 plus minus 1 persen pada semester II-2023,” katanya.