Sumsel Semakin Rentan Dilanda Kebakaran Lahan dan Hutan
Kebakaran lahan menghanguskan lahan gambut seluas 20 hektar di Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (11/8/2023). Kebakaran lahan kian rawan terjadi di Sumsel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sedikitnya 20 hektar lahan gambut di Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, terbakar, Jumat (11/8/2023). Dilanda El Nino moderat, sejumlah wilayah di Sumsel rawan kebakaran.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristianto, Jumat, mengatakan, kebakaran lahan di Sumsel terbilang masif. Hingga Jumat pagi, pihaknya masih menyisir kawasan terbakar untuk menghindari kejadian susulan.
Setidaknya, ada dua kawasan terdampak kebakaran, yakni di Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Kedua kawasan itu langganan kebakaran.
”Kebakaran sudah terjadi sejak empat hari terakhir dan menghanguskan sedikitnya 20 hektar lahan gambut,” kata Ferdian.
Pada Kamis (10/8/2023) malam, kebakaran juga terjadi di Kawasan Indralaya Utara. Api menghanguskan kawasan semak belukar, purun, dan gelam.
”Petugas masih bersiaga di lapangan karena asap masih terlihat di beberapa titik,” katanya.
Ferdian menyebut, petugas kesulitan memadamkan api. Mereka terhalang akses ke lokasi kebakaran berupa semak belukar dan ranting yang sudah mulai kering. Selain itu, angin kencang rentan membuat api semakin besar dan mengubah api sehingga membahayakan petugas.
Selain penyemprotan, pemadaman juga dilakukan melalui mekanisme bom air dan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Mulai Kamis, TMC sudah dikerahkan di Jambi, Sumsel, dan Riau.
”Kewaspadaan harus ditingkatkan karena prediksi BMKG menyebut fenomena El Nino meningkat dari lemah menjadi moderat,” ujarnya.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, awan hujan masih terlihat. Oleh karena itu, TMC masih terus diterapkan hingga 18 Agustus 2023.
”Kami sudah mulai melakukan teknik modifikasi cuaca untuk hujan buatan di Sumsel sejak 8 Agustus dan akan berlanjut hingga 18 Agustus 2023. Selanjutnya, BNPB akan meneruskan TMC di Jambi,” ujar Ansori.
Berbeda dengan TMC sebelumnya, pelaksanaan kali ini bekerja sama dengan maskapai Smart Aviation menggunakan pesawat jenis Caravan. Dalam satu hari bisa dilakukan dua kali TMC. Harapannya, upaya ini bisa meminimalkan munculnya kebakaran atau titik panas.
Data BPBD Sumsel menunjukan, sejak Januari hingga Juli 2023 ada 1.168 titik panas. Tercatat peningkatan titik panas sudah terjadi sejak April (262 titik), Mei (226 titik), Juni (235 titik), dan Juli (211 titik).
”Jumlah titik api ini berpotensi meningkat di Agustus. Sebab, puncak musim kemarau terjadi pada Agustus hingga September,” katanya.