100.000 Hektar Lahan di Kalsel Disiapkan untuk Antisipasi Dampak El Nino
Lahan pertanian seluas 100.000 hektar di Kalimantan Selatan akan dioptimalkan pemanfaatannya agar bencana kekeringan atau El Nino tidak berdampak signifikan terhadap produksi pangan nasional.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kementerian Pertanian melibatkan Kalimantan Selatan untuk menjadi salah satu daerah penopang pangan nasional dalam rangka mengantisipasi dampak El Nino pada tahun ini. Lahan pertanian seluas 100.000 hektar di Kalsel akan dioptimalkan pemanfaatannya agar bencana kekeringan tidak berdampak signifikan terhadap penurunan produksi pangan.
Untuk memaksimalkan produksi padi sebagai upaya mengantisipasi ancaman El Nino tahun ini, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pemerintah telah menyiapkan enam provinsi sebagai penopang pangan nasional. Keenamnya ialah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
”Bapak Presiden memerintahkan kepada saya untuk mencari provinsi-provinsi andalan. Ada enam provinsi, kemudian ditambah dengan Kalimantan Selatan. Di sini terdapat lahan rawa yang luas. Saat kemarau, Kalsel justru memperlihatkan produksi (padi) yang tinggi,” kata Syahrul dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Dampak Iklim El Nino Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Jumat (11/8/2023).
Secara nasional, ujarnya, pemerintah menyiapkan lahan pertanian seluas lebih kurang 500.000 hektar untuk menjaga produksi pangan di tengah ancaman global fenomena El Nino. Kalsel dengan lahan rawa yang cukup luas bisa menjadi daerah penopang pangan yang diandalkan dalam menghadapi dampak El Nino.
”Kalsel adalah salah satu daerah penopang pangan nasional, di samping enam provinsi lain. Saya minta Kalsel menyiapkan lahan seluas 100.000 hektar untuk menghadapi El Nino. Nanti, kita perkuat (booster) untuk menghasilkan pangan,” katanya.
Syahrul menyebutkan, tidak ada persoalan dengan produksi pangan di Kalsel selama ini karena produksinya surplus dan sudah bisa menjadi penyangga pangan Pulau Kalimantan. Meskipun demikian, Kalsel harus meningkatkan lagi pengalaman dan praktik-praktik yang sudah berjalan dengan baik dalam menanggulangi perubahan iklim ekstrem kekeringan atau El Nino.
Kementan memiliki beberapa upaya dalam mengantisipasi dan adaptasi dampak El Nino.
”Kita akan terapkan Tatik Laju, yaitu tanam, petik, olah, dan jual. Kita susun agenda aksinya sampai dengan pemasarannya. Jangan hanya tanam saja. Hasilnya kita simpan di pergudangan yang ada untuk suplai kebutuhan masyarakat hingga Papua,” ujarnya.
Menurut Syahrul, Kementan memiliki beberapa upaya dalam mengantisipasi dan adaptasi dampak El Nino. Hal itu, di antaranya, ialah identifikasi dan pemetaan lokasi terdampak kekeringan, lalu mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau.
Selanjutnya, percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan dan peningkatan ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan). Dilakukan pula peningkatan ketersediaan air dengan membangun ataupun memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, dan pompanisasi.
”Kita melawan El Nino ini juga dengan penyediaan benih tahan kekeringan dan hama penyakit, program 1.000 hektar adaptasi iklim, pengembangan pupuk organik, dukungan pembiayaan kredit usaha rakyat dan asuransi pertanian, serta penyiapan lumbung pangan sampai level desa,” ujarnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengapresiasi upaya Kementan mendorong pemerintah daerah dan petani dalam mengantisipasi dampak El Nino. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah memprakirakan curah hujan di Kalsel pada Agustus sampai Oktober 2023 pada kategori rendah dan diklasifikasikan ke dalam El Nino rendah sampai sedang. Untuk itu, perlu ada upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di sektor pertanian.
”Kami sangat mendukung upaya-upaya antisipasi El Nino dengan cara identifikasi dan pemetaan lokasi terdampak kekeringan serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau, percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan dan lainnya, hingga penyiapan lumbung pangan sampai tingkat desa,” katanya.
Saat ini, ujar Sahbirin, Kalsel juga melaksanakan gerakan nasional untuk mengantisipasi El Nino. Dari Juli sampai dengan September dilakukan penanaman seluas 70.061 hektar di 13 kabupaten/kota. Perkiraan produksi padi sampai dengan September 2023, berdasarkan kerangka sampel area Badan Pusat Statistik, sebanyak 646.074 ton gabah kering giling.
”Kami terus berupaya memajukan pertanian di Kalimantan Selatan ke tingkat yang lebih baik lagi sehingga berhasil menjadi penyangga pangan ibu kota negara serta menjadi lumbung pangan nasional,” katanya.