Jumlahnya Mencapai 58,7 Persen, Pemilih Muda di Sumbar Sangat Menentukan
Jumlah pemilih muda di Sumatera Barat pada Pemilu 2024 mencapai 58,7 persen. Oleh karena itu, pemilih muda sangat menentukan kualitas penyelenggaraan pemilu di Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat mencatat jumlah pemilih muda di provinsi itu mencapai 58,7 persen. Persentase itu di atas rata-rata pemilih muda secara nasional yang sekitar 52 persen. Para pemilih muda ini diharapkan menjadi pemilih cerdas karena suara mereka sangat menentukan hasil Pemilu 2024.
Ketua KPU Sumbar Surya Efitrimen mengatakan, jumlah pemilih muda di Sumbar mencapai 2.400.072 orang dari total daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 4.088.606 orang. Rinciannya, generasi Y atau milenial (kelahiran tahun 1981-1996) sebanyak 1.310.821 orang dan generasi Z (kelahiran 1997-2012) sebanyak 1.089.251 orang.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
”Pemilih muda sangat menentukan pelaksanaan dan hasil pemilu di Sumbar tahun 2024 kalau mereka datang ke TPS (tempat pemungutan suara),” kata Surya dalam diskusi Forum Sosialisasi Pemilu 2024 Goes to Campusyang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Universitas Negeri Padang, Kamis (10/8/2023).
Surya berharap, para pemilih muda bisa menjadi pemilih yang cerdas sehingga mereka tidak tergiur dengan politik uang serta tidak mudah termakan hoaks dan ujaran kebencian. ”Kalau pemilih muda yang dominan di Sumbar ini menolak politik uang, saya yakin pemilu kita akan bersih, adil, dan jujur,” ujarnya.
Surya menambahkan, pada tahun 2024, Indonesia akan mengadakan dua kali pemilu serentak. Pada 14 Februari 2024 diadakan pemungutan suara untuk pemilihan presiden dan pemilihan legislatif (DPR, DPD, dan DPRD). Kemudian, pada 27 November 2024 diadakan pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
Dosen sosiologi politik Universitas Negeri Padang, Eka Vidya Putra, mengatakan, politik uang di Sumbar ataupun Indonesia masif terjadi. Penelitian Eka di Sumbar tahun 2017 menemukan, politik uang terjadi secara masif dan melibatkan hampir semua unsur masyarakat.
Eka menambahkan, penelitian yang dilakukan Burhanuddin Muhtadi pada 2019 menyebut, praktik politik uang di Tanah Air tahun 2019 membuat Indonesia menjadi negara dengan peringkat politik uang terbesar nomor tiga dunia. Adapun penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2019 menyatakan, masyarakat Indonesia sangat toleran dengan politik uang.
Eka memaparkan, pemilih muda yang menempuh pendidikan tinggi menjadi tulang punggung dalam memperbaiki kualitas pemilu. ”Kalau ingin memperbaiki kualitas Pemilu 2024, generasi muda mahasiswa saat ini harapannya. Jangan harapkan pemilu berkualitas dapat dihasilkan oleh 50 persen penduduk lulusan SMA ke bawah, bahkan 23 persen malah SD. Ini tanggung jawab kaum muda sekarang,” katanya.
Ditambahkan Eka, berdasarkan survei yang ia lakukan terhadap mahasiswa dalam kuliah project base learning sosiologi politik di kelasnya, tingkat partisipasi generasi Y dan Z relatif tinggi. Adapun sumber informasi terbesar di kalangan mereka adalah media sosial, terutama TikTok.
”Persoalan sekarang, (konten media sosial) baru akan dinikmati orang jika durasinya 5 menit ke bawah. Tantangannya adalah bagaimana memberikan informasi benar dan berkualitas dengan hanya durasi 5 menit ke bawah,” ujarnya.
Kalau pemilih muda yang dominan di Sumbar ini menolak politik uang, saya yakin pemilu kita akan bersih, adil, dan jujur.