Dampak Kekeringan, Titik Panas Bermunculan di Papua Selatan
Terdapat titik panas di dua kabupaten wilayah Provinsi Papua Selatan. Kondisi ini dipicu kekeringan yang melanda wilayah itu.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Titik panas mulai bermunculan di sejumlah kabupaten di Provinsi Papua Selatan karena dampak dari kekeringan. Hasil pantauan terakhir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ditemukan sedikitnya sembilan titik panas.
Kepala Stasiun Meteorologi Mopah Merauke Gatot Rudiantoro saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Rabu (9/8/2023), mengatakan, terdapat sembilan titik panas berdasarkan data terakhir dengan tingkat kepercayaan tinggi. Selain itu, terdapat 251 titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang.
Gatot memaparkan, fenomena titik panas sudah bermunculan sejak akhir bulan Juli lalu. Kondisi itu dipicu dampak kekeringan karena musim kemarau dan pengaruh fenomena El Nino, yakni meningkatnya suhu permukaan laut.
Adapun sembilan titik panas itu tersebar di dua kabupaten, yakni Merauke dan Mappi. Terdapat enam titik panas di Merauke, yakni Distrik (kecamatan) Tabonji dan Distrik Okaba. Sementara di Mappi terdapat tiga titik panas, yakni Distrik Haju dan Distrik Minyamur.
”Musim kemarau sejak Juli dan pengaruh El Nino memberi dampak kekeringan di wilayah Papua Selatan. Rawan terjadi kebakaran lahan saat kekeringan,” kata Gatot. Catatan Kompas dan data BMKG menunjukkan, sepanjang tahun 2015 hingga 2018 terdapat sebanyak 500 hingga 1.000 titik panas per tahun.
Gatot menuturkan, diperkirakan musim kemarau tahun ini akan terjadi hingga bulan Desember mendatang. Fenomena itu ditandai dengan menurunnya intensitas curah hujan hingga di bawah 50 milimeter dalam sebulan terakhir.
Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak membakar lahan dan sampah secara sembarangan. Kondisi ini dapat menyebabkan kebakaran lahan meluas dan terjadi sesak panas karena asap.
Daerah rawan kebakaran lahan salah satunya terjadi di Merauke, ibu kota Papua Selatan. Kebakaran lahan sangat berbahaya bagi aktivitas penerbangan di Merauke dan wilayah sekitarnya. Masyarakat setempat juga rawan terkena penyakit infeksi saluran pernapasan.
”Kami juga mengimbau masyarakat berhemat menggunakan air. Sebab, mayoritas masyarakat di wilayah Papua Selatan, seperti Merauke, menggunakan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebakaran, Penyelamatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Papua Selatan Elias Refra mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten di wilayah Papua Selatan untuk mengantisipasi kebakaran lahan. Hal ini sesuai dengan arahan dari Penjabat Gubernur Papua Selatan Apolo Safanfo.
”Kami akan terus memantau perkembangan titik api di wilayah Papua Selatan. Upaya pencegahan kebakaran lahan tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga diperlukan peran masyarakat,” ucap Elias.