Peringatan 75 Tahun Seminari Menengah Santo Vincentius a Paulo atau Seminari Garum dimeriahkan dengan pameran lukisan karya pastor dan frater dan konser amal dalam Veni Mecum Festival.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Sebanyak 65 lukisan dipamerkan dalam tema ”Gaudeamus Igitur” di Widya Mandala Hall Kampus 3 (Pakuwon City) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya atau UKWMS, Jumat (4/8/2023). Sebanyak 25 lukisan di antaranya merupakan karya sembilan klerus atau rohaniwan Gereja Katolik Roma di wilayah gerejawi Keuskupan Surabaya.
Pameran lukisan merupakan bagian dari Veni Mecum Festival atau VecumFest kurun 3-5 Agustus 2023. Rangkaian acara untuk peringatan 75 Tahun Seminari Menengah Santo Vincentius a Paulo atau Seminari Garum (Blitar). Ekshibisi seni rupa itu digelar terutama untuk menggalang dana bagi keberlangsungan Seminari Garum, lembaga pendidikan calon klerus dalam pengelolaan Keuskupan Surabaya.
Lihatlah misalnya dua lukisan karya Rektor Seminari Garum RD (Reverendus Dominus) Yuventinus Fusi Nusantara. Keduanya berupa cipratan cat minyak hitam pada kanvas yang membentuk pola salib. Lukisan berjudul ”Tertunduk 1 atau Kasih Golgota” yang memperlihatkan citra penyaliban dari depan. Lukisan berjudul ”Tertunduk 2 atau Penebus” juga citra penyaliban dari sudut pandang agak miring ke kiri.
Bagi Fusi yang juga menjabat Vikaris Episkopal Blitar, penyaliban atau di Indonesia diperingati sebagai Wafat Isa Al-Masih (Jumat Agung) menjadi sumur inspirasi yang tak pernah kering. ”Kasih Golgota” dan ”Penebus atau Tertunduk” menjadi judul yang menegaskan cinta kasih Allah tak terhingga, tak terbalas, dan abadi untuk manusia.
Lihat pula karya RD Skolastikus Agus Wibowo, Vikaris Episkopal Surabaya Barat, yakni lukisan abstrak berjudul ”Mazmur 116:13”. Tanpa membuka Alkitab, kecuali yang khatam, tentu sulit memahami maksud gambar dengan cat akrilik pada kanvas itu. Ayat 13 kidung Perjanjian Lama itu tertulis ”aku akan mengangkat piala keselamatan dan akan menyerukan nama Tuhan”.
Romo Bowo alias Gus Wo rasanya ingin berkidung memuji Allah melalui lukisan. Meski abstrak, tetapi dengan judul, pesan lukisan itu menjadi mengena. Setidaknya membuat yang melihat dan tertarik membuka Alkitab atau referensi tentang Mazmur 116:13. Inilah daya pesan Romo Bowo yang juga menjabat Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Surabaya ini.
Kampus berperan dalam menyuarakan gagasan dan refleksi yang mengiringi perjalanan peradaban umat manusia. (Yon Wahyu Ono)
Tujuh klerus perupa lainnya ialah RD Agustinus Tri Budi Utomo, RD Timotheus Siga, RD Gregorius Martia Hartoyo, RD Andrianus Fatra, RD Yulis Agus Poernomo, RP (Reverendus Pater) Thomas Puji Nurcahyo CM, dan Frater Nico Prasetya CM. Selain itu, pameran juga memajang lukisan-lukisan karya 12 perupa. Sebagian lukisan yang dipertontonkan dalam pameran sebelumnya termasuk di Seminari Garum pada Mei 2023 lalu.
Bergembira
Menurut Kurator Pameran Sinodal Seniman Yon Wahyu Ono, dapat dibayangkan hubungan yang amat lekat dan erat antara Gereja Katolik dan maestro seni rupa, yakni Leonardo da Vinci dan Michelangelo.
Mereka bergerak dan berkarya karena Roh Kudus untuk membawa kegembiraan bagi umat manusia. Inilah mungkin salah satu wujud ”Geudeamus Igitur”, kidung Latin yang kerap bergema di kampus-kampus Eropa, antara lain saat kelulusan atau wisuda. Karena-Nya marilah kita bergembira.
Yon melanjutkan, hampir dua milenium, Gereja Katolik dan para maestro mendaraskan perkembangan zaman melalui karya-karya seni rupa bernilai tak terhingga. ”Kampus berperan dalam menyuarakan gagasan dan refleksi yang mengiringi perjalanan peradaban umat manusia,” ujarnya.
Kampus diharapkan melestarikan suasana kebatinan kebudayaan agar tak memudar. Selain itu, tak akan pernah alergi bersentuhan dengan unsur kerohanian. Apalagi, di Kampus 3 UKWMS terdapat gedung Seminari Tinggi Providentia Dei yang bersebelahan dengan aula agung (hall).
Dalam seni terdapat aturan, yakni tiada aturan. Namun, bagi para klerus, ketiadaan itu diadakan karena mereka berada dalam jalan panggilan kerohanian yang selalu terkait dengan moral, akhlak, etika. Mustahil dalam rohani itu tiada aturan. Begitu juga ketika mereka menggores kanvas seolah kontemplasi dan doa yang ujung-ujungnya bercerita tentang keilahian dalam moral, akhlak, dan etika untuk umat manusia.
Donor
Semua lukisan yang dipamerkan dapat dibeli. Lukisan karya para rohaniwan yang terjual akan disumbangkan seluruhnya untuk Seminari Garum. Separuh dari hasil penjualan lukisan perupa awam juga untuk sekolah calon klerus itu.
Fusi mengatakan, pameran merupakan bagian dari rangkaian acara VecumFest yang bertema ”The Spirit of Mission”. Nama dan tema terinspirasi Matius 4:19 yang tertulis, ”Mari ikutlah Aku (veni mecum)”. Ayat inilah yang hampir selalu disosialisasikan kepada anak, remaja, dan muda mudi Katolik agar sebagian di antaranya bersedia mengabdikan hidup dalam jalan panggilan sebagai pastor, bruder, frater, atau suster.
Puncak acara VecumFest berlangsung pada Sabtu (5/8/2023) berupa konser amal kolaborasi. Akan dipentaskan tari, orkestra, paduan suara, band, komedi, musikalisasi, dan drama oleh sivitas Seminari Garum, SMA Katolik St Louis 1, SMA Katolik St Hendrikus, Gracioso Sonora Choir, dan The Roms.
”Kami berharap melalui VecumFest ini akan terus ada mereka yang terpanggil,” ujar Fusi.
Secara terpisah, sebelumnya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono saat ditemui di Surabaya mengatakan, umat Katolik di negeri ini minoritas. ”Di negeri dengan populasi umat Islam terbesar dunia, Indonesia ternyata penyumbang terbanyak rohaniwan rohaniwati Katolik untuk dunia,” ujarnya.
Trias, wartawan senior Kompas, yang juga lulusan Seminari Menengah Santo Petrus Canisius (Seminari Mertoyudan), mengatakan, saat ini ada setidaknya 1.700 klerus berkewarganegaraan Indonesia yang sedang dalam misi studi atau tugas di Italia dalam perlindungan Kedubes Indonesia di Vatikan.