Warga Solok Selatan Resah dengan Kemunculan Harimau Sebulan Terakhir
Warga di Jorong Tandai Simpang Tigo, Solok Selatan, Sumatera Barat, resah dengan kemunculan harimau sumatera di sekitar perkebunan dan permukiman mereka sebulan terakhir. Mereka berharap konflik satwa ini segera diatasi.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Warga di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, resah dengan kemunculan harimau sumatera di sekitar perkebunan dan permukiman mereka sebulan terakhir. Warga berharap petugas terkait segera mengusir atau mengevakuasi satwa liar dilindungi itu.
Jejak dan penampakan harimau sumatera itu muncul di Jorong Tandai Simpang Tigo, Nagari Lubuk Gadang Tenggara, Kecamatan Sangir, Solok Selatan. Kemunculan Panthera tigris sumatrae itu terjadi sejak Juli lalu.
”Terakhir kali jejak harimau ditemukan pada Selasa (1/8/2023). Lokasinya di perkebunan. Jaraknya dari jalan dan permukiman sekitar 200 meter. Saya ada foto jejaknya kemarin,” kata Muhammad Rofi (21), salah satu warga Jorong Tandai Simpang Tigo, Kamis (3/8/2023).
Rofi melanjutkan, laporan itu sudah ia sampaikan ke wali jorong. Laporan diteruskan ke wali nagari dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar untuk penanganan lebih lanjut.
Menurut Rofi, sebelumnya kemunculan harimau tersebut juga sudah dilaporkan. Petugas BKSDA Sumbar turun ke lokasi. Walakin, belum ada tindakan tegas dari petugas untuk mengusir atau mengevakuasi harimau itu.
”Kami laporkan, tetapi petugas baru beberapa hari kemudian tiba. Tentu tidak bersua lagi jejaknya,” ujar Rofi. ”Sekarang warga takut pergi ke ladang. Setiap ke ladang sering bertemu jejaknya. Selain di kebun, juga ada jejaknya di pinggir jalan.”
Rofi menambahkan, kemunculan harimau sebulan terakhir ini baru pertama kali terjadi. Tahun-tahun sebelumnya ia tidak menemukan jejak ataupun mendengar laporan warga lainnya terkait kemunculan harimau di sekitar perkebunan dan permukiman.
Yang bahaya itu jika jantan yang keluar, penting untuk diidentifikasi. (Ardi Andono)
”Kami berharap petugas bertindak cepat supaya warga tidak waswas. Jangan sampai ada pula korbannya dulu,” ujar Rofi.
Pejabat Wali Nagari Lubuk Gadang Tenggara Sahrizal mengatakan, pihaknya sudah meneruskan laporan warga terkait kemunculan harimau. Petugas BKSDA sudah sampai di nagari dan akan melakukan survei ke lokasi temuan jejak harimau.
”Malamnya kami akan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Selanjutnya memasang kamera pengintai,” kata Sahrizal ketika dihubungi dari Padang, Sumbar, Kamis.
Jejak
Sahrizal menjelaskan, terkait kemunculan harimau itu ada jejaknya. Bahkan, warga juga mengirimkan foto harimau itu melintasi jalan aspal pada 11 Juli. Laporan warga ditindaklanjuti dan petugas BKSDA datang beberapa hari kemudian. Dari laporan BKSDA Sumbar, petugas datang ke lokasi pada 17 Juli.
”Untuk jejak pertama, kami dan petugas BKSDA sudah turun. Konfirmasi ke warga. Setelah ditelusuri sekitar empat hari tidak ditemukan jejaknya. Petugas BKSDA bisa bertindak kalau ditemukan bekas jejak dan lainnya. Kebetulan di sini musim hujan, bisa saja jejaknya terhapus,” ujarnya.
Menurut Sahrizal, petugas BKSDA harus memastikan dulu lokasi keberadaan harimau. Oleh sebab itu, temuan jejak sangat diperlukan. Mereka khawatir jika langsung membunyikan meriam karbit, harimau justru semakin dekat ke permukiman.
Sahrizal mengatakan, kemunculan harimau ini membuat warga tidak nyaman bekerja di kebun. Ia telah mengimbau warga agar tidak sendirian bekerja di kebun. Warga diminta pula membawa bebunyian untuk mengusir harimau.
”Pulang dari ladang jangan terlalu larut malam. Kalau ke ladang, jangan terlalu pagi. Harimau biasanya mencari mangsanya malam. Kalau tidak dapat, harimau akan berkeliaran sampai pukul 08.00. Itu menurut penjelasan petugas BKSDA,” katanya.
Secara terpisah, Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan wali nagari terkait laporan warga. Ia pun meminta agar warga tidak panik.
”Harimau sumatera keluar kawasan itu ada sebabnya, seperti yang sering kami sampaikan, yaitu membesarkan anak, melatih berburu anaknya, dan habitatnya terganggu. Yang bahaya itu jika jantan yang keluar, penting untuk diidentifikasi,” kata Ardi.
Menurut Ardi, lokasi area penggunaan lain, tempat munculnya harimau, di Jorong Tandai Simpang Tigo ini berimpitan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), hutan lindung, dan hutan produksi. Bisa jadi kawasan itu memang lokasi pelintasan harimau.
”Untuk kasus di Solok Selatan ini memang jalur perpindahan harimau sumatera dari koridor TNKS ke hutan lindung. Selama itu betina masih aman dan tidak mengganggu. Hingga saat ini, penyerangan harimau sumatera ke manusia di Sumbar tidak ada,” ujarnya.
Selain penanganan, kata Ardi, pihaknya berencana membentuk tim Patroli Anak Nagari (Pagari) di Nagari Lubuk Gadang Tenggara. Anggota Pagari akan dilatih untuk mampu mengidentifikasi dan mengelola konflik dengan harimau sumatera dan satwa liar lainnya.
”Kami baru tahap pengondisian pada 26 Juli. Mereka sedang siapkan tim yang akan dilatih. Kami siapkan dukungan juga,” ujarnya.