Kita mengapresiasi langkah-langkah penyelamatan dan memperlakukan harimau sumatera secara individual. Namun, konservasi terbaik tetaplah menjaga habitat harimau sumatera.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Berita kematian harimau sumatera seperti menghitung hari menuju kepunahan, menyusul kerabat mereka di Jawa dan Bali. Penyelamatan habitat mendesak.
Harian Kompas edisi Senin (13/3/2023) menampilkan berita utama di halaman Nusantara dengan judul ”Harimau Sumatera Kian Terancam”. Berita tersebut melaporkan dua kematian terkini harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), yaitu seekor harimau betina liar di Aceh dan seekor harimau jantan hasil penangkaran di Jambi.
Dalam kasus di Aceh, tim patroli Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh menemukan bangkai seekor harimau betina berusia tujuh tahun di Desa Buket Meuh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, Sabtu (11/3/2023). Bangkainya berada di perkebunan warga, di luar kawasan hutan. Di lehernya ditemukan tali baja yang menjeratnya. Jerat yang disebut jerat aring itu biasa dipakai untuk menjerat babi hutan. Polisi masih menyelidi kasus tersebut.
Cerita kematian harimau seperti ini hampir menjadi berita rutin di Aceh. Lembaga Suar Galang Keadilan mencatat, pada periode 2019-2022 sudah 19 harimau sumatera mati. Penyebab kematian terbanyak ialah perburuan. Populasi harimau sumatera diperkirakan 500-600 ekor, dengan 150-200 ekor di antaranya berada di Aceh.
Pemerintah dan aktivis konservasi bukannya diam menghadapi ancaman kepunahan ini. Berbagai langkah dilakukan, di antaranya membangun Suaka Satwa Harimau Sumatera di Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.
Suaka ini menampung harimau yang diselamatkan setelah berkonflik dengan manusia. Ada pasangan harimau liar di sana yang berhasil menghasilkan keturunan betina dan jantan yang diberi nama Citra Kartini dan Surya Manggala. Ketika berusia 3,5 tahun, mereka dilepasliarkan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang berada di empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Tujuan dilepasliarkan ialah menghindari kawin kerabat yang dapat menurunkan kualitas genetis keturunannya. Surya dilepasliarkan pada 7 Juni 2022 dan Citra 8 Juni 2022.
Tidak mudah ternyata melepasliarkan harimau yang lahir di penangkaran tersebut. Citra ditemukan mati pada 19 Juli 2022, Surya menyusul ditemukan mati di TNKS wilayah Jambi 1 Maret 2023. Kematiannya diduga terjadi secara alamiah karena tidak tahan hidup di alam liar.
Kita mengapreasiasi langkah-langkah penyelamatan ini dan memperlakukan harimau sumatera secara individual. Namun, kita menggarisbawahi pendapat konservasionis Forum Harimau Kita, Hariyo T Wibisono, yang menilai bahwa pelepasliaran kurang efektif. Insting liar satwa yang lahir di penangkaran lebih rendah ketimbang jika satwa lahir di alam liar. Konservasi terbaik ialah menjaga habitatnya.
Itulah yang perlu dilakukan dari sekarang bersama-sama. Jika tidak, harimau sumatera menyusul punah seperti harimau bali tahun 1940-an dan harimau jawa tahun 1980-an.