Korban Bencana Kekeringan di Papua Tengah Capai 10.000 Orang, Tim Kesehatan Diterjunkan
Jumlah warga yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, mencapai sekitar 10.000 orang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Warga yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, mencapai sekitar 10.000 orang. Pemerintah Kabupaten Puncak telah mengirimkan enam tenaga kesehatan ke daerah yang terdampak pada Senin (31/7/2023).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkab Puncak Ricky Siwi saat dihubungi dari Jayapura, Papua, mengatakan, warga yang terdampak bencana kekeringan tidak hanya di Distrik (kecamatan) Agandugume dan Distrik Lambewi, tetapi juga tersebar di Distrik Oneri.
Ia memaparkan, pesawat dari maskapai Revan Air telah membawa enam tenaga kesehatan ke Distrik Agandugume pada Senin pagi. Tim ini terdiri dari satu tenaga dokter dan lima tenaga paramedis.
Tim kesehatan itu diterjunkan untuk menangani masalah yang diderita warga setempat. Hal ini disebabkan warga mengonsumsi umbi-umbian, seperti ubi dan keladi, yang dalam kondisi membusuk dan berair.
Sebanyak enam warga yang terdiri lima orang dewasa dan satu anak dilaporkan meninggal akibat bencana ini. Rata-rata korban meninggal dalam kondisi lemas, sakit diare, panas dalam, sariawan, dan sakit kepala.
Bencana kekeringan tesebut dipicu cuaca ekstrem dengan temperatur suhu udara yang sangat dingin dan tanpa hujan. Kondisi itu terjadi sejak Mei lalu sehingga menyebabkan tanaman pangan milik warga, seperti ubi dan keladi, gagal panen.
”Tim kesehatan yang diterjunkan ke Distrik Agandugume dengan pesawat Revan Air juga membawa obat-obatan. Mereka akan memeriksa dan mengobati warga yang mengalami gangguan kesehatan dalam bencana ini,” kata Ricky.
Ricky berharap maskapai penerbangan lainnya turut terlibat dalam mendistribusikan bantuan makanan dan obat-obatan di distrik yang terdampak bencana kekeringan. Sejauh ini, hanya maskapai Revan Air yang melayani penerbangan ke Bandara Agandugume.
Sebelumnya, Bupati Puncak Willem Wandik dengan menggunakan pesawat Revan Air telah mendistribusikan bantuan makanan melalui Bandara Agandugume pada Sabtu (29/7/2023). Revan Air dengan pesawat jenis Grand Karavan melayani tiga kali penerbangan ke Agandugume.
Adapun maskapai penerbangan lainnya tak berani membawa bantuan makanan ke Distrik Agandugume. Ini disebabkan kekhawatiran terhadap aksi penembakan pesawat oleh kelompok kriminal bersenjata di daerah tersebut.
Dari catatan Kompas, terjadi tujuh kasus penyerangan pesawat pada kurun Januari-Juli 2023. Aksi itu menyasar enam pesawat berbadan kecil dan satu pesawat jenis Boeing di sejumlah kabupaten, yakni Yahukimo, Puncak, Pegunungan Bintang, dan Intan Jaya.
Kami menjamin keamanan yang kondusif dalam upaya distribusi bantuan makanan ke daerah yang terdampak bencana kekeringan.
”Pemda Puncak dan masyarakat setempat menjamin keselamatan pilot dan pesawat ke Agandugume. Apabila penyaluran bantuan terlambat, jumlah warga yang terdampak karena bencana kekeringan akan terus bertambah,” tutur Ricky.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo menambahkan, pihaknya siap mengawal proses distribusi bantuan makanan dan obat-obatan ke distrik yang terdampak bencana kekeringan. Pengamanan area bandara yang menjadi lokasi distribusi bantuan akan ditingkatkan.
”Kami menjamin keamanan yang kondusif dalam upaya distribusi bantuan makanan ke daerah yang terdampak bencana kekeringan. Upaya ini juga bersinergi dengan pemda dan masyarakat setempat,” katanya.
Sudah tersalurkan
Pelaksana tugas Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Adrianus Alla saat dihubungi menyatakan, seluruh bantuan telah tersalurkan ke Distrik Sinak, yang berbatasan dengan tiga distrik terdampak bencana. Total berat bantuan yang disalurkan Kemensos mencapai 17,1 ton.
”Seluruh bantuan telah diterima masyarakat yang datang ke Distrik Sinak. Para penerima bantuan berasal dari Agandugume, Lambewi, dan Oneri. Kami juga akan bersinergi dengan Pusat Krisis Kementerian Kesehatan untuk penyediaan obat-obatan,” tutur Adrianus.
Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman memaparkan, terjadi kondisi cuaca kemarau dan penurunan suhu udara pada malam hari hingga di bawah 10 derajat celsius di daerah yang terdampak di Kabupaten Puncak. Diperkirakan fenomena alam ini akan terjadi hingga akhir September.
Menurut Sulaiman, fenomena cuaca ekstrem yang memicu bencana kekeringan di Papua telah terjadi beberapa kali. Hal ini menjadi peringatan bagi pemda setempat dan masyarakat untuk menyiapkan upaya mitigasi. Salah satu adalah menyiapkan cadangan makanan sejak dini.