Kembangkan Hilirisasi Pertanian, UMKM Kuningan Ekspor Bawang Goreng ke Belanda
Bawang goreng produk CV Monita Food, UMKM asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kini merambah pasar Belanda. Ekspor itu diharapkan memicu pertumbuhan ekonomi dan hilirisasi pertanian.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS – Bawang goreng produk CV Monita Food, usaha mikro, kecil, menengah asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kini merambah pasar Belanda. Tidak hanya memicu pertumbuhan ekonomi, ekspor itu juga diharapkan mengembangkan hilirisasi pertanian.
Pelepasan ekspor perdana bawang goreng ke Belanda itu berlangsung di pabrik CV Monita Food di Desa Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, Rabu (26/7/2023). Sebanyak satu kontainer ukuran 20 kaki yang berisi 5,7 ton bawang goreng akan diterbangkan ke negeri ”kincir angin”.
Turut hadir Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo, Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Kuningan Ukas Suharfaputra, dan Direktur CV Monita Food Aris Risma Sunarmas. PT Brilian Majus, sebagai agregator, juga turut serta.
Aris mengatakan, ekspor perdana ke Belanda melalui berbagai tahapan dalam tiga tahun terakhir. Mulai dari penawaran kepada pembeli hingga pengecekan kualitas produk. ”Bulan Juni kemarin, buyer (pembeli) dari Belanda ke sini melihat langsung dan akhirnya ada kerja sama,” ungkapnya.
Ekspor kali ini, katanya, menambah daftar negara tujuan produk CV Monita Food. Sebelumnya, perusahaan yang memproduksi bawang goreng sejak 2004 ini telah merambah pasar Australia dan Uni Emirat Arab. Namun, pengirimannya masih skala kecil, maksimal 8 kuintal bawang.
Pihaknya belum memprediksi jumlah permintaan bawang goreng dari Belanda ke depannya. Ia pun masih menunggu respons pasar di sana. Menurut rencana, produknya menjadi bahan pembuatan bumbu makanan. Aris optimistis produknya diminati karena harganya bersaing dan berkualitas.
Ia juga memastikan keberlanjutan pasokan bawang goreng untuk ekspor. Setiap hari, perusahaan dengan 25 karyawan ini bisa mengolah hingga tiga ton bahan baku bawang merah dan putih. Bawang itu berasal dari Kuningan, Majalengka, Cirebon di Jabar, hingga Brebes, Jawa Tengah.
Sebagai UMKM mitra Kantor Perwakilan BI Cirebon, pihaknya mendapatkan jaringan pasokan dari petani bawang hingga mendapat promosi dengan ikut berbagai pameran tingkat nasional. Produknya pun merambah sejumlah rumah makan hingga pabrik pengolahan mi dan bumbu.
”Kolaborasi dengan BI dan Pemkab Kuningan membuat kami bisa sedikit berlari, tidak berjalan sendirian. Semoga kolaborasi ini dapat berlanjut terus,” ujarnya.
Hilirisasi pertanian
Hestu Wibowo mengatakan, ekspor bawang goreng kali ini menunjukkan hilirisasi sektor pertanian. ”Hilirisasi ini dapat menjaga stabilitas harga pangan. Saat panen raya, misalnya, harga bawang pasti jatuh. Dengan pengolahan seperti ini, harganya terjaga,” ujarnya.
Sekitar 61 persen produk domestik bruto nasional berasal dari sektor UMKM.
Terlebih lagi, menurut dia, harga komoditas pangan kerap berkontribusi pada inflasi yang berpengaruh pada daya beli masyarakat. Hilirisasi, lanjutnya, merupakan salah satu strategi mengungkit pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi global.
Dalam kondisi ini, lanjut Hestu, peran UMKM dibutuhkan. Sebab, sekitar 61 persen produk domestik bruto nasional berasal dari sektor UMKM. Lebih dari 97 persen penyerapan tenaga kerja juga dari UMKM. ”Jadi, perekonomian Indonesia didukung UMKM,” ujarnya.
Pihaknya berharap, Pemkab Kuningan dapat mengembangkan hilirisasi pertanian untuk komoditas lainnya, seperti kopi, jahe, dan kapulaga. Hestu pun siap mendukung program itu. Hingga kini, KPW BI Cirebon telah bermitra dengan 90 UMKM di Cirebon dan sekitarnya.
Ukas Suharfaputra mengatakan, Kuningan bagian timur berpotensi menjadi sentra pengolahan pertanian. Apalagi, lahan jagung hingga bawang merah tersebar di sana. Selain kontur daerah yang lebih datar, kawasan itu juga memiliki bendungan.
”Ini diharapkan memicu masuknya investor di bidang pengolahan. Kami akan membenahi perizinan hingga tata ruang untuk memudahkan pelaku UMKM agar berinvestasi di Kuningan,” ungkap Ukas.