Ciayumajakuning Entrepreneur Festival, Ajang Tumbuhkan Ekonomi Hijau Digital
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon menggelar Ciayumajakuning Entrepreneur Festival ke-8. Ajang itu diharapkan menumbuhkan ekonomi hijau dan digitalisasi bagi pelaku UMKM di Jawa Barat bagian timur.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon, Jawa Barat, menggelar Ciayumajakuning Entrepreneur Festival ke-8. Ajang itu diharapkan menumbuhkan ekonomi hijau dan digitalisasi bagi pelaku usaha mikro kecil menengah di Jawa Barat bagian timur.
Ciayumajakuning Entrepreneur Festival (CEF) berlangsung pada Jumat (21/7/2023) hingga Minggu (23/7) di Grage Mall Cirebon. Sekitar 70 pelaku UMKM dari wilayah Ciayumajakuning (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) turut serta dalam acara ini.
Sejumlah UMKM mitra Kantor Perwakilan BI Cirebon itu berorientasi pada kelestarian lingkungan, seperti aneka tas daur ulang dan batik pewarna alam Ciwaringin dengan pembayaran digital. Ini sesuai dengan tema CEF, yakni ”Ciayumajakuning Tumbuh, Hijau, dan Berkelanjutan”.
”Melalui pendekatan hijau, kami mendorong UMKM untuk menjadi lebih ramah lingkungan, mulai dari penggunaan bahan baku, proses, hingga hasil produksi yang tentunya tidak merusak lingkungan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Cirebon Hestu Wibowo, Jumat.
Ekonomi hijau merupakan konsep bisnis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Adapun ekonomi digital menekankan pemanfaatan digitalisasi untuk promosi produk, pemasaran, hingga sistem pembayaran nontunai.
”Dengan pendekatan ekonomi hijau dan digital, diharapkan para pelaku UMKM dapat mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan,” ujar Hestu. Ia juga mendorong pelaku UMKM di Ciayumajakuning agar bijak memanfaatkan sumber daya alam dan melibatkan komunitas.
Selain membantu promosi dan pendampingan produk yang mengedepankan ekonomi hijau dan digital, Kantor Perwakilan BI Cirebon juga mempertemukan pelaku UMKM dengan perbankan untuk memudahkan bantuan permodalan. CEF pun menjadi ajang untuk mempromosikan produk UMKM dari Ciayumajakuning.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar Achris Sarwani menambahkan, UMKM merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. ”Sekitar 60 persen produk domestik bruto Indonesia dari sektor UMKM. Sekitar 97 persen tenaga kerja di Indonesia itu dari sektor UMKM,” ucapnya.
Itu sebabnya, BI Jabar terus fokus dalam pengembangan UMKM. BI Jabar juga mendorong pelaku usaha untuk menerapkan ekonomi hijau dan digital jika ingin usahanya berkelanjutan. Konsep itu tidak hanya menjaga kelestarian alam, tetapi juga memiliki potensi pasar yang besar.
Sarwani mencontohkan, potensi nilai ekonomi digital di Indonesia sampai tahun 2025 bisa mencapai 124 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1.500-Rp 1.800 triliun. Pembayaran digital via Standar Kode Respons Cepat Indonesia atau QRIS bisa jadi pintu masuk ekonomi digital.
”Dompet kita semakin tipis karena uang berpindah ke HP (handphone). Kalau kita punya sinyal HP, itu menandakan kita siap melakukan aktivitas ekonomi. Kalau kita kehilangan sinyal HP, rasanya seperti enggak punya harapan hidup, terutama bagi pengusaha,” ucapnya.
Dengan pendekatan ekonomi hijau dan digital, diharapkan para pelaku UMKM dapat mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati mengatakan, perekonomian di Ciayumajakuning, terutama Cirebon, juga berpotensi meningkat seiring hadirnya berbagai infrastruktur. Jalan Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan atau Cisumdawu, misalnya, mempermudah akses ke Cirebon.
Pemerintah juga mengembangkan kawasan industri Rebana, akronim dari Cirebon, Pelabuhan Patimban, dan Bandara Internasional Jabar Kertajati. ”Kita harus siap menangkap peluang ini dengan menerapkan dua model bisnis baru, yakni ekonomi hijau dan digital,” katanya.