Delapan Petambang Emas Ilegal Terjebak di Lubang Sedalam 60 Meter di Banyumas
Delapan pekerja tambang emas ilegal di Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, terjebak air pada kedalaman 60 meter. Sudah lebih dari 12 jam mereka belum bisa dievakuasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Delapan pekerja tambang emas ilegal di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terjebak di lubang tambang berisi air pada kedalaman 60 meter. Diduga terjadi kebocoran sumur di lokasi tambang.
Petambang terjebak di lubang tambang sejak Selasa (25/7/2023) pukul 22.00. Hingga Rabu pukul 15.17, semuanya belum bisa dievakuasi.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Cilacap Adah Sudarsa mengatakan, delapan petambang itu berasal dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mereka adalah Cecep Supriyana (29), Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), dan Mulyadi (40).
Saeful Anwar dari Humas Basarnas Cilacap mengatakan, lubang tambang hanya berukuran 60 sentimeter x 60 sentimeter. Akibatnya, lubang itu hanya bisa dilalui satu orang. Dia menambahkan, model lubang tambangnya adalah terasering. Panjangnya berkisar 6-12 meter dengan pola vertikal dan horizontal.
”Ada air masuk ke lubang tambang itu dari lubang di sebelahnya. Infonya, kebocoran sudah mencapai 2 meter. Sejauh ini, airnya sudah dipompa dengan empat mesin sedot sejak tadi malam. Namun, air masih tetap ada,” tutur Saeful.
Koordinator Lapangan Basarnas Cilacap Amin Riyanto menyampaikan, berbagai upaya akan dilakukan untuk mengeluarkan petambang. Selain pembendungan dan penyedotan air, bakal dilakukan penyelaman sesuai kemampuan tim penyelamat.
Kepala Kepolisian Resor Kota Banyumas Komisaris Besar Edy Suranta Sitepu mengatakan, lokasi tambang itu berada di area persawahan dan tidak berizin. Dia berjanji akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan petambang. ”Sedang dianalisid air yang tergenang di sumur itu berasal dari mana,” kata Edy.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Banyumas Komisaris Agus Supriadi menyebutkan, tambang emas itu sudah ada sejak 2014. Sejumlah warga setempat ikut bekerja di sana.
Hingga kini ada 35 lapak tambang yang terdiri dari 30 unit aktif dan 5 unit tidak aktif. Lapak berupa bangunan semipermanen. Atapnya berupa asbes dengan konstruksi kayu dan ditutupi terpal berwarna biru.