Tiga Kecamatan di Palembang Masih Kesulitan Air Bersih
Sebanyak tiga kecamatan di Palembang masih kesulitan air bersih. Belum optimalnya kapasitas instalasi air minum di sejumlah kawasan pinggiran kota menjadi kendala utama.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak tiga kecamatan di Palembang, Sumatera Selatan, masih kesulitan air bersih. Belum optimalnya kapasitas instalasi air minum di sejumlah kawasan pinggiran ibu kota provinsi itu menjadi kendala utama. Situasi ini dikhawatirkan bisa menghambat upaya pemerintah untuk mengentaskan tengkes (stunting).
Direktur Umum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Hadri, Selasa (25/7/2023), mengatakan, hingga saat ini persentase cakupan air bersih yang dikelola oleh perusahannya baru mencapai 82 persen. Jika ditambahkan dengan perusahaan air minum swasta, baru 85 persen rumah di Palembang yang sudah terlayani air bersih.
Secara rinci, ujar Hadri, ada tiga kecamatan di Palembang yang belum menerima aliran air bersih, yakni Kalidoni, Sako, dan Sematang Borang. ”Ketiganya memang berada di kawasan pinggiran kota di mana jaringan pipa masih ada di jalan akses utama dan belum sampai ke rumah-rumah penduduk,” ujar Hadri.
Karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk memperluas area cakupan layanan PDAM Tirta Musi. Salah satunya dengan menambah kapasitas pompa untuk mengalirkan air ke lebih banyak rumah.
Saat ini, pihaknya sedang membangun Instalasi Pengelolaan Air Sei Lais berkapasitas 30 liter per detik dan Sistem Pengelolaan Air Minum Kalidoni berkapasitas 250 liter per detik. ”Jika semua berjalan lancar, kedua sarana ini bisa beroperasi pada Oktober 2023,” ujar Hadri.
Pengoperasian tersebut akan menjangkau hingga 14.300 pelanggan. Cakupan layanan air bersih pun bisa ditingkatkan menjadi 86 persen. ”Jika digabungkan dengan perusahaan swasta, cakupan layanan air bersih di Palembang meningkat menjadi 90 persen,” katanya.
Fatimah, warga Sei Selincah, Kalidoni, mengatakan, selama empat tahun tinggal di kawasan itu, dirinya tidak pernah menikmati air bersih. Air bersih satu-satunya didapatkan dari sumur bor yang ia cari sendiri. ”Kami harus membuat sumur dengan kedalaman 5 meter untuk bisa memperoleh air bersih,” katanya.
Meski begitu, agar bisa diminum atau digunakan untuk mandi, dirinya harus menyaring kembali air tersebut. Dirinya juga telah mengusulkan kepada PDAM untuk memasang jaringan di tempat ia tinggal, tetapi sampai saat ini belum terealiasi. ”Terpaksa kami menggunakan air yang keruh,” ucapnya.
Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Hilman Hadi mengatakan, melalui program manunggal air, pihaknya bersama pemerintah daerah berupaya mendata jumlah penduduk yang kesulitan air bersih. Dari lima provinsi yang berada di naungan Kodam II/Sriwijaya, yakni Jambi, Bengkulu, Sumsel, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung, terdata sekitar 120 titik yang mengalami kesulitan air bersih.
Khusus di Palembang, ada sekitar 32 kawasan yang masih kesulitan air bersih. ”Data ini kami peroleh langsung dari bintara pembina desa (Babinsa) yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” ujar Hilman.
Dari data itulah, TNI dan pihak terkait melakukan pembenahan, termasuk penyediaan air bersih. Menurut dia, air bersih merupakan salah satu aspek penting untuk pemberantasan tengkes.
Dari 120 titik sasaran, sekitar 85 titik sudah teratasi dengan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan pihak swasta. Pembenahan yang dilakukan adalah dengan mencari sumber air yang memadai sehingga bisa digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus, termasuk jika memungkinkan juga untuk dikonsumsi.