Kurangi Pencemaran Sungai Musi, Jaringan IPAL Palembang Bakal Beroperasi Awal 2023
Pembangunan jaringan instalasi pengolahan air limbah di Palembang sudah mencapai sekitar 61 persen. Untuk tahap awal, pemerintah akan membangun 1.000 sambungan rumah tangga hingga awal tahun 2023.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Pembangunan jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan Monumen Perjuangan Rakyat Palembang yang sudah mencapai 68 persen, Kamis (23/6/2022). Jaringan IPAL ditargetkan beroperasi pada awal 2023.
PALEMBANG, KOMPAS — Pembangunan jaringan instalasi pengolahan air limbah atau IPAL di Palembang, Sumatera Selatan, mencapai sekitar 61 persen dan diharapkan rampung tahun depan. Harapannya, infrastruktur itu bisa meminimalkan risiko pencemaran limbah rumah tangga di Sungai Musi.
Teknologi di IPAL berfungsi untuk mengolah limbah rumah tangga, baik blackwater (air hitam) berupa kotoran maupun grey water (air abu-abu), yakni air bekas cuci, mandi, dan kakus. Semuanya lantas diproses dengan anaerobic baffled reactor (ABR) serta sistem penyaringan dan pengelolaan air.
Dengan penerapan teknologi itu, limbah kemudian dipisahkan menjadi berbentuk padat dan cair. Limbah padat akan dijadikan kompos, sedangkan limbah cair diolah lagi hingga mencapai baku mutu air (setara dengan kualitas air baku) sebelum dialirkan ke Sungai Musi.
Warga mandi petang di pinggir Sungai Musi, Palembang, Jumat (28/8/2020). Sungai Musi adalah jantung kehidupan masyarakat Palembang. Sejak masa Sriwijaya, Sungai Musi sudah menjadi jalan tol transaksi dagang dan pusat kehidupan masyarakat. Hingga sekarang, kehidupan di atas Sungai Musi masih bergeliat kencang. Warga memanfaatkan sungai terbesar di Sumatera itu sebagai jalur transportasi, sumber air bersih, hingga mandi sehari-hari.
Direktur Sanitasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tanozisochi Lase, Kamis (23/6/2022), menjelaskan, pembangunan jaringan IPAL di Palembang dilakukan serentak dengan progres berbeda.
Dia mencontohkan, 1.000 sambungan jaringan IPAL yang dibiayai APBN kini mencapai 65 persen, sedangkan jaringan yang didanai Pemerintah Kota Palembang mencapai sekitar 61 persen.
”Harapannya, IPAL di Palembang bisa rampung paling lambat awal tahun 2023,” ucapnya.
Kini, Tanozisochi mengatakan, pihaknya akan berkonsentrasi memasang 1.000 sambungan rumah tangga di sepanjang daerah aliran Sungai Sekanak. Sambungan itu akan menyalurkan limbah rumah tangga dari permukiman ke stasiun IPAL induk di Kelurahan Sei Selincah, Kecamatan Kalidoni.
”Limbah kotor diperlukan untuk uji coba infrastruktur IPAL, apakah sudah berjalan secara efektif atau belum,” ucapnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
"Pembangunan jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan Monumen Perjuangan Rakyat Palembang yang sudah mencapai 68 persen, Kamis (23/6/2022). Jaringan IPAL ditargetkan beroperasi pada awal 2023.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang Ahmad Bastari menyebutkan, 1.000 jaringan IPAL akan ditempatkan di permukiman dan perkantoran padat penduduk di sepanjang daerah aliran Sungai Sekanak. Targetnya akan dipasang 22.000 saluran.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi Palembang Andi Wijaya berharap, fasilitas itu bisa meminimalkan risiko pencemaran Sungai Musi. Dengan IPAL, limbah domestik akan dikelola sebelum dialirkan ke sungai. Untuk mengoptimalkan pengelolaannya, pihaknya akan melakukan studi banding ke Bandung dan Solo.
”Biasanya biaya untuk IPAL sekitar 30 persen dari yang dibebankan untuk keperluan air bersih. Agar masyarakat mau membayar layanan IPAL, tentu harus disosialisasikan dulu manfaat teknologi ini,” ucapnya.
Kawasan rumah susun Palembang yang tampak kumuh, Kamis (23/6/2022). Kawasan ini akan menjadi tempat pemasangan jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Palembang tahap pertama. Jaringan IPAL ditargetkan beroperasi pada awal 2023.
Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tri Dewi Virgiyanti menuturkan, jika melihat kondisi masyarakat Palembang yang belum terbiasa mengelola limbah rumah tangga secara baik, teknologi ini tentu harus diterapkan.
Saat ini, pengolahan limbah masih menjadi masalah di Palembang. Di kawasan rumah susun Palembang, misalnya, beragam limbah rumah tangga masih dibuang ke saluran air tidak jauh dari permukiman.
”Memang dari sisi kelayakan fasilitas sanitasi, Palembang sudah baik, tetapi untuk keamanan masih perlu ditingkatkan,” ucapnya.
Berkaca dari beberapa kota besar di Indonesia yang sudah memiliki fasilitas IPAL, seperti Medan, Pekanbaru, Jambi, Solo, dan Bandung, masyarakatnya hidup lebih sehat. ”Jika warga sehat, ekonomi di daerah tersebut akan meningkat,” ucap Dewi.