Kelahiran Anoa Kedua pada 2023 Bukti Perbaikan Manajemen Anoa Breeding Center Manado
Untuk kali kedua pada 2023, seekor anoa dataran rendah jantan dilahirkan di Anoa Breeding Center Manado. Anoa ini adalah individu kedua yang lahir secara normal sejak ABC didirikan pada 2015.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Untuk kedua kalinya sepanjang 2023, seekor anoa dataran rendah jantan dilahirkan di Anoa Breeding Center Manado, Sulawesi Utara. Anoa ini juga merupakan individu kedua yang lahir secara normal, sejak satu-satunya pusat pengembangbiakan anoa di Indonesia itu didirikan tahun 2015.
Bayi anoa dataran rendah (Bubalusdepressicornis) itu diperkenalkan dalam konferensi pers di kompleks Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Manado, Senin (17/7/2023). Ia keturunan dari betina berusia lima tahun bernama Anara dan Rocky, jantan berusia 10 tahun.
Anakan yang belum diberi nama itu lahir pada Minggu (9/7/2023) pukul 21.56 Wita. Ketika diperiksa keesokan paginya, panjang badannya 52 sentimeter, lingkar badan 46 cm, panjang kepala 13 cm, dan bobotnya 6 kilogram.
”Sejak malam dia sudah menyusu cukup banyak. Jadi, kami perkirakan beratnya saat lahir 5,5-5,8 kg,” kata drh Afifah Hasna, dokter hewan Anoa Breeding Center (ABC).
Delapan hari pascakelahiran, anakan itu sehat dan stabil. Ia bahkan sudah lancar berjalan dan menyusu. Induknya pun sehat.
Afifah mengatakan, naluri keibuan Anara sudah muncul, yaitu dengan membiarkan anaknya langsung menyusu. Anara juga membawanya bersembunyi di balik pohon untuk menghindari predator.
Sebelumnya, empat anoa dilahirkan sejak ABC didirikan pada 2015, dimulai dari Maesa (jantan) dan Anara (betina) pada 2017, disusul Deandra (betina) pada 2018. Hanya Anara yang dilahirkan secara normal, sedangkan dua lainnya diintervensi dengan bantuan penarikan.
Setelah itu, terjadi vakum kelahiran selama lima tahun akibat banyaknya kasus distokia atau sungsang. Selama 2015-2022, ABC mencatat delapan anoa yang lahir dalam keadaan mati, dua di antaranya keguguran.
Baru pada Januari 2023, anoa jantan bernama Raden lahir dengan intervensi berupa operasi sesar, disusul kelahiran anoa kelima. Afifah mengatakan, anakan tersebut merupakan keturunan generasi kedua (F2) pertama yang lahir di ABC. Anara adalah anak dari anoa bernama Rambo berusia 12 tahun dan Ana berusia 13 tahun yang termasuk penghuni pertama ABC.
Menurut Afifah, kelahiran ini merupakan buah dari perbaikan manajemen ABC dalam menjalankan tugasnya sebagai pusat konservasi exsitu. Jika sebelumnya kebuntingan Denok baru terdeteksi pada usia 5-6 bulan, kali ini kebuntingan Anara sudah diketahui pada usia 1,5 bulan.
”Kulit anoa sangat tebal sehingga kalau di-USG (ultrasonografi) kebuntingan sulit terdeteksi. Pakai testkit pun sering enggak akurat. Jadi kami coba modifikasi. Kalau biasanya periksa pakai gel USG, kami coba ganti pakai gel alkohol. Ternyata daya tembusnya lebih baik, langsung kelihatan bakal fetusnya,” kata Afifah.
Sejak itu, Anara langsung mendapat perlakuan khusus berupa pembatasan kuantitas pakan menjadi 10 kg rumput saja per hari. Afifah menduga, distokia yang menyebabkan kematian bayi selama ini disebabkan oleh pakan yang berlebihan sehingga bobot induk dan bayi terlampau besar, di atas 5 kilogram.
Anara juga diberi makanan tambahan berupa buah-buahan dan sayur selama dua kali semingu, plus bermacam suplemen untuk mencegah kesulitan mengejan saat beranak. Hasilnya, tahapan persalinan yang dilalui Anara pada hari ke-304 kebuntingannya cenderung cepat, sekitar 3 jam dari biasanya 5-8 jam.
Bayi pun lahir dengan kondisi wajar, yaitu kepala dan kaki depan keluar terlebih dahulu. Ia bahkan langsung mencoba berdiri setelah lahir. Sementara itu, insting Anara membuatnya mencabut plasenta dan memakannya. Itu dilakukan untuk menghilangkan jejak yang dapat mengundang predator dan kemudian langsung mulai menyusui.
Afifah menilainya sebagai perkembangan yang baik karena, sekalipun hidup di pusat konservasi yang aman, sifat liarnya tidak hilang. ”Anak anoa harus dapat susu dari induknya sebagai makanan pertama atau kolostrum dalam rentang 1 jam agar bisa dapat sistem imun untuk bertahan hidup. Ternyata, bonding induk dan anak berlangsung cepat,” kata dia.
Heru Setiawan, Kepala BPSILHK Manado yang mengelola ABC, menyatakan, kelahiran anoa kedua dalam tujuh bulan pertama 2023 ini adalah hasil kerja sama dengan dua pihak, yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut serta PT Cargill Indonesia Amurang.
BKSDA Sulut membiayai pakan anoa. Sementara Cargill, melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan, menggaji dokter hewan, pawang, serta menyediakan pelbagai sarana.
Kini, ABC menampung 10 anoa, 5 jantan dan 5 betina. Salah satu anoa betina yang bernama Stella adalah anoa dataran tinggi (Bubalus quarlesi). Sementara sisanya anoa dataran rendah.
Ia pun yakin, ABC semakin memainkan peran penting meningkatkan populasi anoa di alam, yang saat ini diperkirakan tak lebih dari 2.500 ekor di alam bebas. Praktik baik yang berujung pada kelahiran anak Anara pun akan dipertahankan. Jika terus berhasil, praktik itu akan dipatenkan sebagai standar pengelolaan pusat konservasi ex situ anoa.
”Ini, kan, baru sekali, jadi belum bisa distandardisasi. Kalau sudah dua-tiga kali, kita akan bikin pedoman teknis untuk penanganan kebuntingan anoa termasuk perlakuan pakan, deteksi dininya, dan frekuensi penimbangan bobot badannya. Standar itu nantinya akan diterapkan juga di tempat lain, seperti taman safari atau kebun binatang,” kata Heru.
Di samping itu, Heru yakin, ABC juga akan terus memainkan peran sebagai pusat edukasi masyarakat tentang anoa. ”Anoa ini, walau kelihatannya besar di nama, banyak sekali masyarakat di Sulut yang belum pernah lihat langsung. Padahal, ini satwa endemik Sulawesi. Jadi, ini sangat bagus untuk edukasi anak usia sekolah, bahkan sampai perguruan tinggi,” kata dia.
Imelda Tandako, Plant Manager dari PT Cargill Indonesia Amurang, mengatakan, pihaknya mendukung peran tersebut dengan membangun gedung Anoa Corner (Pojok Anoa) di sebelah klinik hewan ABC. Gedung itu bisa menjadi pusat informasi serta edukasi untuk mengenalkan anoa kepada publik, terutama generasi muda.
Imelda juga berharap, kelahiran anoa kelima ini bisa menjadi momentum perbaikan metode pengembangbiakan anoa. ”Semoga ini bisa jadi referensi ke depan, terutama soal manajemen pakan, sehingga isu kelebihan berat badan bisa diatasi,” kata dia.
Sementara itu, Kepala BKSDA Sulut Askhari Daeng Masikki menyebut ABC sebagai pusat konservasi ex situ yang sudah berhasil. Namun, upaya menambah populasi anoa di alam liar masih sangat menantang, terutama di Sulut.
”Di saat yang sama, kita harus menjaga jumlah anoa eksisting di alam dengan mencegah perdagangan daging satwa liar. Konsumsi satwa liar di Sulut itu tinggi. Beda dengan di Sumatera, di Sulawesi tidak ada satwa top predator. Top predator-nya, ya, manusia sendiri. Ini yang harus kita atasi,” kata Askhari.