Bencana Banjir Lumajang, Sebagian Pengungsi Pulang
Pengungsi akibat bencana banjir lahar hujan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sebagian mulai pulang ke rumah. Meski begitu, mereka diminta tetap waspada karena potensi banjir lahar susulan tetap ada.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pengungsi akibat bencana banjir lahar hujan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sebagian mulai pulang ke rumah. Meski begitu, mereka diminta tetap waspada karena potensi banjir lahar susulan tetap ada.
Kepala Bidang Kedaruratan, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Adma Teguh Pambudi mengatakan bahwa sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing. ”Dalam dua hari ini kondisi Lumajang cerah sehingga sebagian pengungsi sudah pulang. Meski begitu, mereka tetap kami minta untuk waspada adanya kemungkinan banjir lahar dingin susulan,” kata Adma, Kamis (13/7/2023).
Dari total pengungsi sekitar 1.400 orang, menurut Adma, setengahnya sudah memilih pulang. ”Meski begitu, data pastinya terus kami hitung,” katanya.
Bencana banjir dan longsor di Lumajang, pekan lalu, menyebabkan 1.437 jiwa mengungsi di 18 titik pengungsian. Selain korban jiwa, juga terdapat 294 hektar (ha) lahan padi dan tembakau gagal panen. Lokasi terdampak adalah Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, dan Tempursari.
Bencana saat itu juga menyebabkan 10 jembatan di Lumajang longsor. Jembatan putus itu, antara lain, jembatan di Desa Kloposawit, jembatan Kali Regoyo, serta jembatan penghubung Desa Sidomulyo dan Pronojiwo.
Dari sejumlah jembatan putus itu, masyarakat secara gotong royong membangun jembatan sementara. Beberapa jembatan sementara, misalnya jembatan di Desa Kloposawit dan jembatan penghubung Malang-Lumajang. ”Jembatan sementara itu dibangun dengan kayu dan bambu. Tujuannya agar masyarakat pejalan kaki dan motor bisa melintas,” kata Adma.
Menurut Adma, hingga saat ini, penanganan pengungsi terus dilakukan, mulai dari mengerahkan bantuan logistik hingga membersihkan material yang terbawa saat banjir lahar hujan.
Jembatan sementara itu dibangun dengan kayu dan bambu. Tujuannya agar masyarakat pejalan kaki dan motor bisa melintas.
Rudi M. Kholiq, sukarelawan Tagana dan Pelopor Perdamaian (Pordam), mengatakan, selama fase tanggap darurat, dukungan dapur umum di posko pengungsian terus dilakukan. Selain itu, layanan psikososial untuk para pengungsi juga terus dilakukan.
”Tagana, Pordam, dan pekerja sosial masyarakat (PSM) bersama-sama melayani pengungsi, mulai dari membuat dapur umum, hingga membantu layanan pendampingan psikologis untuk para pengungsi. Para pengungsi itu memang rata-rata pulang saat pagi dan kembali pada saat malam. Apalagi saat masih turun hujan,” kata Rudi. Dalam dua hari ini, cuaca Lumajang cerah.