Pemprov Jatim Bantu Rekonstruksi Dua Jembatan di Lumajang
Banjir lahar hujan berdampak pada rusaknya sejumlah jembatan di Kabupaten Lumajang. Dari beberapa jembatan yang rusak, Pemprov Jatim akan merekonstruksi dua jembatan dengan anggaran Rp 10,5 miliar.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan membantu pembangunan dua jembatan yang putus diterjang lahar hujan di Kabupaten Lumajang. Kedua jembatan yang dimaksud adalah Kloposawit dan Kaliregoyo. Untuk rekonstruksi keduanya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan anggaran Rp 10,5 miliar.
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (10/7/2023). Dia datang ke rumah sakit itu untuk menjenguk korban longsor di wilayah Kabupaten Malang.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) sudah mengonfirmasi ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang.
”Tugas Pemprov Jatim adalah melakukan rekonstruksi Jembatan Kloposawit yang putus total (oleh banjir lahar Gunung Semeru). Bahkan, tidak ada puing-puingnya. Mudah-mudahan lancar dua bulan ke depan selesai,” katanya.
Menurut Khofifah, pihaknya akan menggunakan konstruksi jembatan bailey dan yang sudah dipesan menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah. Ukuran jembatan sudah ditentukan sehingga nantinya tinggal memasang. Jembatan Kloposawit sepanjang 35,8 meter menghubungkan Desa Kloposawit dan Tumpeng di Kecamatan Candipuro.
Kebetulan, dari proses assessment yang dilakukan, diketahui bahwa tonggak di sisi kiri dan kanan jembatan Kloposawit yang lenyap kondisinya masih kuat sehingga pengerjaan nantinya tidak butuh waktu terlalu lama.
Demikian halnya jembatan gantung Kaliregoyo yang menjadi penghubung Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, yang bentangannya luas, mencapai 150 meter. Tonggak di sisi kiri dan kanan jembatan ini kondisinya juga masih kuat.
”Karena panjang ada tiang pancang di tengah (putus separo). Itu juga dalam penanganan Pemprov Jatim,” ucapnya.
Adapun untuk koneksitas jembatan Kali Glidik 2 di jalan nasional yang menghubungkan Malang-Lumajang dilakukan Kementerian PUPR. Berbeda dengan dua jembatan yang ditangani Pemprov Jatim, pembangunan jembatan Kali Glidik butuh waktu lebih lama, yakni sekitar empat bulan.
Tugas Pemprov Jatim adalah melakukan rekonstruksi Jembatan Kloposawit yang putus total oleh banjir lahar Gunung Semeru. (Khofifah)
Sebelumnya, pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Jawa Timur-Bali menyatakan, penanganan sementara jembatan Glidik 2 yang ada di perbatasan Kabupaten Malang-Lumajang juga menggunakan instalasi bailey.
Sehari pascabencana tim sudah melakukan survei di lokasi. Jembatan Kali Glidik II dibangun tahun 1970 dengan panjang 37 meter dan lebar 6,8 meter. Bangunan atas jembatan berupa gelagar baja permanen yang terdiri atas tiga bentang.
Penghubung
Jembatan ini punya fungsi vital bagi masyarakat karena menjadi penghubung Malang-Lumajang. Jalur lainnya harus memutar melalui Pasuruan-Probolinggo dengan jarak lebih jauh dan waktu tempuh lebih lama.
Sementara untuk perbaikan beberapa jembatan kecil lainnya yang juga rusak oleh limpasan banjir lahar, menurut Khofifah, akan didukung BNPB dan dikerjakan Pemkab Lumajang. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lumajang, ada delapan jembatan terdampak.
Sementara itu, terkait korban bencana banjir di Kabupaten Malang, Khofifah berharap semua masyarakat bisa ikut membangun kewaspadaan bersama dalam rangka mitigasi bencana.
Banjir dan longsor di Malang terjadi bersamaan dengan di Lumajang. Tercatat satu warga meninggal dan dua orang luka. Korban meninggal Santoso (76), warga Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading. Sementara dua anggota keluarganya, Felik (14) dan Mega (36), terluka dan saat ini masih menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan.
”Kondisinya baik, Felik sudah menjalani operasi, sudah recovery mudah-mudahan besok sudah mulai belajar berjalan. Budenya (Mega) yang juga masih dirawat sedang pemulihan. Mudah-mudahan 2-3 hari sudah diizinkan untuk rawat jalan,” katanya.
Terkait kerugian banjir dan longsor di Malang, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan belum diketahui berapa nilainya.
Secara keseluruhan ada 1.040 keluarga terdampak banjir dan 29 keluarga terdampak longsor. Jumlah desa terdampak ada 21 desa di 6 kecamatan. Saat ini permukiman dan infrastruktur yang terendam sudah surut.