Kawasan Industri Terpadu Batang Jadi Magnet Investasi Asing
Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah, diminati para investor asing yang ingin menanamkan modal. Terakhir, penanaman modal asing dilakukan oleh perusahaan dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
BATANG, KOMPAS — Sejumlah investor asing terus menyampaikan minatnya untuk menanamkan modal di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah. Yang terbaru, minat investasi disampaikan oleh investor asal Korea Selatan. Selain berinvestasi, mereka juga berencana meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Jateng.
Minat investasi itu ditunjukkan oleh Chungbuk Technopark dari Korea Selatan melalui penandatanganan nota kesepemahaman dengan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang pada Kamis (6/7/2023) di Kota Semarang, Jateng. Chungbuk Technopark berencana menanamkan modalnya untuk industri motor, baterai, ataupun semikonduktor.
Direktur Utama PT KIT Batang Ngurah Wirawan mengatakan, pihaknya menyambut baik rencana investasi Chungbuk Technopark. Hal itu karena Chungbuk Technopark dinilai sesuai dengan KIT Batang yang selama ini berupaya memilih tenant-tenant yang bergerak dalam industri pionir dan berteknologi tinggi.
”Kerja sama ini diperuntukkan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi antara KIT Batang dan Chungbuk Technopark atas dasar kesetaraan dan saling menguntungkan. (Bentuk kerja samanya) mencakup penyelenggaraan konferensi, seminar, lokakarya, khususnya tentang peran inovasi, start up, dan kewirausahaan. Selain itu, melakukan kolaborasi dalam internasionalisasi program tiap-tiap pihak,” kata Ngurah dalam keterangan tertulisnya, Minggu (9/7/2023).
Tak hanya menanamkan modalnya, Chungbuk Technopark yang dibantu Pemerintah Provinsi Chungcheongbuk-do, Korsel, dalam proses investasi tersebut, juga menyampaikan niatnya untuk melatih para pelajar asal Jateng.
Dengan adanya pelatihan tersebut, kapasitas para pelajar diharapkan bisa meningkat dan ke depan bisa mendukung kerja sama antara Chungcheongbuk-do dan Jateng yang selama 19 tahun terakhir sudah menjadi provinsi bersaudara.
Gubernur Provinsi Chungcheongbuk-do, Kim Young Hwan, meminta, pada tahap pertama, Jateng mengirimkan 100 pelajar ke wilayahnya untuk belajar. Permintaan itu sudah disampaikan oleh Kim kepada Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen.
”Para pelajar ini bisa bekerja, mendapatkan uang, bisa membayar sekolah. Jadi, kami mau mendukung. Kalau selesai S-1, S-2, mereka bisa bekerja di perusahaan swasta,” tuturnya.
Dalam lawatannya ke Jateng, Pemerintah Provinsi Chungcheongbuk-do juga ingin menindaklanjuti investasi yang dilakukan oleh LG Energy Solution, yang merupakan perusahaan lokal Chungcheongbuk-do.
Modal yang bakal ditanamkan oleh LG Energy Solution di KIT Batang senilai 9,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 142 triliun. Program investasi yang digadang-gadang bakal mengintegrasikan produksi kendaraan listrik dari hulu ke hilir itu diperkirakan menyerap hingga 20.000 tenaga kerja.
Taj Yasin Maimoen berharap kerja sama yang terjalin antara Jateng dan Chungcheongbuk-do bisa terus berkembang. Selama ini, Korea Selatan merupakan mitra investasi peringkat kedua di Jateng, setidaknya dalam empat tahun terakhir.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, selama 2019-2022, total modal yang sudah diinvestasikan oleh Korea Selatan di Jateng 349.656.000 dollar AS atau sekitar Rp 5,3 triliun. Adapun pada kuartal pertama 2023, realisasi investasi dari Korea Selatan di Jateng mencapai 98.437.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun.
”Realisasi investasi Korea Selatan di Jateng pada kawasan industri dan perkantoran, industri tekstil, industri kulit, industri mineral, dan logam. Berdasarkan lokasi, Korea Selatan menanamkan modalnya di Kabupaten Tegal, Purbalingga, Batang, Jepara, Brebes, Grobogan, dan lainnya,” ucap Yasin.
Panel surya
Sebelumnya, minat menanamkan modal di KIT Batang juga diwujudkan melalui nota kesepemahaman oleh sebuah perusahaan panel surya asal Amerika Serikat, yakni SEG Solar Inc, pada April 2023. Total modal yang akan diinvestasikan diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,5 triliun.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik itu akan menyewa lahan seluas 41 hektar untuk pembangunan fasilitas produksi sel surya dengan kapasitas 5 giga watt (GW) dan fasilitas manufaktur modul surya dengan kapasitas 3 GW.
Selama ini, Korea Selatan merupakan mitra investasi peringkat kedua di Jateng, setidaknya dalam empat tahun terakhir.
Menurut Ngurah, keputusan strategis SEG Solar Inc untuk beroperasi di Indonesia telah memperkuat komitmen KIT Batang untuk memenuhi permintaan energi surya. Seiring dengan hal tersebut, investasi itu bisa membantu meningkatkan kemandirian energi di Indonesia.
”SEG Solar Inc dapat membawa lebih banyak produksi energi terbarukan ke negara ini. Ini merupakan kolaborasi win-win (saling menguntungkan) yang akan memastikan pasokan bahan inti stabil dan hemat biaya untuk modul surya SEG serta menciptakan lapangan kerja bagi Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer SEG Solar Inc Jim Wood menyebut, pihaknya memilih berinvestasi di KIT Batang setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai faktor.
”Indonesia muncul sebagai destinasi ideal untuk investasi asing. Negara ini menawarkan lingkungan yang mendukung dengan kebijakan yang menguntungkan, manfaat perpajakan, dan sumber daya yang melimpah,” katanya.
KIT Batang dengan luas lahan 4.300 hektar dibagi pengembangannya menjadi tiga kluster. Saat ini, KIT Batang sedang mengembangkan proyek kluster pertama dengan luas 3.100 hektar.
Pada kluster pertama, pembangunan fase pertama di lahan seluas 450 hektar sedang dikebut. Pabrik-pabrik yang dibangun pada fase pertama tersebut ditargetkan beroperasi pada tahun 2024.