Produk UMKM Surakarta Raya Kembali Diekspor ke Perancis
Ratusan produk milik usaha mikro, kecil, dan menengah dari wilayah eks Karesidenan Surakarta atau Surakarta Raya, Jawa Tengah, kembali diekspor ke Perancis. Itu menjadi cara meningkatkan kelas UMKM.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Ratusan produk milik usaha mikro, kecil, dan menengah dari wilayah eks Karesidenan Surakarta atau Surakarta Raya, Jawa Tengah, kembali diekspor ke Perancis. Barang yang diekspor telah melalui proses kurasi. Pelaku usaha kecil didorong untuk meningkatkan kelasnya sehingga menyasar pasar global.
Kali ini, jumlah produk yang diekspor mencapai 830 buah dari 28 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari wilayah Surakarta Raya. Jenis barang yang dikirim merupakan barang-barang tahan lama, seperti kain ecoprinting, dekorasi rumah, furnitur, dan kerajinan tangan yang terbuat dari kayu, batu, serta logam.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka melepas keberangkatan kontainer yang mengangkut produk-produk UMKM tersebut di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (7/7/2023).
”Hari ini kami berangkatkan berbagai macam produk dari Solo (Surakarta) Raya. Nanti ke depan akan kami tambah terus volumenya,” kata Gibran.
Program ekspor itu merupakan kelanjutan dari pameran UMKM yang pernah digelar Pemerintah Kota Surakarta di Le BHV Marais, Perancis, pada 2022. Sejauh ini, pengiriman telah dilakukan sebanyak dua kali. Sebelumnya, pemberangkatan kontainer terakhir dilakukan pada November.
Kalau mau naik kelas, UMKM harus terus mau belajar, memperbaiki produk, dan memperbaiki pemasaran. Kami tetap dukung dan akan bantu membina. (Mathieu Mergans)
Barang-barang yang diekspor telah dikurasi sebelumnya. Adapun kurasi dilaksanakan oleh Kerabat UMKM Solo Raya (KERSA) dan agregator dari Perancis, yaitu Fairindo. Lewat kurasi tersebut, produk-produk yang dikirim dipastikan memiliki potensi ekspor.
”Jika dibantu para kurator, variasi barang dan kualitasnya akan meningkat. Nanti produk-produknya akan bertambah lagi. Semoga juga bisa bertambah negara sasaran ekspor. Kami sudah menginisiasi dari yang kecil-kecil,” kata Gibran.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kota Surakarta Nugroho Joko Prastowo menyebutkan kurasi sebagai salah satu aspek penting dalam pembinaan UMKM. Setelah dikurasi, kelompok UMKM yang dibinanya terbagi menjadi sejumlah kategori, yakni merah, kuning, dan hijau.
Barang-barang yang diberangkatkan lebih dahulu ialah sebagian hasil karya UMKM yang sudah berkategori hijau, yang artinya sudah layak jual. Sementara itu, kategori kuning dan merah masih memerlukan pembinaan lanjutan agar produk tersebut mempunyai nilai tambah sehingga semakin menarik bagi para pembeli.
Komitmen pembinaan UMKM, lanjut Joko, coba ditunjukkan dengan mendorong sertifikasi kurator. Diharapkan, lewat sertifikasi tersebut, proses kurasi bisa dilakukan secara lebih obyektif. Lantas, produk-produk yang kelak diekspor benar-benar termasuk yang terbaik di antara yang ada di daerah itu.
”Dari situ, tindakan pembinaan akan dilakukan. Harapannya, langkah ini akan membuat kelas UMKM di Surakarta kian meningkat. Surakarta juga hendaknya kelak menjadi pusatnya,” kata Joko.
Selain itu, Joko mengatakan, kerja sama juga dijajaki dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) guna meningkatkan kelas UMKM. Bentuk kerja samanya berupa pelibatan mahasiswa yang tengah melakukan kuliah kerja nyata agar ikut membina para pelaku UMKM. Ilmu-ilmu yang diperoleh dari pembelajaran kampus diterapkan lewat lini usaha kecil. Bisa dalam bentuk pembuatan desain produk hingga cara pemasaran.
Pendiri Fairindo, Mathieu Mergans, menjelaskan, model pembinaan yang dilakukan sudah berada di jalur yang benar. Sebagai pelaku ekspor, ia kerap menemui pelaku usaha yang memiliki potensi ekspor, tetapi mereka kurang mengetahui cara pemasaran atau pengemasan yang menarik.
Untuk itu, ia merasa keberadaan BI dan UNS selaku pembina UMKM memiliki peran penting agar kelak pelaku usaha kecil itu bisa naik kelas.
”Kalau mau naik kelas, UMKM harus terus mau belajar, memperbaiki produk, dan memperbaiki pemasaran. Kami tetap dukung dan akan bantu membina. Pengalaman kami, program binaan ini sebenarnya gotong royong. Banyak orang yang bisa berpartisipasi dan membantu,” kata Mathieu.