Cycling de Jabar 2023, Obat Rindu Keindahan Jabar Selatan
Jumlah peserta Cycling de Jabar 2023 mencapai lebih dari dua kali lipat ajang sebelumnya. Selain menguji ketahanan atlet dalam dan luar negeri, ajang ini juga kembali mempromosikan keindahan Jabar selatan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Ajang balap sepeda Cycling de Jabar 2023 yang dihelat 8-9 Juli diklaim bakal jauh lebih semarak ketimbang tahun sebelumnya. Selain tingginya antusiasme para atlet dalam dan luar negeri hingga beragam tantangan baru, acara ini juga menjadi obat rindu pesepeda pada keindahan Jawa Barat selatan.
Digelar harian Kompas, Pemerintah Provinsi Jabar, dan bank BJB, Cycling de Jabar akan dimulai dari Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (8/7/2023) hingga finis di Paamprokan, Kabupaten Pangandaran, Minggu (9/7/2023). Mengambil tema ”Nyambungkeun Sumanget” atau menyambungkan semangat, pesepeda bakal menempuh jalan mulus nyaris 400 kilometer.
Direktur Perlombaan Cycling de Jabar 2023 Andi Sadruddin Rohadian mengatakan, persiapan lomba sudah matang. ”Untuk manajemen perlombaan, kesiapannya sudah lebih dari 90 persen. Kami sudah berkoordinasi dengan pemangku kebijakan, seperti polisi dan dinas terkait,” ujarnya.
Persiapan itu, antara lain, meliputi jalur yang akan dilintasi peserta, pengawalan mobil polisi dan ambulans, serta ketersediaan water station (WS) atau tempat istirahat sejenak. Terdapat 11 WS di dua etape, seperti Puskesmas Waluran, Karang Potong, hingga Ikon wisata Batu Hiu.
Berbeda dengan gelaran perdana Cycling de Jabar 2022, kali ini penyelenggara menyiapkan kompetisi raja dan ratu tanjakan atau king and queen of mountain (KQM) serta intermediate sprint di dua etape. Sebelumnya, perebutan gelar itu hanya di salah satu etape.
”Selain permintaan Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) Jabar, perlombaan KQM dan intermediate sprint memang biasanya ada di setiap etape. Jabar selatan juga punya karakter menanjak dan flat (datar) sehingga perlombaan itu bisa digelar di dua etape,” kata Andi.
Pada etape pertama, perebutan sprint menengah berlangsung dari Kilometer 151,8-hingga Kilometer 152,8 di Karang Potong. Adapun perlombaan menaklukkan tanjakan terdapat di Jalan Cidaun, Karangwangi Kilometer 178-183,9. Lokasinya di ketinggian 275 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Di etape kedua, perlombaan sprint menengah terjadi di Jalan Bubujung Ciheras Kilometer 71,8-72,8. Sementara perebutan gelar penakluk tanjakan berlangsung di Sancang Kilometer 47,2-55,3. Tanjakan itu juga berada di ketinggian 275 mdpl. Di antara jalur itu, tersedia stasiun air minum.
Andi menuturkan, panjang etape pertama kali ini hampir mencapai 200 km. Tahun lalu, jalur etape pertama hanya sekitar 150 km. ”Jadi, peserta harus memahami kondisi badan. Jangan nge-push (memaksakan) di awal, tetapi melemah di akhir lomba,” katanya.
Cycling de Jabar juga akan menguji ketahanan pesepeda. Apalagi, dari 160 peserta, 54 di antaranya merupakan atlet. ”Memang, beberapa atlet ini ada yang pernah lomba di luar negeri. Ini pasti sangat kompetitif. Tetapi, peserta dari komunitas juga tidak kalah seru,” ujarnya.
Sebanyak 160 peserta itu sesuai kuota yang kami siapkan. Kalau tidak dibatasi, mungkin bisa lebih.
Adi menilai, antusiasme peserta kali ini cukup tinggi. Tahun lalu, tercatat 69 perserta yang berpartisipasi. Kini, 160 pesepeda tahun ini juga berasal dari sejumlah daerah, seperti Bandung, Bogor, DKI Jakarta, dan Ternate. Bahkan, ada peserta dari Belanda dan Malaysia.
”Sebanyak 160 peserta itu sesuai kuota yang kami siapkan. Kalau tidak dibatasi, mungkin bisa lebih. Apalagi, kegiatan ini full support. Dari berangkat ke titik start difasilitasi penyelenggara,” ujarnya. Tingginya antusiasme peserta, lanjutnya, tidak terlepas dari keunikan lokasi di Jabar selatan.
”Karakter jalur di Ciletuh ini beda dengan jalur lainnya. Di awal saja, peserta sudah harus menghadapi tanjakan yang curam sekali. Butuh latihan dan persiapan matang untuk melewatinya. Peserta yang terdaftar pasti sudah siap,” ungkapnya.
Abdul Soleh (30), salah satu peserta, telah menyiapkan diri mengikuti Cycling de Jabar. "Karena jalurnya cukup panjang, saya juga latihan lebih panjang untuk meningkatkan daya tahan. Sekarang, latihan bisa 3-4 jam. Biasanya, hanya 2 jam," ujar Soleh yang juga atlet.
Peraih tantangan King of Mountain tahun lalu ini menargetkan dapat mempertahankan gelarnya. "Targetnya pasti yang terbaik. Tetapi, yang penting berusaha dulu. Bagi saya, rute Cycling de Jabar ini untuk menguji daya tahan sekaligus menjawab rasa kangen keindahan Jabar," ujarnya.
Kepala Dispora Jabar Asep Sukmana mengatakan, keindahan alam dan budaya Jabar selatan akan kembali memanjakan peserta. Dia menjamin, pengalaman itu akan terkenang di memori semua peserta.
Jabar selatan memiliki keindahan alam lengkap. Di sepanjang jalur Cycling de Jabar, peserta akan melintasi Ciletuh yang ditetapkan sebagai Geopark UNESCO, hijau persawahan, dan panorama air terjun. Pemandangan laut biru di Karang Potong, Rancabuaya, hingga Pangandaran juga akan memanjakan mata semua yang melintasinya.
”(Kami) tetap ingin menawarkan potensi wisata dan ekonomi melalui sepeda. Tentunya akan lebih baik dari tahun sebelumnya dari sisi penyelenggaraan, kepesertaan, dan infrastruktur,” katanya.
Keramahan dan antusiasme warga juga akan menjadi pengalaman lain. Selain memberi semangat di rute yang dilintasi, Cycling de Jabar tahun ini juga menyajikan pesta rakyat sehari sebelum balapan. Ada juga fun bike di Pangandaran yang rencananya diikuti 1.000 peserta.
”Nanti, finis ramai-ramai di Pangandaran. Disambut Gubernur Jabar Kang Emil (Ridwan Kamil),” ucapnya.