Banjir Saat Kemarau di OKU Selatan, Satu Orang Tewas
Banjir merendam lima kecamatan di Kabupaten OKU Selatan, Rabu (5/7/2023). Akibatnya, satu orang tewas dan dua lainnya selamat. Bencana ini mengagetkan karena seharusnya Sumsel sudah memasuki musim kemarau.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Banjir merendam lima kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, Rabu (5/7/2023). Peristiwa itu menyebabkan satu orang tewas dan dua lainnya selamat. Bencana ini mengagetkan karena seharusnya Sumsel sudah memasuki musim kemarau.
Kepala Bidang Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, Rabu, menuturkan, hujan deras sejak Selasa (4/7/2023) sore menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Ada lima kecamatan yang terdampak, yakni Kisam Tinggi, Muaradua, Muaradua Kisam, Runjung Agung, dan Buay Sandang Aji. Setidaknya banjir merendam 55 unit rumah dengan 153 jiwa terdampak. ”Ketinggian banjir mencapai 2 meter,” ujar Ansori.
Bahkan, di Desa Lawang Agung, Muaradua Kisam, tiga orang yang merupakan satu keluarga hanyut terbawa banjir. Mereka adalah Karno (60), Sarmi (50), dan Toyib (30). ”Salah satu korban sudah ditemukan, yakni Sarmi, dalam kondisi meninggal, sedangkan dua korban lain ditemukan selamat,” ucapnya.
Tidak hanya korban jiwa, banjir juga menghanyutkan dua rumah di Kecamatan Kisam Tinggi dan dua jembatan, yakni Jembatan Wisata Gemuhak dan jembatan gantung di Lawang agung. Jembatan tersebut menjadi akses warga untuk pergi ke kebun kopinya.
Ansori menerangkan, sampai saat ini pemberian bantuan terus dilakukan, seperti pemberian 100 paket bahan pokok dan sarana untuk para pengungsi. ”Tim dari dinas sosial juga sedang menuju lokasi untuk memberikan bantuan sebagai langkah pertolongan awal,” katanya.
Banjir kali ini cukup mengejutkan karena berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini Sumsel sudah memasuki musim kemarau. ”Bahkan, status siaga bencana banjir dan longsor pun sudah dicabut, diganti dengan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan,” ujar Ansori.
Meskipun begitu, langkah pertolongan, termasuk evakuasi korban, tetap dilakukan. ”Penetapan status hanya untuk mempermudah koordinasi antarpihak terkait,” ujar Ansori.
Banjir juga terjadi di dua daerah lain di Sumsel, yakni Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Lahat. Banjir merendam tiga kecamatan di Kabupaten Lahat, yakni Pulau Pinang, Lahat, dan Mulak Sebingkai. Akibatnya, sejumlah rumah dan persawahan warga terendam. Tidak ada korban jiwa dalam banjir tersebut.
Ansori menuturkan, banjir kali ini mengingatkan akan bencana banjir yang terjadi pada Maret 2023. Saat itu, tiga daerah, yakni Lahat, Musi Rawas, dan Muara Enim, terendam banjir karena curah hujan yang tinggi.
Selain karena hujan deras, ujar Ansori, bencana juga disebabkan area tangkapan air yang terus berkurang akibat aktivitas alih fungsi lahan hutan. ”Karena itu, penanggulangan banjir harus diselesaikan secara multipihak,” ujarnya.
Sinta Andayani, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, mengatakan, hujan yang terjadi di OKU Selatan dan Lahat merupakan cuaca ekstrem karena berintensitas lebat.
Sinta menjelaskan, memang saat ini periode musim kemarau, tetapi potensi hujan di bulan Juli masih ada. Hal ini karena masih adanya pengaruh faktor cuaca (dinamika atmosfer) yang menambah pasokan uap air.
Fenomena ini menyebabkan pertumbuhan awan hujan meningkat signifikan. Dalam beberapa hari terakhir, ujar Sinta, masih ditemukan fase 2 Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berpengaruh di wilayah Sumatera. Faktor lain, yaitu adanya pola angin konvergensi dan perlambatan kecepatan angin, juga masih terjadi di sekitar Sumsel (di wilayah barat Sumatera).
Walaupun secara umum Sumsel telah memasuki musim kemarau, potensi hujan sekali waktu masih ada.
Sementara El Nino masih aktif dalam fase lemah. Kondisi ini menjadikan wilayah selatan Sumsel, seperti Lahat dan OKU Selatan, masih berpotensi hujan lebat dan lama dalam dua hari ke depan.
Sinta pun mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk memahami bahwa potensi atau karakteristik cuaca di setiap daerah tidak sama, baik potensi basah maupun kering. Walaupun secara umum Sumsel telah memasuki musim kemarau, potensi hujan sekali waktu masih ada.
Karena itu, dia menambahkan, perlu kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar terkait potensi bencana alam yang bisa terjadi serta patuh terhadap imbauan pemerintah untuk menghindari bencana alam dan selalu memperbarui perkembangan cuaca dari BMKG.
Kepala Basarnas Sumsel Hery Marantika mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan satu tim SAR OKU Timur berjumlah enam orang. Mereka diterjunkan ke Desa Lawang Agung, Kabupaten OKU Selatan, untuk mencari korban yang mungkin masih hilang.
Sejumlah armada dikerahkan, seperti kendaraan rescue D-Max triton, personel rescuer unit dan satu perahu landing craft rubber, serta peralatan keselamatan air lainnya. ”Harapannya, korban yang terdampak dapat dievakuasi,” ucapnya.