Upaya Kreatif Buka Pintu Sejahtera di Jabar Selatan
Potensi Jabar selatan kembali dipromosikan lewat ajang bersepeda Cycling de Jabar 2023. Sebanyak 160 pesepeda akan menempuh perjalanan 367 kilometer, 8-9 Juli.
Satu per satu pintu potensi di Jawa Barat selatan terbuka dan menawarkan kesejahteraan bagi orang di sekitarnya. Namun, dukungan kreatif berbagai pihak tetap dibutuhkan agar usaha warga menapakinya tidak salah langkah.
Aula Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, ramai, Jumat (23/6/2023) siang. Ratusan orang hadir dalam acara diskusi bertajuk “Ngawulang Elmu” yang digelar menyambut Cycling de Jabar 2023.
Digelar Harian Kompas, Pemerintah Provinsi Jabar, dan bank bjb, ajang bersepeda dari Ciletuh ke Pangandaran sejauh 367 kilometer itu bakal digelar 8-9 Juli dengan tema Nyambungkeun Sumanget (Menyambungkan Semangat). Acara ini digelar menyusul kesuksesan ajang serupa tahun lalu bertema Nyebarkeun Sumanget (Menyebarkan Semangat)
Mengambil tema “Literasi Pengelolaan Bisnis Homestay”, peserta diskusi adalah pemilik penginapan dan homestay di Ciwaru, bagian dari kawasan Geopark UNESCO Ciletuh-Palabuhanratu. Tercatat, lebih kurang 100 pelaku usaha homestay di Ciwaru. Mereka mendengarkan tiga pembicara, mulai dari praktisi hotel, pengelola Geopark Ciletuh, hingga perbankan.
Salah satu warga Ciwaru yang hadir adalah Sopiah (40). Pernah 16 tahun menjadi pekerja migran di Timur Tengah, dia mengelola Homestay Sopiah sejak 2017. Waktu itu, bersamaan dengan penetapan Ciletuh sebagai Geopark UNESCO.
“Setelah hampir enam tahun, rata-rata omzet penginapan saya Rp 3 juta per minggu,” kata dia.
Baca juga : Cycling de Jabar 2023, Mengayuh Rezeki untuk Jalur Selatan Jawa Barat
Jumlah itu, kata Sopiah, memang belum ideal. Alasannya, ia hanya bisa meraup cuan saat akhir pekan ( weekend) atau libur panjang saja. Sulit mendapatkan tamu di hari biasa (weekdays).
“Butuh 6-7 jam dari Bandung atau Jakarta dan harus melintasi jalan penuh kelokan dan tanjakan, wisatawan enggan datang bila tidak ada minat khusus atau waktu libur,” katanya.
Oleh karena itu, dia berharap, peran pemerintah daerah bisa lebih aktif. Selain meningkatkan kemampuan warga dalam wirausaha, penting juga rutin menggelar beragam acara. Dengan begitu, banyak wisatawan tahu beragam atraksi wisata yang ada di Ciletuh.
“Saat banyak orang datang, kabar keindahan Ciletuh bisa dikenal. Mulai dari alam, tradisi, hingga budaya setempat, yang tidak akan ditemui di kota besar,” katanya.
Baca juga : Pariwisata Jabar Selatan Naik Kelas Bersama Cycling de Jabar
Keinginan Sopiah sebenarnya senada dengan harapan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu ingin, Jabar selatan lebih dipromosikan. Tidak hanya pemerintah pusat atau provinsi, pemerintah daerah harus ambil bagian. Kepala daerah harus mandiri bahkan berkolaborasi mengangkat banyak hal baik dengan cara kreatif.
“Dengan panjang pesisir pantai hampir 400 kilometer, setiap daerah bisa sama-sama mempromosikan keunggulannya. Promosi harus dilakukan sesering mungkin agar Jabar selatan selalu diingat,” kata dia.
Emil mengatakan, Cycling de Jabar adalah contoh ideal mempromosikan keunggulan daerah. Pesepeda akan memulai perjalanan dari Sukabumi hingga Pangandaran. Selama perjalanan, 160 pesepeda juga akan melintasi Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya.
“Belajar dari itu, ada ratusan kreativitas dan potensi lain dari Jabar selatan yang bisa kita kembangkan. Saat semakin banyak promosi, tentu akan semakin banyak orang mengenal potensi wisata, pertanian, perikanan, hingga perannya kawasan selatan menekan dampak perubahan iklim,” ujarnya.
Kekayaan alam
Alam Jabar selatan memang sayang dilewatkan. Sepanjang perjalanan Cycling de Jabar, misalnya, rute yang ditawarkan sangat beragam. Pantai, sawah, pegunungan, hingga panorama air terjun akan memanjakan mata pesepeda.
Kawasan wisata Karang Potong di Cianjur, Rancabuaya (Garut), hingga banyak pantai di Pangandaran bisa melepas penat bagi siapa saja yang datang. Emil menyebut, Jabar selatan itu mirip Perancis selatan.
“Wisatawan ke Jabar bisa mencapai 60 juta orang setiap tahun. Bila sebagian dari diundang datang ke selatan, kesejahteraan warga pasti akan lebih besar. Tidak perlu lagi warga di selatan bekerja ke luar negeri,” kata dia.
Selain wisata, pertanian hingga perikanan di Jabar selatan juga bak emas terpendam. Dengan daya dukung air dan pangan yang belum terlampaui, dampak dan risikonya, potensinya besar dikembangkan.
Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar menyebutkan produksi padi di selatan, misalnya, bisa mencapai lebih dari 9 juta ton per tahun, sedangkan produksi jagung mampu menghasilkan 1,2 juta ton. Adapun hasil panen kelapa 88.960 ton per tahun.
“Ke depan, cara konvensional bisa diganti dengan pemanfaatan teknologi. Saat bisa diterapkan, hasil terbaik bisa didapatkan. Teknologi bisa menekan keterbatasan,” kata Emil.
Sejauh ini, pengusaha perikanan menjadi pihak yang aktif memanfaatkan teknologi. Petambak udang di Tasikmalaya dan Pangandaran, sudah menerapkan penerapan teknologi recirculating aquaculture system (RAS) menggunakan kolam bundar. Cara ini bisa memastikan ketersediaan oksigen lebih baik demi peningkatan hasil 3-4 kali lipat dari kolam intensif (kotak).
Ada juga pemberi pakan otomatis atau autofeeder lewat gawai. Hal itu dilakukan demi menghemat tenaga dan meratakan penyebaran pakan.
Belakangan budidaya ikan kerapu dari Pangandaran juga mencuri perhatian. Ditanam di laut Pangandaran, pembudidayaannya menerapkan sentuhan teknologi lewat keramba apung berbahan kuat dan lentur.
Keramba biru bermerek Aquatec itu pun lebih tahan terhadap ombak. Supriadi (40), pemilik keramba berisi 40 kolam itu menjadi rumah bagi sebagian besar ikan kerapu, bawal, hingga kakap putih.
Tahun lalu, selama 2022, mereka bisa memproduksi ikan kerapu dan baramundi (kakap putih) tembus 9 ton. Dengan harga Rp 100.000 per kilogram, nilai penjualan hasil budidayanya itu bisa mencapai Rp 900 juta.
Para petani milenial tidak hanya mencari keuntungan pribadi, mereka juga mau dan aktif menjadi mentor bagi anak muda lainnya
Infrastruktur
Pelibatan anak muda juga vital dalam mengembangkan sektor pertanian dan perikanan berbasis teknologi. Lewat program Petani Milenial, anak muda diajak menjawab tantangan masa depan seperti kedaulatan pangan, regenerasi petani, hingga melek literasi keuangan.
Didampingi berbagai dinas hingga lembaga keuangan seperti bank bjb, petani berusia di bawah 40 tahun dipacu kreatif. Tidak sedikit kisah petani yang merugi, tapi bangkit lebih kuat.
”Bukan hanya mendapatkan keuntungan pribadi, mereka juga mau dan aktif menjadi mentor bagi anak muda lainnya,” kata Emil.
Akan tetapi, Emil mengakui tidak semua usaha peserta program ini berjalan mulus. Ada sebagian kecil yang masih tertatih meski meyakinkan jumlah yang berhasil jauh lebih besar.
Tahun 2022, misalnya, dari 20.894 pendaftar, terjaring 6.545 peserta. Sebanyak 4.095 diinaugurasi. Sisanya masih terus berjuang.
Jumlah itu meningkat ketimbang tahun 2021. Saat itu, dari 8.996 pendaftar, tercatat 1.766 yang diterima. Sebanyak 1.206 diinaugurasi dan 560 disebut tidak aktif.
Tahun 2023, jumlah pendaftar mencapai 30.000 orang. Jumlah itu menjadi yang terbesar. ”Banyak kisah inspiratif yang ditorehkan petani milenial. Ada yang pernah jatuh, tapi bangkit lebih kuat,” kata dia.
Revitalisasi
Ke depan, Emil meyakinkan, usaha warga dan pemda untuk mandiri, tidak akan dibiarkan berjalan sendirian. Salah satu fokus utama untuk menjembatani kemandirian dan kreativitas itu dilakukan dengan memperbaiki akses jalan di Jabar, termasuk di selatan.
“Tahun 2023 dan 2024, Pemprov Jabar akan fokus mengalokasikan anggaran untuk pengaspalan jalan di seluruh Jabar, termasuk di selatan. Kini, dari target 354 km, jalan yang diperbaiki masih menyisakan 50 km,” kata dia.
Perbaikan itu menjadi kelanjutan dari revitalisasi situ, perbaikan pasar, pembuatan pemecah ombak, hingga pembuatan gedung kesenian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Lokasinya tersebar di Ciamis, Tasikmalaya, hingga Garut.
“Khusus untuk pembangunan jalan, selama pandemi Covid-19, Jabar harus kehilangan anggaran untuk peningkatan infrastruktur jalan sekitar Rp 10 triliun. Harapannya, pembangunan jalan itu bisa menekan kesenjangan utara dan selatan,” kata dia.
Baca juga : Masa Depan Jabar Ada di Jalur Selatan
Kepala Bappeda Iendra Sofyan, revitalisasi infrastruktur di selatan diharapkan meningkatkan banyak potensi, terutama pariwisata. Sektor ini, lanjutnya, lebih pas di Jabar selatan yang alamnya masih lestari. “Kami ingin mempertahankan daerah selatan tetap hijau. Memang ada industri, tapi kecil,” ungkapnya.
Jabar selatan, katanya, tidak perlu menjadi daerah industri dengan aneka pabrik, seperti di wilayah utara. Industri bukan lagi senjata mutakhir mengurangi pengangguran.
“Sekarang, sudah berubah. Ciri khas perdesaan yang hijau di Jabar selatan jadi keunggulan. Semua untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi beragam perubahan,” ujarnya.
Kisah dari pelosok Jabar selatan seharusnya bukan lagi tentang kemiskinan. Saat pintu-pintu sejahtera itu dibuka, kesejahteraan pasti bukan lagi mimpi.
Baca juga : Cycling De Jabar Kembali Tampilkan Pesona Jabar Selatan