Dampak Gempa Selatan Yogya, 102 Rumah di Jateng Rusak
Dampak gempa melanda 11 kabupaten di Jawa Tengah. Kesebelas kabupaten itu adalah Kebumen, Wonogiri, Purworejo, Purbalingga, Wonosobo, Magelang, Tegal, Banyumas, Banjarnegara, Klaten, dan Brebes.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO, KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 102 rumah di Jawa Tengah rusak akibat dampak gempa bumi yang berpusat di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat (30/6/2023) malam. Selain itu, ada 2 orang terluka dan 4 orang mengungsi akibat gempa. Masyarakat diimbau tidak panik dan tetap meningkatkan kewaspadaan. Edukasi terhadap kegempaan pun perlu ditingkatkan.
”Sebagai upaya penanganan, BPBD Jateng berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota se-Jateng. BPBD kabupaten/kota terdampak melakukan assesmen dan pendataan di lokasi kejadian,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Bergas Catursasi, Sabtu (1/7/2023).
Bergas menyampaikan, dampak gempa melanda 11 kabupaten di Jawa Tengah. Kesebelas kabupaten itu adalah Kebumen, Wonogiri, Purworejo, Purbalingga, Wonosobo, Magelang, Tegal, Banyumas, Banjarnegara, Klaten, Brebes.
Dari 102 rumah rusak yang tersebar di 11 kabupaten itu, sebanyak 88 rumah rusak ringan, 13 rumah rusak sedang, dan 1 rumah rusak berat. Selain itu, ada pula tiga bangunan sekolah rusak di Wonogiri, yaitu SMPN 1 Paranggupito, SMK Pariwisata Pracimantoro, dan SMK 1 Giriwoyo.
”Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik pascagempa,” ujar Bergas.
Secara terpisah, Kepala BPBD Kabupaten Wonosobo Bambang Trie menyampaikan, kondisi rumah ada yang mengalami retak pada dinding, atap atau genteng runtuh, dan juga ada yang dindingnya ambruk. ”Korban jiwa nihil. Tim BPBD pagi ini juga akan mengirimkan bantuan material kepada warga yang rumahnya terdampak gempa bumi,” ucap Bambang.
Seperti diberitakan Kompas (1/7/2023), gempa bermagnitudo 6 mengguncang Kabupaten Bantul, DIY, Jumat (30/6/2023) malam. Akibatnya, satu orang dilaporkan tewas, 6 orang luka, dan puluhan bangunan rusak.
BMKG menyatakan, kekuatan gempa di Bantul mencapai M 6,4 dengan kedalaman 25 kilometer dan terjadi pukul 19.57.43. Namun, hal ini kemudian diperbarui menjadi M 6 dengan kedalaman 68 kilometer. Gempa ini tidak memicu terjadinya tsunami.
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Asmoro Widagdo, dalam keterangan pers menyampaikan, gempa berskala 6,4 yang terjadi pada Jumat lalu bukanlah hal yang mengejutkan terjadi di Bantul.
Asmoro Widagdo yang juga anggota Pengkaji Gempa dan Tsunami dari IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) mengatakan bahwa Bantul, seperti halnya sepanjang selatan Pulau Jawa lainnya, merupakan daerah yang rawan terjadi gempa bumi. Hal ini terkait dengan lokasinya yang memang berada di jalur gempa akibat penunjaman batuan lempeng Samudra Hindia di bawah Pulau Jawa.
”Bantul dan sekitarnya memang merupakan kawasan dengan tektonik yang sangat aktif,” ujarnya.
Upaya mengakrabkan masyarakat dengan berbagai ancaman, terutama gempa bumi, perlu ditanamkan semenjak pendidikan dasar.
Setidaknya, lanjut Asmoro, terdapat tiga sumber patahan yang dapat dikenali di daerah itu. Pertama, patahan-patahan naik bawah laut hasil penunjaman lempeng Samudra Hindia di bawah Jawa. Tunjaman lempeng ini menciptakan ancaman gempa besar yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kedua, jalur ke terusan patahan Opak ke arah laut di selatan Jawa. Adapun yang ketiga berada di sebelah barat, pada patahan Kulon Progo dari darat ke arah laut. Patahan ini juga menciptakan ancaman gempa.
”Melihat kemungkinan skala gempa dan konstelasi patahannya, ketiga jalur patahan ini memberikan kemungkinan akan terjadinya pembentukan tsunami apabila terjadi di bawah laut,” papar Asmoro.
Menurut dia, edukasi terhadap masyarakat akan ancaman patahan-patahan ini perlu dilakukan. Upaya mengakrabkan masyarakat dengan berbagai ancaman, terutama gempa bumi, perlu ditanamkan semenjak pendidikan dasar.
Masyarakat perlu menghadapi bencana gempa dan bencana lainnya secara proporsional. Dengan demikian, langkah-langkah tepat dalam mitigasi bencana gempa dapat dilakukan secara optimal.