Agar Sungai Musi Bersih
Dengan sistem teknologi ”remote control” yang dipadukan dengan botol plastik dan gabus, alat tersebut bisa mendeteksi sampah sekaligus membawa sampah tersebut ke pinggir sungai untuk kemudian diangkut.
Menjaga alur Sungai Musi yang membelah Kota Palembang dari ancaman sampah dan pencemaran menjadi tanggung jawab bersama. Ketika itu sudah diterapkan, sungai pun bakal memberikan kesejahteraan dari segala sektor, termasuk pariwisata.
Puluhan orang dari berbagai komunitas pencinta lingkungan dan petugas kebersihan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang ”nyemplung” ke Sungai Musi untuk membersihkan sungai dari sampah yang menggenang, Sabtu (10/6/2023). Beberapa dari mereka juga mengambil sampah dari atas perahu ketek.
Dalam kegiatan bertajuk Beberes Sungai yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju itu, para sukarelawan menunjukkan kepedulian untuk membersihkan sungai. Bahkan, mahasiswa Teknik Elektro dari Universitas Muhammadiyah Palembang turut memamerkan alat ciptaannya berupa alat pendeteksi sampah.
Dengan sistem teknologi remote control yang dipadukan dengan botol plastik dan gabus, alat tersebut bisa mendeteksi sampah sekaligus membawa sampah tersebut ke pinggir sungai untuk kemudian diangkut. Aksi itu sempat memukau sejumlah sukarelawan yang hadir.
Nabila (21), anggota dari Komunitas World Clean Up Day, salah satu di antaranya. Dia lalu mengambil sampah yang ada di pinggiran Sungai Musi dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam. Sampah yang ia pungut beragam jenisnya, dari sampah plastik, limbah rumah tangga, sampai tanaman eceng gondok.
Sampah itu ia pilah ke tempat yang berbeda, yakni sampah organik dan non-organik. Setelah terkumpul, sampah itu kemudian ditimbang sebelum diangkut menggunakan truk sampah yang sudah disediakan. Dalam waktu empat jam, pinggiran sungai di kawasan 12 Ulu, Palembang, itu pun bersih. Setelah ditotal, jumlah sampah yang bisa diangkut di hari itu mencapai 3 ton.
Nabila berharap agar kegiatan ini bisa menjadi ajang edukasi bagi masyarakat untuk mulai peduli terhadap lingkungannya. ”Kalau bukan warga sendiri yang turut berpartisipasi, siapa lagi?” ujarnya.
Baca juga: Berjibaku Merawat Anak-anak Sungai Musi di Palembang
Atika (52), warga kawasan 12 Ulu Palembang, menyambut baik kegiatan tersebut. ”Sungai di depan rumah kami tidak kotor lagi,” ujarnya. Tapi, ia berharap kegiatan ini bisa berlangsung secara berkelanjutan agar kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya bisa terus bertumbuh.
Atika mengakui masih banyaknya sampah yang mengambang di sungai karena kebiasaan warga membuang sampah sembarangan. Namun, kebiasaan itu muncul lantaran tempat sampah yang memadai sangat susah ditemui. ”Kami sudah berkali-kali meminta tempat sampah, tetapi hingga saat ini belum terealisasi,” ujar Atika.
Sampah yang mengumpul di sungai membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih. Alhasil sungai hanya dijadikan tempat untuk mandi, cuci, kakus. Untuk minum, mereka menggunakan air isi ulang.
Selama ini ia merasa heran mengapa kawasan tempat tinggalnya itu tidak diperhatikan, padahal di sekitarnya berdiri sejumlah obyek wisata unggulan seperti Klenteng Chandra Nadi (Soei Goeat Kiong) Palembang atau lebih dikenal dengan Kelenteng Dewi Kwan Im, Kampung Kapitan, dan Kampung Arab Al-Munawar.
Obyek wisata itu sangat padat dikunjungi wisatawan pada saat hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Imlek. Tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat sejumlah jajanan kuliner khas Palembang, utamanya pempek.
Atika berharap fasilitas untuk sampah diperbanyak sehingga mencegah warga tidak lagi membuang sampah sembarangan. ”Bagaimana mau jadi tempat wisata unggulan jika sungainya masih banyak sampah,” katanya.
Baca juga : Sungai Musi Terancam Limbah Berbahaya dan Mikroplastik
Senior Manager Operation and Manufacturing Kilang Pertamina Plaju Anthoni R Doloksaribu mengatakan, pihaknya menggelar bersih-bersih Sungai Musi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai.
Bukan hanya di Sungai Musi, program serupa juga dilakukan di sejumlah permukiman warga yang ada di sekitar area kilang. ”Karena pada dasarnya Sungai Musi penting untuk penghidupan adalah kewajiban kita bersama untuk menjaganya,” ujar Anthoni.
Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi pemicu masyarakat untuk menuju lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari untuk generasi masa depan.
Nino (34), warga Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, mengatakan, sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi warga Palembang untuk mengangkat obyek pariwisatanya. ”Kalau mengenai potensi (pariwisata) Palembang sudah baik, tetapi untuk sampah masih menjadi PR,” ujarnya.
Dalam satu hari, timnya bisa mengangkut sekitar 50 ton sampah dari 21 subdaerah aliran sungai di Palembang. Tentu itu tidak akan pernah cukup karena masih ada saja sampah yang tertinggal.
Permasalahan ini seakan tidak pernah tuntas. Beragam program dicanangkan untuk menumpas sampah dari Sungai Musi. Bahkan, Wali Kota Palembang Harnojoyo rutin menggelar gotong royong bersama setiap minggu untuk membersihkan sungai dari sampah. Namun, keterlibatan masyarakat dinilai masih kurang.
Tercemar
Selain tak sedap dipandang mata, sampah terbukti telah mencemari sungai. Hasil penelitian dari Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN), Perkumpulan Telapak Sumatera Selatan, dan Spora Institute Palembang yang menelusuri Sungai Musi pada Juni 2022 menunjukkan, tingginya kadar polutan seperti logam berat mangan dan tembaga yang mencapai 0,2 ppm dan 0,06 ppm. Padahal, standarnya tidak boleh lebih dari 0,03 ppm.
Selain itu, ditemukan limbah mikroplastik dalam air. ”Dari penelitian yang kami lakukan, dalam 100 liter air Sungai Musi, terdapat 355 partikel mikroplastik,” ujar peneliti Tim ESN, Prigi Arisandi.
Mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen. Adapun jenis mikroplastik lainnya adalah granula, fragmen, dan filamen.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang Akhmad Mustain menuturkan, berdasarkan kajian yang dilakukan pada 2022, potensi sampah di Palembang mencapai 1.180 ton per hari. Dari jumlah itu, sekitar 91 ton tertimbun di sungai.
Sementara kemampuan Pemerintah Kota Palembang untuk mengangkut sampah itu sekitar 900 ton per hari. Dengan begitu, ada 280-300 ton yang tidak terangkut setiap hari.
Jika melihat potensi timbunan sampah, kata Akhmad, pihaknya membutuhkan setidaknya 200 truk sampah. ”Sementara yang ada saat ini hanya 131 truk,” ujarnya. Karena itu, keterlibatan masyarakat untuk mengolah sampah harus diperkuat. ”Sampai sekarang belum banyak warga yang menyadari bahwa sampah punya nilai ekonomi,” ujar Akhmad.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang Marlina Sylvia menuturkan, tumpukan sampah di sungai memang menjadi salah satu penyebab banjir. ”Sampah kerap kali menutup saluran air sehingga terjadi sumbatan yang berpotensi menimbulkan banjir,” ujarnya.
Agar tidak terjadi banjir, 22 truk sampah dan 500 petugas kebersihan dikerahkan untuk menanggulangi sumbatan tersebut. Dalam satu hari, timnya bisa mengangkut sekitar 50 ton sampah dari 21 subdaerah aliran sungai di Palembang. Tentu itu tidak akan pernah cukup karena masih ada saja sampah yang tertinggal.
Marlina menuturkan, beragam upaya sudah dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang, seperti melakukan kegiatan gotong royong setiap Minggu pagi. Walau pada kenyataannya, tidak banyak warga sekitar yang mau terlibat.
”Padahal, menjaga kebersihan sungai tentu akan berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal mereka,” ujar Marlina.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Sulaiman Amin menuturkan, pembenahan kawasan sungai membutuhkan keterlibatan semua pihak. Apalagi, ini terkait dengan wisata sungai yang menjadi sektor wisata unggulan di Palembang.
Menurut dia, dengan terjaganya kebersihan sungai dan obyek wisata yang ada di sekitarnya, diharapkan dapat memicu wisatawan berkunjung ke Palembang.
Baca juga : Daya Tarik Wisata di Tepi Sungai Musi Bakal Lebih Beragam