Menuju Kampus Inklusif, Unhas Bentuk Pusat Disabilitas
Membentuk pusat disabilitas, Universitas Hasanuddin akan menjadi kampus inklusif yang ramah bagi semua golongan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sebagai implementasi kampus inklusif, Universitas Hasanuddin secara resmi mengumumkan pembentukan pusat disabilitas. Tak hanya untuk meningkatkan kompetensi dosen, pusat disabilitas ini juga akan menjadi layanan konseling dan deteksi asesmen bagi mahasiswa disabilitas.
Surat Keputusan pembentukan pusat disabilitas ini ditandatangani Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa pada 22 Juni lalu. Nantinya pusat disabilitas ini akan bekerja sama dengan pihak-pihak maupun yayasan yang berfokus pada isu-isu disabilitas, di antaranya Yayasan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (Perdik) Sulawesi Selatan.
Pusat disabilitas ini, menurut Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Adi Maulana, akan menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan dalam menangani mahasiswa disabilitas. Selain itu, juga menyediakan layanan konseling dan melakukan deteksi dan asesmen bagi mahasiswa disabilitas.
”Pusat disabilitas ini juga akan memberikan sosialisasi pemahaman kebutuhan khusus dan sistem pendidikan inklusi kepada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa,” kata Adi Maulana, yang juga Koordinator Pusat Disabilitas Unhas.
Adi mengatakan, selama ini minat calon mahasiswa disabilitas untuk kuliah di Unhas cukup besar. Hal ini pula di antaranya yang mendorong pihak Unhas membentuk pusat disabilitas.
”Diharapkan dengan terbentuknya pusat ini, Unhas menjadi kampus yang ramah terhadap semua golongan. Semua warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus,” katanya.
Saat ini, kata Adi, Unhas sedang melengkapi semua sarana dan prasarana dan juga kurikulum agar lebih ramah pada mahasiswa disabilitas. Selama ini baru Fakuktas Teknik Unhas yang memiliki akses bagi mahasiswa disabilitas.
Pusat disabilitas ini juga akan memberikan sosialisasi pemahaman kebutuhan khusus dan sistem pendidikan inklusi kepada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. (Adi Maulana)
Pegiat isu inklusi yang juga Dewan Penasihat Yayasan Perdik Sulsel, Abdul Rahman, mengapresiasi pembentukan pusat disabilitas ini. Menurut dia, sudah sejak lama pegiat isu inklusi mendorong Unhas menjadi kampus yang memberi akses pada penyandang disabilitas.
Mengapresiasi
”Walaupun itu terlambat, kami mengapresiasi langkah ini. Setidaknya ini sudah menjadi langkah maju, apalagi untuk menyandang gelar kampus yang bertaraf internasional. Tentu kami akan mendukung langkah ini,” katanya.
Rahman mengingatkan, sebagai kampus inklusi, Unhas tak hanya harus menyiapkan dosen yang kompeten, tapi juga aksesibilitas di semua fakultas. Juga modifikasi sejumlah kurikulum yang akan menunjang kebutuhan bagi mahasiswa disabilitas.
”Aksesibilitas sebaiknya ada di semua fakultas. Nantinya akses ini bukan hanya akan berguna bagi mahasiswa disabilitas, tapi juga dosen yang sudah tua atau karena alasan tertentu membutuhkan akses yang sama,” katanya.