Sering Padam, Warga Keluhkan Tidak Stabilnya Aliran Listrik di Sikakap
Warga di Kecamatan Sikakap, Kepulauan Mentawai, mengeluhkan seringnya terjadi pemadaman listrik. Kondisi ini membuat alat elektronik rusak dan mengganggu aktivitas perekonomian.
SIKAKAP, KOMPAS — Warga mengeluhkan seringnya terjadi pemadaman listrik dari Perusahaan Listrik Negara di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, beberapa bulan terakhir. Tidak stabilnya aliran listrik memicu kerusakan alat elektronik milik masyarakat dan terganggunya aktivitas perekonomian di pusat perdagangan Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan ini.
Leni Marlina, warga Dusun Sikakap Timur, Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap, Kamis (22/6/2023), mengatakan, beberapa bulan terakhir, aliran listrik di Sikakap sering padam. Dalam sepekan, bisa lebih dari empat hari diwarnai pemadaman listrik.
Dalam sehari, pemadaman listrik bisa terjadi tiga kali dalam sehari. ”Kadang bisa empat jam lampu mati dalam sehari. Pekan ini saja yang agak bagus, baru tiga kali listrik mati,” katanya.
Pengalaman Kompas di Sikakap, Kamis pagi, listrik sempat padam sekitar 30 menit. Saat listrik padam, jaringan internet juga tidak bisa diakses. Internet di Sikakap hanya bisa diakses dengan Wi-Fi berbayar milik warga melalui sinyal satelit. Telkomsel hanya menyediakan jaringan ”E” di Sikakap, tidak ada 4G.
Baca Juga: Listrik Kawasan Industri Padam, Galangan Kapal di Batam Lumpuh
Lina menyebut, akibat seringnya pemadaman listrik, sejumlah alat elektronik miliknya, misalnya kulkas dan televisi, mengalami kerusakan. Selain itu, usaha es batu untuk pendingin ikan yang ia jalani juga terganggu. Ia mesti keluar modal lebih banyak untuk menggunakan mesin genset agar freezer atau alat pendingin bisa menyala.
”Biasanya listrik PLN bisa mati dari pukul 13.00-17.00. Kadang gantian, dari pukul 18.00-22.000. Genset harus hidup terus saat listrik mati. Satu jam genset hidup bisa habis bensin (Pertalite) seliter. Kalau empat jam dikali Rp 12.000 per liter Rp 48.000,” ujarnya.
Baca Juga: Lampaui Target, PLN Sukses Turunkan Gangguan Listrik Lebih dari 25 Persen pada 2022
Keluhan senada diungkapkan oleh Alfian (49), juga warga Dusun Sikakap Timur. Menurut dia, aliran listrik semakin tidak stabil di Sikakap sejak September tahun lalu. ”Perekonomian kami mati jadinya. Rata-rata kami di sini cari uang pakai listrik,” kata pengusaha salon dan es batu ini.
Alfian menjelaskan, pemadaman listrik di Sikakap yang tergolong parah biasanya terjadi menjelang akhir tahun dan menjelang Ramadhan. ”Listrik bisa padam 12 jam dalam sehari, bahkan pernah 24 jam. Itu digilir, hari ini di sini mati, besok di dusun sana. Saya dan warga sekitar sudah sering protes, tetapi tidak ada perubahan,” katanya.
Kondisi itu membuat aktivitas usaha Alfian merugi. Selama ini, ia hanya mengandalkan jaringan listrik PLN. Alfian tidak menggunakan genset karena tidak memiliki biaya.
”Ini miris, padahal Sikakap adalah pusat perekonomian di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan,” ujar Alfian yang pernah melaporkan masalah pemadaman listrik ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui pesan Whatsapp.
Baca Juga: PLN Mobile Solusi Gangguan Listrik di Pulau Terluar NTT
Sementara itu, Susilawati Taileleu (40), warga Dusun Mangaokngaok, Desa Matobek, Kecamatan Sikakap, mengeluhkan hal senada. Dusun yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kecamatan itu mulai dialiri listrik PLN sejak dua tahun lalu.
”Listrik di dusun sering mati-hidup, mati-hidup. Alat elektronik semuanya jadi rusak. Televisi rusak. Rice cooker (penanak nasi) rusak. Sejak Februari ini, sudah dua kali saya beli rice cooker karena rusak akibat arus listrik sering padam,” katanya.
Menurut Susi, tidak hanya ia yang mengalami masalah ini, tetapi juga para tetangga. Tak jarang ia mendengar tetangga mengumpat saat listrik padam. ”Listrik mati-hidup, mati-hidup terus. Padahal, kami tidak mengutang token,” ujarnya menirukan keluhan tetangga.
Secara terpisah, Manajer Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT PLN Unit Induk Wilayah Sumbar Yenti Elfina mengatakan, pada Kamis ini memang sedang ada gangguan jaringan listrik PLN di Sikakap. Jaringan listrik PLN terputus karena tertimpa pohon yang ditebang warga. ”Ada tujuh gawang kerusakan jaringan PLN,” katanya.
Yenti menambahkan, petugas PLN akan melakukan perbaikan. Namun, perbaikan itu membutuhkan material yang akan dikirim pada Jumat (23/6/2023) besok dari kantor PLN di Tuapejat, ibu kota Kepulauan Mentawai, melalui jalur laut. ”Jadi, dua hari ini belum bisa normal,” ujarnya.
Listrik bisa padam 12 jam dalam sehari, bahkan pernah 24 jam. Itu digilir, hari ini di sini mati, besok di dusun sana.
Menurut Yenti, sebenarnya kondisi kelistrikan di Sikakap baik-baik saja selama tidak ada kerusakan seperti yang terjadi pada Kamis ini. Listrik di Sikakap yang berbasis tenaga diesel beroperasi selama 24 jam, beda dengan pulau-pulau lain di Kepulauan Mentawai yang masih terbatas.
”Menurut pemantauan kami dan dari laporan yang kami terima, ketidakstabilan itu tidak ada. Juga tidak ada pemadaman bergilir karena jam operasinya 24 jam, kecuali ada kerusakan di mesin pembangkit,” katanya.
Terkait keluhan pemadaman menjelang akhir tahun dan Ramadhan, Yenti menyebut, pemadaman itu bukan pemadaman bergilir karena defisit listrik, tetapi sedang ada penguatan keandalan dengan pemeliharaan jaringan, seperti menebang pohon yang mengganggu kabel dan mengganti peralatan yang rusak.
”Itu maksimal tiga jam pengerjaan. Jadi, bukan defisit, tetapi direncanakan. Mempersiapkan keandalan listrik lebih baik memang harus dimatikan sementara. Mohon masyarakat diedukasi. Listrik padam bukan karena PLN tidak siap, melainkan karena ada kondisi darurat di luar kapasitas PLN,” papar Yenti.
Yenti menuturkan, jika ada masyarakat yang hendak menebang pohon, mereka diharapkan melapor ke PLN lebih dulu. Hal ini agar masyarakat bisa mendapat arahan agar tidak sampai mengganggu jaringan listrik. ”Jika ada pohon hampir mendekati aliran listrik, juga agar dilaporkan ke PLN,” katanya.