Kaisar Naruhito Berkunjung ke Yogyakarta, Kerja Sama Sabo Dam Berlanjut
Kunjungan Kaisar Naruhito ke Yogyakarta membawa harapan dilanjutkannya kerja sama Indonesia-Jepang terkait pembangunan sabo dam. Keberadaan sabo dam penting untuk meminimalkan dampak banjir lahar dari gunung berapi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Kaisar Jepang Naruhito berkunjung ke Balai Teknik Sabo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (21/6/2023). Kunjungan itu membawa harapan dilanjutkannya kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jepang terkait pembangunan sabo dam untuk meminimalkan dampak banjir lahar akibat erupsi gunung berapi.
Kaisar Naruhito tiba di Balai Teknik Sabo pada Rabu sekitar pukul 14.47. Begitu tiba, Naruhito langsung disambut oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono beserta jajarannya. Naruhito dan Basuki lalu berkeliling ke kantor Balai Teknik Sabo, termasuk mengunjungi Laboratorium Hidraulika di area kantor tersebut.
Basuki menyatakan, Kaisar Naruhito memiliki ketertarikan pribadi terkait pengelolaan air. Itulah kenapa, sang kaisar memilih berkunjung ke Balai Teknik Sabo saat datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Jepang telah menjalin kerja sama terkait sabo dam sejak tahun 1958.
”Beliau ingin tetap melakukan kerja sama terkait sabo ini. Kita terakhir proyeknya tahun 2021 dan ini akan diteruskan,” kata Basuki.
Nama sabo berasal dari bahasa Jepang. Sa berarti pasir, sedangkan bo berarti pengendalian. Secara harfiah, sabo bisa diartikan sebagai pengendalian material pasir. Namun, dalam konteks lebih luas, sabo mencakup sistem pengendalian erosi, sedimentasi, banjir lahar, dan penanggulangan tanah longsor.
Menurut Basuki, keberadaan sabo dam bisa menahan material pasir yang terbawa banjir lahar hujan dari gunung api. ”Sabo dam itu bukan dam biasa yang menampung air, tapi menampung pasir. Jadi, airnya bisa lewat tapi pasirnya ditahan,” kata Basuki.
Basuki menambahkan, kerja sama antara Indonesia dan Jepang terkait sabo dam itu dilakukan karena kedua negara sama-sama memiliki banyak gunung berapi. Sejak tahun 1970, para ahli dari Jepang mulai datang ke Indonesia untuk membantu pembangunan sabo. Selain itu, sejumlah insinyur Indonesia juga telah dikirim ke Jepang untuk belajar mengenai sabo.
”Sekarang sudah lebih 350 expert (ahli) Jepang yang datang ke sini untuk membantu kita mendesain sabo. Dan kita sudah melatih lebih dari 100 engineer (insinyur) Indonesia di Jepang terkait sabo,” ujar Basuki.
Di Indonesia, kata Basuki, sudah banyak sabo dam yang dibangun untuk mengendalikan dampak banjir lahar hujan gunung berapi. Sabo dam, antara lain, dibangun di lereng Gunung Merapi yang berlokasi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah.
Saat ini, sudah terdapat lebih dari 200 sabo dam yang dibangun di lereng Gunung Merapi. Namun, Basuki menyebut, jumlah sabo dam di lereng Merapi masih perlu ditambah agar pengendalian banjir lahar hujan di gunung api itu bisa maksimal.
Beliau ingin tetap melakukan kerja sama terkait sabo ini. Kita terakhir proyeknya tahun 2021 dan ini akan diteruskan.
Salah satu lokasi sabo dam di lereng Merapi adalah di Dusun Bronggang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Di sekitar sabo dam itu terdapat sejumlah penanda bahwa bangunan tersebut dibuat atas kerja sama Pemerintah Indonesia-Jepang.
Salah satunya adalah Monumen Kerja Sama Bidang Sabo antara Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia yang diresmikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 4 Agustus 2005.
Tak jauh dari sabo dam itu juga terdapat keterangan mengenai sejarah penanggulangan banjir lahar Gunung Merapi. Berdasarkan keterangan itu, pada 1969 terjadi erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan bencana banjir lahar hujan.
Setelah itu, pada 1971, pekerjaan sabo mulai dilakukan di sepanjang Sungai Gendol. Setahun kemudian, sabo dam pertama dibangun atas kerja sama teknis Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Bambang Kuntoro mengatakan, sabo dam sangat penting meminimalkan risiko bencana akibat banjir lahar hujan. Sebab, keberadaan sabo dam bisa menahan material banjir lahar hujan.
”Sabo itu sebagai penahan banjir lahan hujan apabila terjadi hujan di puncak Merapi. Jadi, material banjir lahar itu tidak langsung ke bawah,” tutur Bambang.