Smelter itu diyakini akan memperkuat industri otomotif dalam negeri berbasis listrik atau baterai.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menyatakan, smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian menjadi pijakan kemajuan bangsa dalam industri teknologi mutakhir. Smelter itu diyakini akan memperkuat industri otomotif dalam negeri berbasis listrik atau baterai.
Untuk itu, Presiden ingin agar proyek smelter kedua PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, dapat beroperasi penuh sesuai dengan target pada akhir 2024. ”Smelter ini pijakan untuk menjadi negara maju,” ujar Presiden saat meninjau proyek smelter kedua Freeport, Selasa (20/6/2023), di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik.
Dalam kunjungan itu, Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri BKPM Bahlil Lahadalia, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jatim.
Smelter kedua merupakan komitmen Freeport untuk mendukung hilirisasi bahan tambang. Smelter di JIIPE dibangun sejak 12 Oktober 2021 dengan target pembangunan fisik selesai akhir tahun ini. Selanjutnya, smelter mulai dioperasikan pada Mei 2024 dan ditargetkan beroperasi penuh pada akhir tahun depan. Freeport bersaham penuh (100 persen) di pabrik kedua ini.
Dengan smelter ini, ekosistem untuk industri kendaraan listrik akan semakin kuat. (Presiden Joko Widodo)
Presiden melanjutkan, pembangunan smelter telah mencapai 72-73 persen. Smelter direncanakan berkapasitas 1,7 juta dmt per tahun. Menurut Freeport, proyek telah menyerap pembiayaan sampai Rp 33 triliun.
Jika beroperasi penuh, smelter dapat menghasilkan yang utama produk katoda tembaga 600.000 ton per tahun serta produk lumpur anoda berupa emas dan perak murni batangan 6.000 ton per tahun. Produk sampingan yang juga dapat dihasilkan per tahun ialah 1,5 juta ton asam sulfat, 1,3 juta ton terak tembaga, dan 150.000 ton gipsum.
Freeport telah membangun smelter pertama pada 1996 dan beroperasi penuh sejak 1998 di Gresik. Pabrik pertama dikelola oleh PT Smelting Gresik dengan kepemilikan saham Freeport (60 persen) dan Mitsubishi (40 persen). Smelter ini berkapasitas 1 juta dmt per tahun dengan produk katoda tembaga 300.000 ton per tahun. Smelter ini terpisah jarak sekitar 20 kilometer dengan yang di JIIPE.
Untuk smelter pertama, Freeport berencana memperluas pembangunan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1,3 juta dmt per tahun. Proyek perluasan itu ditargetkan selesai akhir 2024, seperti proyek smelter di JIIPE. Jika digabungkan, kedua smelter dapat mengolah 3 juta dmt per tahun sehingga pengolahan dan pemurnian bahan tambang dapat seluruhnya atau 100 persen di dalam negeri.
”Dengan smelter ini, ekosistem untuk industri kendaraan listrik akan semakin kuat, kata Presiden.
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas menambahkan, tembaga merupakan komoditas penting untuk pasar dunia. ”Konsumen terbesar tentu China, tembaga untuk pengantar listrik sehingga seluruh industri berteknologi membutuhkan tembaga,” katanya.
Dengan pembangunan smelter kedua, Indonesia akan masuk dalam lima besar produsen tembaga dunia. ”Produksi katoda tembaga dunia mencapai 15 juta ton per tahun. Dengan smelter ini, produksi Indonesia bisa 1,2 juta ton per tahun,” ujar Tony.