Sejak April 2023, kereta api yang diberi nama Cut Meutia itu telah melayani perjalanan dari Aceh Utara menuju Bireuen dan sebaliknya. Jarak perjalanan 21,40 kilometer dengan melintasi lima stasiun.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
LHOKSUKON, KOMPAS — Program kereta api Trans-Sumatera Railway di Provinsi Aceh terus berjalan meski terbilang lambat. Saat ini kereta api di Aceh baru bisa menghubungkan Kabupaten Aceh Utara dengan Kabupaten Bireuen. Untuk jangka panjang, kehadiran kereta api dinilai dapat mendorong kemajuan Aceh.
Sejak April 2023, kereta api yang diberi nama Cut Meutia itu telah melayani perjalanan dari Aceh Utara menuju Bireuen dan sebaliknya. Jarak perjalanan 21,40 kilometer dengan melintasi lima stasiun. Krueng Geukuh menjadi stasiun akhir di Aceh Utara dan Stasiun Kuta Blang tempat pemberhentian terakhir di Bireuen.
Amatan Kompas pada Senin (19/6/2023), minat warga menggunakan kereta api tergolong tinggi. Lebih dari separuh kapasitas gerbong terisi. Penumpang merupakan warga lokal yang bepergian jarak pendek, antarkecamatan. Sebagian warga memanfaatkan kereta api itu sebagai obyek wisata.
Akbar (38), seorang warga Aceh Utara, rela menunggu selama dua jam di Stasiun Kereta Api Krueng Geukueh untuk mencoba pengalaman naik kereta api. Bersama istri, dia ingin ke Kecamatan Kutablang, Bireuen, untuk menyantap kuliner sate.
”Mau jalan-jalan saja, coba naik kereta api. Siap makan sate di Kutablang balik lagi ke Krueng Geukuh,” kata Akbar.
Selain Akbar, puluhan siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar menjadikan pengalaman naik kereta api sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Hanya dengan membayar Rp 2.000, penumpang bisa melakukan perjalanan dengan kereta api.
Kereta api di Aceh merupakan bagian dari program nasional Trans- Sumatera Railway atau Kereta Api Trans-Sumatera. Dalam rencana induk perkeretaapian nasional, pada 2030 dari Aceh hingga Lampung akan terhubung kereta api.
Dihubungi dari Aceh Utara, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Medan Dedik Tri Istiantara menuturkan, pembangunan fisik seperti rel dan stasiun terus dilakukan. Saat ini pihaknya sedang membangun Stasiun Muara Satu di Kota Lhokseumawe.
Dalam waktu bersamaan, pihaknya sedang menyusun rencana pembangunan Stasiun Matang Glumpang Dua, Kabupaten Bireuen. Apabila berjalan sesuai rencana, pada 2024, Kereta Api Cut Meutia akan menghubungkan Bireuen-Lhokseumawe dengan jarak 54 kilometer.
Sementara itu, di bagian timur Aceh berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, pembangunan koridor Kota Langsa dengan Besitang, Sumatera Utara, sedang berlangsung.
Langsa-Besitang melewati tiga stasiun, Liput, Sirah, dan Besitang. Panjang lintasan 35 kilometer, saat ini pembangunan sedang berprogres. Dalam Ripnas pada 2025, Bireuen-Besitang terhubung.
Dedik menuturkan, pembangunan kereta api di Aceh sangat dipengaruhi oleh ketersediaan anggaran. ”Seharusnya 2025 (Bireuen-Besitang) terhubung, tetapi tahun depan belum masuk anggaran usulan Balai Teknik Perkeretaapian,” kata Dedik.
Mengingat pada 2024 ada pesta demokrasi akbar dan saat ini pemerintah sedang memprioritaskan pembangunan Ibu Kota Nusantara, ada kekhawatiran dukungan anggaran untuk program kereta api Trans-Sumatera tidak maksimal.
Dedik mengatakan, kehadiran kereta api di Aceh Utara disambut antusias oleh warga di sana. Sejak dibuka pada April hingga Juni, jumlah penumpang diperkirakan 13.400 orang.
Menurut Dedik, untuk jangka panjang kehadiran kereta api akan berdampak positif pada pembangunan ekonomi masyarakat sekitar. Kereta api dianggap sebagai salah satu moda transportasi unggulan yang aman, cepat, nyaman, dan tepat waktu.
Bisa dibayangkan beberapa tahun ke depan, Aceh bisa diakses lewat jalan tol dan kereta api. Infrastruktur transportasi yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Kereta api juga dapat mengurangi kemacetan dan menekan tingkat kecelakaan di jalan raya. Untuk jangka panjang, kereta api Aceh-Sumatera Utara selain pengangkutan penumpang, akan dikembangkan untuk pengangkutan barang/hasil bumi dari Provinsi Aceh ke Sumatera Utara.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Faisal mengatakan, pembangunan kereta api berjalan lebih lambat dari yang direncanakan. Namun, Faisal memaklumi, sebab pada saat yang sama pemerintah sedang membangun jalan tol lintas Sumatera.
Pembangunan jalan tol lintas Sumatera di Aceh kini telah rampung dari Banda Aceh menuju ke Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Ditargetkan pada 2024, jalan tol tersebut telah terhubung dari Banda Aceh ke Sigli, sepanjang 74 kilometer.
Faisal mengatakan, dua proyek nasional yang sedang berjalan di Aceh akan menjadi harapan besar bagi daerah untuk berkembang lebih cepat. Saat ini jalan nasional Medan-Banda Aceh menjadi satu-satunya akses ke Aceh, selain lewat udara. Dengan adanya tol dan kereta api akses ke provinsi paling ujung Indonesia itu akan lebih mudah.
”Bisa dibayangkan beberapa tahun ke depan, Aceh bisa diakses lewat jalan tol dan kereta api. Infrastruktur transportasi yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Faisal.
Faisal mengatakan, pemerintah daerah mendukung penuh program kereta api di Aceh dengan memfasilitasi pembebasan lahan dan koordinasi antarinstansi. Pembangunan kereta api di Aceh tidak terhalang pembebasan lahan. ”Warga Aceh sangat mendukung. Ini program yang sudah lama dirancang,” kata Faisal.
Pakar transportasi yang juga Rektor Universitas Malikussaleh Prof Herman Fithra mengatakan, program kereta api di Aceh salah satu janji politik Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie yang baru terealisasi pada masa Presiden Joko Widodo.
”Saat ini, pembangunan infrastruktur masif, kita berharap kereta api Aceh-Sumatera Utara juga diprioritaskan,” kata Herman.
Menurut Herman, keberadaan kereta api salah satu syarat menjadi daerah maju. Dia menyebutkan banyak negara maju di dunia menjadikan salah satu alat transportasi utama. ”Biaya angkut dengan kereta api lebih murah dan sekali jalan dalam jumlah besar,” ujarnya.
Herman mengatakan, kalau kereta api terhubung dari Aceh hingga Lampung, daerah-daerah di Sumatera akan maju bersama pergerakan barang dan orang lebih mudah.