Ubud Food Festival digelar di Ubud, Gianyar, mulai Jumat (30/6/2023). Festival hidangan tahun ini bertemakan ”Soil, Where Our Food Begins”.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Festival perayaan keberagaman hidangan di Ubud, yaitu Ubud Food Festival, kembali digelar. Ubud Food Festival 2023 mengangkat tema ”Soil, Where Our Food Begins”, yang dimaknai sebagai perayaan keunggulan kuliner dan praktik pangan berkelanjutan dengan menjaga lingkungan.
Dalam konferensi pers di Denpasar, Senin (12/6/2023), pendiri dan Direktur Festival Ubud Janet DeNeefe mengatakan, festival hidangan di Ubud itu bertalian erat dengan upaya menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Menurut Janet, tanah (soil) menjadi sumber pangan sehingga kesehatan tanah atau lingkungan menjadi penting untuk tetap dijaga agar pangan yang dihasilkan juga berkualitas dan sehat.
Ubud Food Festival (UFF) 2023 dijadwalkan dimulai Jumat (30/6/2023) sampai Minggu (2/7/2023). Selain diisi penyajian beraneka kuliner dan hidangan, Ubud Food Festival juga disemarakkan dengan beragam kegiatan, di antaranya diskusi, lokakarya, demonstrasi memasak, serta pemutaran film dan pergelaran seni.
Ubud Food Festival 2023 menjadi penyelenggaraan festival kuliner kali keenam sejak UFF pertama kali diluncurkan pada 2015. Sejumlah koki dan juru masak dari restoran internasional dan nasional akan meramaikan ajang Ubud Food Festival 2023. Selain itu, Ubud Food Festival juga diikuti belasan stan penjualan makanan dan sejumlah restoran ternama di Bali, termasuk restoran bintang Michelin.
Bukan sekadar menulis enak atau enak banget. (Eve Tedja)
Ajang Ubud Food Festival nanti juga diisi diskusi beragam topik terkait tema lingkungan, di antaranya dari Rumah Intaran Bali dan Komunitas Lakoat.Kujawas dari Mollo, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan Ubud Food Festival dipusatkan di kawasan Ubud, terutama di area Taman Kuliner, Jalan Raya Sanggingan, Kedewatan, Ubud, Gianyar.
Dalam konferensi pers menyongsong Ubud Food Festival 2023 di Denpasar, Senin (12/6/2023), sineas asal Bali, Ida Bagus Nirartha Bas Diwangkara, mengatakan, keanekaragaman bahan pangan dan kuliner di Bali masih jarang didokumentasikan sehingga informasi mengenai kekayaan pangan lokal juga terbatas.
Pendokumentasian
Nirartha mengungkapkan, informasi perihal kuliner lokal justru lebih sering berasal dari luar daerah, bahkan dari luar negeri. Menurut dia, festival hidangan di Ubud itu juga menjadi ajang penyebarluasan informasi dan pendokumentasian mengenai kekayaan dan keberagaman sumber pangan dan hidangan lokal.
Food writer Eve Tedja menyatakan, ulasan tentang hidangan ataupun inovasi kuliner juga dibutuhkan masyarakat. Perkembangan teknologi informasi memungkinkan penyebaran informasi tentang kekayaan kuliner melalui beragam landasan media, termasuk media sosial.
Eve mengatakan, pemberitaan tentang variasi kuliner juga menerapkan prosedur jurnalisme sehingga ulasan kuliner dapat dipertanggungjawabkan. ”Bukan sekadar menulis enak atau enak banget,” katanya.
Pembina Yayasan Mudra Swari Saraswati Ketut Suardana mengatakan, makanan adalah sumber energi bagi makhluk, termasuk manusia. Yayasan Mudra Swari Saraswati juga meluncurkan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF). Menurut Suardana, makanan yang sehat dan berkualitas akan memengaruhi hidup manusia.
”Agar makanan sehat dan berkualitas, maka alam yang menjadi sumber pangan harus dijaga agar tetap sehat,” kata Suardana dalam konferensi pers tersebut.