Memupuk Kesadaran Warga untuk Menekan Timbunan Sampah
Potensi sampah di Palembang, Sumsel, mencapai 1.180 ton per hari. Dari jumlah itu, 91 ton di antaranya berada di sungai. Kurangnya armada dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi penyebab tingginya timbunan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Potensi sampah di Palembang, Sumatera Selatan, mencapai 1.180 ton per hari. Dari jumlah itu, sekitar 91 ton di antaranya berada di sungai. Kurangnya armada dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah mulai dari sumbernya menjadi penyebab timbunan sampah masih sangat tinggi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang Akhmad Mustain, Sabtu (10/6/2023), menuturkan, berdasarkan kajian yang dilakukan pada 2022, potensi sampah di Palembang mencapai 1.180 ton per hari. Dari jumlah itu, sekitar 91 ton tertimbun di sungai.
Kemampuan Pemerintah Kota Palembang untuk mengangkut sampah itu sekitar 900 ton per hari. Dengan begitu, ada 280-300 ton yang tidak terangkut setiap harinya.
Padahal, jika sampah itu sudah diolah oleh masyarakat, tentu timbunan sampah bisa ditekan. ”Sampai sekarang belum banyak warga yang menyadari bahwa sampah punya nilai ekonomi,” ujar Akhmad.
Jika melihat potensi timbunan sampah, kata Akhmad, pihaknya membutuhkan setidaknya 200 truk sampah. ”Sementara yang ada saat ini hanya 131 truk,” ujarnya seusai menghadiri Program Bersih-bersih Sungai Musi yang diadakan PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju.
Dalam program tersebut, warga dibantu petugas dari dinas kebersihan bahu-membahu membersihkan tepian Sungai Musi dari sampah plastik termasuk eceng gondok. Program yang digelar untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai.
Sampai sekarang belum banyak warga yang menyadari bahwa sampah punya nilai ekonomi. (Akhmad)
Selain memenuhi kebutuhan armada pengangkut sampah, menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang juga menjadi hal yang penting dilakukan. Itu karena sebagian besar sampah yang ada di Palembang merupakan limbah rumah tangga yang berasal dari permukiman.
Tetap kotor
"Sekuat dan sehebat apa pun teknologi yang digunakan, apabila masyarakat masih membuang sampah sembarang, tentu lingkungan tetap akan kotor,” kata Akhmad.
Karena itu, perlu kerja sama semua pihak, termasuk perusahaan yang beroperasi di Palembang, untuk turut membantu penanggulangan sampah melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palembang Marlina Sylvia menuturkan, tumpukan sampah di sungai memang menjadi salah satu penyebab banjir. ”Sampah kerap kali menutup saluran air sehingga terjadi sumbatan yang berpotensi menimbulkan banjir,” ujarnya.
Agar tidak terjadi banjir, 22 truk sampah dan 500 petugas kebersihan dikerahkan untuk menanggulangi sumbatan tersebut. Dalam satu hari, timnya bisa mengangkut sekitar 50 ton sampah dari 21 subdaerah aliran sungai di Palembang. Tentu itu tidak akan pernah cukup karena masih ada saja sampah yang tertinggal.
Marlina menuturkan, beragam upaya sudah dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang, seperti melakukan kegiatan gotong royong setiap Minggu pagi. Walau pada kenyataannya, tidak banyak warga sekitar yang mau terlibat.
”Padahal menjaga kebersihan sungai tentu akan berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal mereka,” ujar Marlina.
Senior Manager Operation and Manufacturing Kilang Pertamina Plaju Anthoni R Doloksaribu menuturkan, pihaknya berupaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. Tidak hanya di Sungai Musi, program serupa juga dilakukan di sejumlah pemukiman warga yang ada di sekitar area kilang.
”Karena pada dasarnya Sungai Musi penting untuk penghidupan adalah kewajiban kita bersama untuk menjaganya,” ujar Anthoni.