Sebaran Gigitan Anjing Rabies di Timor Tengah Selatan Meluas
Sebaran gigitan anjing rabies di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, meluas. Lima pemda lain di daratan Timor harus menyediakan anggaran khusus pengadaan vaksin.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
SOE, KOMPAS — Gigitan anjing rabies terhadap warga di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, meluas. Pemerintah daerah setempat berjibaku melakukan vaksinasi terhadap hewan penular rabies, juga korban gigitan anjing. Anggaran perubahan kabupaten/kota di daratan Timor tahun ini harus menyediakan pos khusus untuk pengadaan vaksin rabies.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Adi Talo, di Soe, Rabu (7/6/2023), mengatakan, kondisi per 6 Juni 2023, sebaran rabies di TTS sudah mencapai 18 kecamatan dari total 32 kecamatan yang ada. Sebaran rabies pada hewan, khususnya anjing, sangat cepat.
”Temuan awal di Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan, 28 Mei, hanya ada 14 gigitan, lalu naik menjadi 186 kasus gigitan per 6 Juni 2023. Sehari sebelumnya, yakni 5 Juni 2023, ditemukan 162 kasus gigitan. Jumlah desa yang tertular rabies pun berkembang dari 48 desa menjadi 58 desa,” kata Adi.
Penyebaran virus rabies pada hewan penular rabies (HPR), khusus anjing, sangat cepat. Petugas kesehatan hewan dan instansi teknis lain pun berjibaku berusaha menghentikan kasus ini agar tidak meluas. Masyarakatdiingatkan agar proaktif bersama pemda menghentikan penyebaran virus rabies.
Tindakan vaksinasi rabies pada HPR, per 6 Juni 2023, yakni anjing sebanyak 1.491 ekor dan kucing 176 ekor sehingga jumlah keseluruhan 1.667 ekor HPR. Kegiatan vaksinasi terus berlangsung sampai semua HPR diberi vaksin rabies. Masyarakat harus proaktif menyiapkan anjing dan kera di rumah masing-masing saat petugas berkunjung.
”Vaksin itu tidak berupaya menghalangi tumbuh kembang ternak, tetapi untuk menghindari kasus gigitan pada manusia yang berakibat pada kematian. Ini yang perlu diwaspadai masyarakat pemilik ternak. Anjing kalau sudah terpapar rabies, tuannya pun diserang secara brutal,” ujarnya.
Vaksin
Saat ini sudah ada 15.000 vaksin antirabies sampai di tangan Pemerintah Kabupaten TTS. Jumlah tersebut terdiri dari 5.000 dosis bantuan pemerintah provinsi dan 10.000 dosis bantuan Kementerian Pertanian. Sementara 50.000 dosis dari pemerintah pusat sedang dipersiapkan menuju TTS.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi TTS ini mengingatkan masyarakat agar HPR, khususnya anjing, benar-benar diikat atau dikandangkan. Aparatur desa, babinsa, dan babinkamtibmas berpatroli keliling desa untuk terus mengingatkan pemilik anjing. Masyarakat tidak boleh menganggap remeh kasus ini. Risikonya sangat besar jika digigit anjing, terutama anak-anak.
Apabila masyarakat tidak mengikat atau mengandangkan anjing-anjing yang ada, tidak hanya 32 kecamatan di TTS yang terpapar virus rabies, tiga kabupaten lain, yakni Malaka, Timor Tengah Utara, dan Belu, juga bakal terpapar. Demikian pula Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi.
”Seluruh warga diimbau agar virus ini cukup sampai di 18 kecamatan itu. Tetapi, kalau virus terus meluas sampai seluruh kecamatan di TTS, dapat dipastikan bahwa cepat atau lambat akan masuk kabupaten tetangga, yakni Malaka, TTU, Belu, dan Kota Kupang. Bahkan bisa menyeberang ke Timor Leste,” kata Adi.
Direktur Yayasan Timor Membangun Martinus Duan mengatakan, masyarakat perlu terus diingatkan pemda agar paham. Instansi teknis harus turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi mengenai dampak dari virus itu. Imbauan tidak bisa hanya diberikan melalui kepala desa, babinsa, dan babinkamtibmas.
Anjing tidak diternak dalam jumlah besar seperti sapi. Anjing hanya dipelihara di rumah secara terbatas, sekadar menjaga rumahatau digiring ke kebun untuk mengejar pencuri, hama babi hutan, dan mengejar kera. Anjing pun sebatas di permukiman warga. Kecuali sudah terpapar virus rabies, anjing bisa berkeliaran di hutan.
Terkait virus rabies, pemda/pemkot di daratan Timor perlu bekerja sama. Mereka harus duduk bersama membahas bagaimana cara mengatasi rabies ini. Meski saat ini hanya TTS yang terdampak rabies, tidak tertutup kemungkinanbahwa kabupaten/kota lain pun bakal mengalami hal serupa.
”Sudah saatnya enam kabupaten/kota di Timor, yakni Kabupaten TTS, TTU, Malaka, Belu, Kabupaten Kupang, dan Kota Kupang, mengalokasikan anggaran khusus untuk menyediakan vaksin rabies ini. Dalam masa pembahasan perubahan anggaran tahun ini,bisa dialokasikan untuk itu, terutama Kabupaten TTS,” kata Duan.
Vaksinasi HPR lebih awal dilakukan jauh lebih baik daripada menunggu ada korban. Pengalaman 26 tahun rabies menguasai Flores-Lembata mengajarkan bagaimana cara menghentikan rabies sejak dini di Pulau Timor.
Sudah saatnya enam kabupaten/kota di Timor, yakni Kabupaten TTS, TTU, Malaka, Belu, Kabupaten Kupang, dan Kota Kupang, mengalokasikan anggaran khusus untuk menyediakan vaksin rabies ini.
Jika pemda dan masyarakat tidak fokus menangani rabies di Timor, rabies akan terus menguasai Timor dan Timor Leste. Tentu ini bisa menjadi bom waktu. Korban pun terus berjatuhan.
”Meski kasus kematian itu berkisar 10-30 orang per tahun, dalam hitungan jangka panjang, jumlah korban bisa mencapai ratusan sampai ribuan orang. Apalagi, para korban kebanyakan anak-anak usia di bawah 15 tahun yang sangat sulit membela diri saat diserang,” katanya.