PMI Ilegal Meninggal di Malaysia, Keluarga Korban di NTT Diperas
Agnes Muda (20), seorang pekerja migran, meninggal di Malaysia. Keluarga korban di Flores Timur diperas. Sampai 3 Juni 2023, sebanyak 60 PMI NTT meninggal di luar negeri.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Agnes Peni Muda (20), pekerja migran ilegal asal Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, meninggal di Malaysia, Sabtu (3/6/2023). Keluarga Agnes di Pulau Solor, Flores Timur, diperas senilai Rp 6,5 juta oleh oknum yang mengatasnamakan Kedubes RI di Malaysia.
Ketua Dewan Pembina Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia Gabriel Goa, Senin (5/6/2023), di Kupang, mengatakan, kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat memprihatinkan. Akibatnya, kasus kematian pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri terus meningkat.
Korban terakhir adalah Agnes Peni Muda. Seusai kabar kematian itu sampai ke keluarga di NTT, datang telepon dari oknum yang mengatasnamakan Kedubes RI di Malaysia.
”Orang itu meminta uang senilai 5.000 Ringgit Malaysia atau lebih dari Rp 15 juta untuk pemulangan jenazah Agnes ke Indonesia. Orangtua korban telah mengirim Rp 6,5 juta,” kata Gabriel.
Pelaku yang mengatasnamakan orang dari Kedubes RI di Kuala Lumpur itu terus mendesak agar uang sisasegera ditransfer. Namun, keluarga mulai curiga atas desakan oknum itu.
Mereka menghubungi sejumlah relawan PMI di NTT, termasuk Padma Indonesia. Informasi itu dilanjutkan ke Kedubes RI di Malaysia. Pihak Kedubes membantah permintaan itu. Keluarga mengaku sangat kecewa dengan tindakan oknum itu.
Dubes RI untuk Malaysia Hermono melalui pesan WA pun membantah. Ia mengusulkan agar pihak berwajib segera melacak dan memproses orang bersangkutan. Pelaku pemerasan itu segera ditangkap agar menjadi jera sehingga tidak ada korban lagi di kemudian hari.
Tindakan itu sangat disayangkan. Di saat keluarga sedang berduka akibat kematian anak, orangtua diperas. Orangtua Agnes terpaksa meminjam uang tetangga untuk ditransfer. Mereka berharap jenazah anak mereka segera dipulangkan ke kampung.
Menurut Gabriel, sesuai percakapan korban dengan anggota keluarga di Desa Tanah Lein, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT, April 2023, Agnes mengaku sakit maag.
Kakak Agnes menyarankan agar korban pulang ke kampung asal untuk berobat. Namun, Agnes menolak dengan alasan majikan sudah mengantar ke rumah sakit. Komunikasi dengan Agnes sejak saat itu pun hilang.
Akhir Mei 2023, Agnes melakukan kontak terakhir dengan anggota keluarga. Agnes menyampaikan ingin ke Kantor Kedubes RI di Kuala Lumpur karena tidak tahan lagi dengan sakit yang diderita. Namun, ia tidak sempat ke Kantor Kedubes entah karena apa.
”Kemudian, 3 Juni 2023 sekitar pukul 04.00 waktu Malaysia, Kedubes RI di Kuala Lumpur menelepon keluarga melalui video call. Saat itu, korban berbicara dengan keluarga. Ia mengaku sudah berada di Kedubes diantar oleh seseorang,” katanya.
Namun, orang itu tidak sempat Agnes ceritakan ke anggota keluarga. Hari yang sama, sekitar pukul 07.00 waktu Malaysia, anggota staf Kedubes RI di Malaysia melalui telepon memberitahukan bahwa Agnes Muda telah meninggal. Jenazah korban masih berada di salah satu rumah sakit di Malaysia.
Sementara itu, Kepala Desa Tanah Lein, Kecamatan Solor Barat, Flores Timur, Yohanes Werang mengatakan, telah menyurati pihak terkait agar segera membantu memulangkan jenazah Agnes Muda ke NTT. Mereka,antara lain, adalah Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kemenlu RI, Kepala BP2MI di Jakarta, dan Kedubes RI di Malaysia.
”Keluarga sudah dibohongi oleh oknum yang mengatasnamakan Kedubes RI di Malaysia. Mereka sudah terlilit utang. Orangtua korban ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga pula. Agnes adalah korban dari tindakan bejat para calo,” kata Yohanes.
Berharap Satgas PP PMI ini bekerja optimal. Memang tidak mudah. Namun, di setiap pintu masuk dan keluar strategis, seperti bandara dan pelabuhan yang rawan dan dicurigai, perlu mengawasan ketat.
Ia pun berharap pelaku pemerasan itu ditangkap dan diproses. Orang itu berbicara dalam logat Melayu. Namun, itu bisa saja warga Malaysia, juga warga Indonesia yang meniru gaya bicara Melayu.
Relawan PMI NTT, Sr Laurentina PI, mengatakan, Januari 2023-3 Juni 2023 sebanyak 60 PMI ilegal meninggal di luar negeri. Namun, jenazah yang sudah dikirim pulang ke NTT sebanyak 59 orang. Satu jenazah, yakni Agnes Muda, masih di Malaysia.
Ia mengatakan, jenazah terakhir yang diterima, Minggu (4/6), adalah Marliana Italia Ratna (31). PMI ilegal, asal Kodi, Sumba Barat Daya. Korban meninggal pada 31 Mei 2023. Jenazah sudah dikirim dengan pesawat ke kampung asal di Kodi, Sumba. Korban meninggal karena sakit. Namun, tidak dijelaskan jenis penyakit yang diderita Marliana.
Korban berangkat bersama suami, Paulus Juma (37), sebagai PMI ilegal di Malaysia sejak 2007. Keduanya belum dikarunia anak. Suami korban, Paulus, tidak sempat mengantar jenazah istrinya ke Sumba Barat Daya karena keterbatasan biaya transportasi. ”Uang habis untuk pengobatan istri selama sakit,” kata Laurentina.
Jumlah PMI asal NTT yang meninggal ini hanya didata melalui Bandara El Tari Kupang. Belum termasuk korban meninggal yang dikirim melalui kapal laut. Tidak hanya luar negeri, tetapi kasus kematian pekerja asal NTT di daerah lain pun termasuk tinggi, seperti pekerja kelapa sawit di Kalimantan dan Papua.
Gabriel Goamempertanyakan peran Satgas Pencegahan dan Penanggulangan PMI asal NTT, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Satgas PP PMI tingkat provinsi dibentuk 2019, demikian pula tingkat kabupaten/kota.
”Berharap Satgas PP PMI ini bekerja optimal. Memang tidak mudah. Namun, di setiap pintu masuk dan keluar strategis, seperti bandara dan pelabuhan yang rawan dan dicurigai, perlu mengawasan ketat,”kata Gabriel.