Masuki Kemarau, Monyet di Cikakak Mulai Turun ke Permukiman Warga
Kalau warga sampai lupa menutup pintu atau jendela rumah, kawanan monyet tidak hanya satu atau dua ekor yang masuk rumah. Bisa sampai 50 monyet masuk rumah mengambil makanan, seperti nasi yang ada di meja makan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Musim kemarau di wilayah Banyumas, Jawa Tengah, mulai terasa dengan minimnya hujan yang turun di sejumlah wilayah. Satwa liar monyet ekor panjang yang berada di kawasan wisata Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, pun mulai berkeliaran ke area permukiman warga.
”Monyet di sini terdiri atas tiga kelompok. Kalau makanan di gunung habis karena kemarau, mereka akan turun ke permukiman warga dan memakan buah-buahan yang ditanam petani. Jumlahnya bisa sampai 500 ekor,” kata Slamet (69), warga Desa Cikakak, Sabtu (3/6/2023).
Dari pantauan di sekitar Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, kawanan monyet tampak turun di sekitar masjid dan mendekati wisatawan yang memberi makan di sekitar masjid. Namun, ada pula 5-10 monyet yang berkeliaran menaiki rumah-rumah warga di jarak sekitar 200 meter dari masjid yang berada tepat di kaki bukit. Adapun aliran Sungai Asahan di sekitar masjid juga tampak mulai menyurut.
”Nanti kalau sudah sampai puncak kemarau, warga di radius sekitar 1 kilometer masjid tidak bisa memanen buah karena diambil monyet. Monyet itu biasanya mengambil kelapa dan pisang yang ditanam di sekitar permukiman,” tutur Slamet.
Bisa sampai 50 monyet masuk rumah mengambil makanan, seperti nasi yang ada di meja makan.
Slamet menyampaikan, warga sekitar juga sudah terbiasa menghadapi turunnya monyet-monyet tersebut. Pertama adalah selalu menutup pintu atau jendela rumah. Lalu, yang kedua adalah meletakkan ban motor atau sepeda bekas di sekitar atap atau halaman rumah warga. Konon, monyet-monyet itu takut ban bekas lantaran ban itu mirip ular.
”Kalau warga sampai lupa menutup pintu atau jendela rumah, kawanan monyet tidak hanya satu atau dua ekor yang masuk rumah. Bisa sampai 50 monyet masuk rumah mengambil makanan, seperti nasi yang ada di meja makan,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho menyampaikan, berdasarkan data dan pemetaan daerah rawan kekeringan, di Banyumas ada 91 desa dan kelurahan yang tersebar di 21 kecamatan rawan kekeringan. Desa dan kelurahan itu pada kekeringan 2019 pernah mendapatkan bantuan kiriman atau dropping air bersih. ”Untuk tahun ini belum ada laporan pengaduan (kekeringan dan permohonan air bersih),” tutur Budi.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan, menyampaikan, berdasarkan analisis dari Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, seluruh wilayah Jawa Tengah curah hujannya masuk kriteria rendah, yaitu 0-50 mm pada Dasarian III Mei 2023.
Pada Dasarian I Juni, ucap Rendi, BMKG juga memprediksi peluang curah hujan rendah (kurang dari 50 mm per dasarian) terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah. Namun, tidak ada peluang curah hujan menengah (51-150 mm), peluang curah hujan tinggi (151-300 mm), dan peluang curah hujan sangat tinggi (lebih dari 300 mm).