Masa Transisi ke Kemarau, Udara Terasa Gerah Dirasakan di Jateng Bagian Selatan
Udara panas dirasakan di Purwokerto dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir karena masa transisi dari musim hujan ke kemarau. BMKG mengimbau warga jaga stamina dan memperhatikan asupan cairan supaya tidak dehidrasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Udara terasa lebih gerah dalam tiga hari terakhir di wilayah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terutama pada siang hari. Namun, setelah panas yang menyengat, pada sore hari umumnya hujan lebat langsung mengguyur. Perubahan drastis ini disebut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebagai masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Kondisi cuaca itu dikeluhkan warga. ”Gerah banget beberapa hari terakhir. Di rumah kipas angin selalu nyala di siang dan malam hari,” kata Ani Lestari (43), warga Karangpucung, Purwokerto Selatan, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (13/5/2022).
Sepanjang Jumat, panas terasa sejak pagi hingga sekitar pukul 13.30. Terik matahari cukup menyengat di kulit. Namun, sekitar pukul 14.00, kendati tetap terik dan gerah, gumpalan awan hitam sudah mulai tampak di langit dan hujan pun turun dengan cukup lebat pada pukul 15.30.
Prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan, saat dihubungi dari Banyumas, mengemukakan, pada Mei suhu maksimal yang tercatat di Kantor BMKG Kota Cilacap 32,8 derajat celsius. Adapun suhu udara maksimal di Pos Pengamatan Meteorologi Bandar Udara Tunggul Wulung 33,4 derajat celsius. ”Untuk saat ini, masih dalam batas normal,” kata Rendi.
Rendi mengatakan, saat ini merupakan masa transisi dari musim hujan ke kemarau. ”Jadi, pada saat masa transisi ini, gerak semu matahari sudah berada di dekat ekuator atau khatulistiwa sehingga secara umum memberi dampak penyinaran matahari yang cukup optimal, maka kita rasak suhu udara cukup panas,” paparnya.
Selain itu, kondisi awan sebagai penghalang sinar matahari pada siang hari juga minim sehingga panas matahari terasa terik. Meski demikian, karena berada di masa transisi musim, pertumbuhan awan hujan pada sore hari berpotensi terjadi. ”Biasanya awan hujan terbentuk siang menjelang sore atau sore menjelang malam,” ujar Rendi.
Di sekitar pegunungan tengah Jawa Tengah seperti di Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung biasanya pertumbuhan awan cumulonimbus cukup besar. ”Demikian juga warga yang tinggal di Cilacap bagian barat dan utara, pertumbuhan awan cumolonimbus cukup besar. Walaupun di pesisir selatan Jawa seperti Cilacap bagian selatan dan Kebumen bagian selatan juga masih ada pertumbuhan awan hujan, peluangnya kecil. Biasanya cerah beberapa hari lalu hujan sehari,” katanya.
Rendi menyatakan, kondisi ini masih akan terjadi hingga akhir Mei atau awal Juni. Adapun saat musim kemarau diprediksi suhu udara akan lebih dingin karena kelembaban udara kering. Angin timur yang berembus kencang membawa massa udara dingin. ”Biasanya malah bisa terjadi embun upas atau embun es di wilayah Dieng dan sekitarnya,” ucapnya.
Atas kondisi saat ini yang cukup gerah, lanjut Rendi, BMKG mengimbau masyarakat tetap menjaga stamina tubuh serta memperhatikan asupan cairan terutama saat beraktivitas di luar ruangan.